Di tengah tersendatnya pasokan vaksin Covid-19, sejumlah tantangan dihadapi dalam melaksanakan vaksinasi di sejumlah daerah. Karena itu, perlu ada terobosan untuk mengatasi berbagai kendala di lapangan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaksanaan vaksinasi harus tetap berjalan meski stok vaksin Covid-19 terbatas. Karena itu, sejumlah tantangan, seperti persoalan distribusi serta keterbatasan sarana pendukung rantai dingin vaksinasi, perlu diatasi. Pemerataan cakupan vaksinasi pun perlu terus diupayakan.
Data Kementerian Kesehatan per 20 April 2020 menunjukkan, jumlah penduduk yang sudah mendapatkan vaksin dosis pertama 11,1 juta orang atau 27,51 persen dari target yang harus dicapai. Jumlah itu terdiri dari 1,4 juta tenaga kesehatan, 7,3 juga petugas pelayanan publik, dan 2,2 juta penduduk lansia.
Meski begitu, cakupan tersebut belum merata jika dilihat secara rinci di setiap provinsi. Dari total penduduk yang menjalani vaksinasi dosis pertama, capaian di setiap provinsi berbeda. Capaian tertinggi tercatat di Provinsi Bali (87,58 persen penduduk), DKI Jakarta (55,49 persen), dan DI Yogyakarta (44,96 persen). Sementara daerah yang cakupannya masih rendah adalah Aceh (11,07 persen), Nusa Tenggara Timur (12,1 persen), dan Sulawesi Tenggara (12,93 persen).
”Ketersediaan vaksin akan terus diupayakan. Selain itu, pengelolaan rantai dingin yang di dalamnya termasuk distribusi vaksin harus diperhatikan agar vaksin bisa sampai ke fasilitas kesehatan dengan kondisi tetap baik. Kondisi geografis Indonesia dengan kepulauan jadi tantangan,” kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu di Jakarta, Selasa (20/4/2021).
Karena itu, berbagai inovasi harus dilakukan agar distribusi vaksin bisa dijalankan dengan baik. Dengan begitu, vaksin yang diterima masyarakat tetap terjamin kualitas dan keamanannya. Pengawasan pun akan terus dilakukan untuk memastikan hal tersebut.
Ketersediaan vaksin akan terus diupayakan. Selain itu, pengelolaan rantai dingin yang di dalamnya termasuk distribusi vaksin harus diperhatikan.
Selain itu, ketersediaan tempat penyimpanan vaksin di daerah juga perlu dipersiapkan. Ini terutama untuk mendukung pelaksanaan vaksinasi Covid-19 tahap ketiga dan keempat dengan target sasaran yang lebih besar. ”Kerja sama dengan berbagai pihak, terutama swasta, amat dibutuhkan agar kemampuan daerah untuk menampung vaksin dalam jumlah besar bisa optimal,” ucap Maxi.
Tim Advokasi Vaksin Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kristoforus Hendra Djaya menuturkan, edukasi kepada masyarakat perlu dilakukan secara berkelanjutan. Saat ini, masih ada warga yang menolak divaksinasi. Biasanya, penolakan ini terjadi karena pemahaman yang kurang serta banyaknya paparan hoaks atau kabar bohong yang diterima.
Pasokan bahan baku
Secara terpisah, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, pemerintah telah menerima 59,5 juta bahan baku vaksin Covid-19 dari Sinovac, China. Itu termasuk 6 juta dosis bahan baku yang baru diterima pada 18 April 2021. Direncanakan, ada 140 juta dosis bahan baku vaksin yang akan diterima dari Sinovac pada 2021.
Bahan baku vaksin tersebut akan diproses di PT Bio Farma untuk diproduksi menjadi vaksin Covid-19 yang siap diberikan kepada masyarakat. Penerimaan jumlah dosis vaksin ini diharapkan dapat mendukung kelancaran program vaksinasi di seluruh daerah, terutama pada April-Mei 2021.
”Pemerintah mendorong agar vaksinasi Covid-19 dalam satu bulan ke depan diprioritaskan untuk lansia. Ini mengingat kelompok tersebut sangat rentan tertular dan berisiko tinggi jika tertular Covid-19. Lansia dan seluruh masyarakat diminta untuk tidak ragu mengikuti program vaksinasi,” tutur Wiku.
Ia menambahkan, masyarakat juga tetap bisa melaksanakan vaksinasi selama bulan Ramadhan. Hal itu sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2021 dan fatwa MUI Nomor 13 Tahun 2021 yang menyebutkan vaksinasi bisa dilakukan selama Ramadhan dan tidak membatalkan ibadah puasa.
Masyarakat pun diingatkan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan sekalipun sudah divaksinasi. Seseorang yang sudah divaksinasi tetap bisa terpapar infeksi Covid-19. Namun, vaksinasi ini dapat bermanfaat untuk mengurangi perburukan akibat virus penyebab penyakit tersebut.