Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) menyiapkan konsep pariwisata alam yang mengedepankan protokol kesehatan untuk membangkitkan pariwisata Babel yang masih terpuruk.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PANGKAL PINANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyiapkan konsep pariwisata alam yang mengedepankan protokol kesehatan untuk menarik wisatawan. Cara ini diharapkan dapat membangkitkan kembali pariwisata di provinsi ini yang masih terpuruk karena pandemi.
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Erzaldi Rosman Djohan dalam diskusi virtual dengan tajuk ”Bangka Belitung: Timah dan Pariwisata”, yang digelar oleh MarkPlus Inc, Senin (20/7/2020), menerangkan, pertumbuhan ekonomi Babel belum bisa lepas dari pertambangan timah dan pariwisata.
Data Bank Indonesia menunjukkan, sektor transportasi dan akomodasi memberikan kontribusi sekitar 7,39 persen pada tahun 2019. Angka ini meningkat dibanding tahun 2010 yang kontribusinya 5,36 persen.
Adapun sektor pertambangan terus menurun. Pahun 2010, sektor ini menyumbangkan 17,09 persen dari segi luas usaha terhadap pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, pada tahun 2019, kontribusinya turun, hanya 9,49 persen.
Namun, akibat pandemi Covid-19, pada triwulan I-2020, pertumbuhan ekonomi Babel hanya 1,35 persen atau di bawah pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 2,97 persen. Dengan angka ini, ungkap Erzaldi, Babel juga menjadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi terendah di Sumatera dengan rata-rata pertumbuhan ekonominya sebesar 3,25 persen.
Selama pandemi, kedatangan wisatawan, baik wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan mancanegara (wisman), juga terus turun. Data dari Badan Pusat Statistik Babel menunjukkan, jumlah wisatawan yang datang ke Babel pada bulan Januari mencapai 30.712 orang, terdiri dari wisman sebanyak 834 orang dan wisnus sebanyak 29.878 orang. Namun pada Mei jumlahnya merosot tajam menjadi 2.720 orang yang terdiri dari 2.719 wisnus dan wisman hanya 1 orang.
Keunggulan yang dimiliki Babel adalah kekayaan sumber daya alam dan kemampuan gugus tugasnya dalam mengendalikan Covid-19.
Hal ini harus segera ditanggulangi dengan membangkitkan kembali perekonomian. Salah satunya dilakukan melalui pariwisata.
Erzaldi mengatakan, keunggulan yang dimiliki Babel adalah kekayaan sumber daya alam dan kemampuan gugus tugasnya dalam mengendalikan Covid-19.
Dari segi kekayaan sumber daya alam, lanjut Erzaldi, banyak wisata di luar ruangan (outdoor) yang bisa dijual kepada wisatawan. Sementara dalam hal pengendalian Covid-19, Babel berada di urutan kedua di bawah Daerah Istimewa Yogyakarta, yang diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Hal ini menjadi nilai tambah bagi pelaku pariwista di Babel untuk menjual produk kepada wisatawan.
Erzaldi mengambil contoh Pulau Lengkuas yang bisa dibuat lebih privat dengan menawarkan sejumlah paket wisata yang mengedepankan protokol kesehatan. Selain itu, ada beberapa pulau lain yang mungkin bisa dikembangkan.
Pihaknya juga menginstruksikan semua pelaku wisata di Babel agar memulai usahanya dengan mengedepankan protokol kesehatan yang ketat. ”Karena saat ini wisatawan mengincar tempat yang nyaman dan aman dari penularan Covid-19. Jasa inilah yang dapat kita tawarkan,” ucapnya.
Ia juga berharap agar semua pemangku kepentingan bersama-sama memikirkan cara untuk memajukan pariwisata Babel, misalnya dengan memberikan potongan harga. ”Program potongan harga ini jangan hanya untuk travel, hotel, dan restoran, pemerintah juga akan memberikan keringanan potongan pajak bagi pelaku usaha pariwisata,” ujar Erzaldi.
Erzaldi berharap, konsep ini bisa segera diterapkan segera agar pariwisata di Babel bisa pulih kembali. Peningkatan jumlah wisatawan sudah terlihat dengan dibukanya hotel, tetapi jumlahnya belum signifikan. Namun, dengan mengusung pariwisata outdoor yang mengedepankan protokol kesehatan, jumlah wisatawan pasti akan meningkat.
Kepala Bank Indonesia Wilayah Bangka Belitung Tantan Heroika menuturkan, Babel dianugerahi sejumlah sumber daya yang sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk mendorong perekonomian. Keberadaan pariwisata di Babel terus berkembang setiap tahun walau sampai saat ini perekonomian Babel juga masih bergantung pada pertambangan dan industri pengolahan.
Tantan beranggapan, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi sektor pariwisata untuk kembali bangkit dari keterpurukan. Belajar dari Bali yang sudah membuka diri kepada wisatawan, Babel juga bisa berbuat demikian.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Babel Thomas Jusman mengatakan, masa pandemi ini adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan daya saing dengan mengedepankan keunikan pariwisata. Babel memiliki banyak pulau yang bisa dikembangkan.
Garis pantai di Babel mencapai 1.200 kilometer atau jauh lebih panjang daripada Bali yang memiliki garis pantai 529 kilometer. Babel juga memiliki banyak pulau yang bisa dimanfaatkan. Ada 470 pulau yang sudah bernama dan 50 pulau yang belum bernama.
Para pelaku usaha diharapkan dapat menggandeng masyarakat lokal untuk memunculkan paradigma baru tentang pariwisata di Babel. Selain itu, kekayaan sejarah timah yang sudah ada sejak dulu juga menjadi nilai tambah bagi pariwisata di Babel. ”Kedua sektor ini bukan untuk dipertentangkan, tetapi bisa menjadi penopang satu dengan yang lain,” ucap Thomas.