Vaksinasi Akan Difokuskan pada Warga Lansia dan Tenaga Pendidik
Pemerintah pun memutuskan untuk sementara memfokuskan vaksinasi Covid-19 hanya pada warga lanjut usia, guru, dan tenaga pendidik. Hal itu untuk menyiasati keterbatasan pasokan vaksin tersebut.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keterbatasan pasokan vaksin Covid-19 membutuhkan solusi yang tepat agar vaksin yang tersedia bisa digunakan secara optimal. Karena itu, pemerintah pun memutuskan untuk sementara memfokuskan vaksinasi hanya pada lansia, guru, dan tenaga pendidik.
Juru Bicara Kemeterian Kesehatan untuk Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi mengatakan, jumlah vaksin yang terbatas salah satunya disebabkan oleh penundaan kedatangan vaksin dari Dewan Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI). Penundaan ini terjadi karena India sebagai negara produsen dari vaksin yang akan dikirim tersebut melakukan embargo.
”Mekanisme pemberian vaksin pada April akan difokuskan dulu pada lansia, guru, serta tenaga pendidik. Namun, vaksinasi pada warga lansia tetap menjadi prioritas. Sementara untuk kelompok lain seperti pekerja layanan publik, vaksinasi dilakukan untuk menyelesaikan dosis kedua,” ucapnya di Jakarta, Rabu (7/4/2021).
Berdasarkan perkembangan vaksinasi Covid-19 di Indonesia yang dicatat oleh Kementerian Kesehatan pada 7 April 2021, total sasaran vaksinasi yang sudah mendapatkan dosis pertama vaksin sebanyak 9,1 juta orang atau sekitar 22,77 persen dari target yang ditetapkan untuk vaksinasi tanah pertama dan kedua.
Jumlah itu terdiri dari 1,4 juta sumber daya kesehatan, 5,8 juta petugas layanan publik, dan 1,8 juta lansia. Sementara untuk vaksinasi dosis kedua telah diterima oleh 4,5 juta orang, meliputi 1,3 juta sumber daya kesehatan, 2,8 petugas layanan publik, dan 437.295 warga lansia.
Nadia menuturkan, percepatan dan perluasan vaksinasi pada warga lansia amat diperlukan karena persentase jumlah penerima pada kelompok sasaran tersebut masih kurang. Padahal, warga lansia merupakan kelompok rentan yang memiliki risiko kesakitan dan kematian tiga kali lebih besar dari kelompok usia lainnya. Sementara pada guru, vaksinasi perlu dipercepat untuk mempersiapkan akan dimulainya pembelajaran tatap muka pada pertengahan tahun ini.
Mekanisme pemberian vaksin pada April akan difokuskan dulu pada warga lansia, guru, serta tenaga pendidik.
Selama ini, kendala yang dihadapi pada pelaksanaan vaksinasi lansia yaitu masih banyak lansia yang takut untuk keluar dan melakukan aktivitas di luar rumah. Selain itu, sebagian warga lansia juga memiliki keterbatasan fisik sehingga sulit untuk mencapai pusat layananan vaksinasi. Tidak sedikit pula yang masih terbatas untuk mengakses pendaftaran vaksinasi secara elektronik.
Karena itu, Nadia mengatakan, inovasi perlu dilakukan untuk mengatasi berbagai keterbatasasn tersebut. Itu antara lain, vaksinasi lansia bisa dilakukan di fasilitas manapun yang telah ditunjuk pemerintah tanpa harus sesuai dengan alamat pada KTP dari lansia. Pihak swasta yang membuka layanan vaksinasi pun diminta untuk tidak hanya melayani vaksinasi tetapi juga bertugas mengumpulkan dan mencari warga lansia yang hendak divaksinasi.
Pemerintah daerah juga didorong untuk mencapai target cakupan vaksinasi lansia. Pelibatan RT/RW/serta lurah dan kepala desa semakin ditingkatkan untuk mendata lansia yang berada di wilayahnya dan kemudian menjadwalkan vaksinasi secara bersama. Kerja sama dengan transportasi daring pun dilakukan untuk membantu warga lansia bisa mengakses pusat layanan vaksinasi dari tempat tinggalnya.
”Pemerintah pusat melalui Menteri Kesehatan telah menyampaikan kepada para gubernur dalam rapat koordinasi agar warga lansia serta guru dan tenaga pendidik menjadi fokus pelaksanaan vaksinasi pada April 2021,” tutur Nadia.
Terkati dengan stok vaksin yang tersedia, jumlah vaksin yang siap untuk didistribusikan pada minggu kedua April 2021 sebanyak 7 juta dosis vaksin. Ditargetkan, total vaksin yang didistribusikan pada April sebanyak 11 juta dosis.
Secara terpisah, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, dukungan dari seluruh pemangku kepentingan tersebut didorong untuk percepatan pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Hal ini termasuk pada pelibatan masjid di seluruh Indonesia. ”Masjid siap menjadi pusat vaksinasi untuk seluruh Indonesia,” katanya.
Sementara studi di laboratorium menunjukkan, vaksin Covid-19 buatan Sinopharm dan Sinovac menurun efektivitasnya saat menghadapi varian B.1.1.7 dari Inggris. Kedua vaksin semakin tidak efektif menghadapi varian B.1.351 dari Afrika Selatan.
Studi mengenai resistensi varian B.1.1.7 dan B.1.351 terhadap dua vaksin buatan China ini dilaporkan peneliti dari Beijing Institute of Microbiology and Epidemiology, China, Guo-Lin Wang dan tim, di New England Journal of Medicine (NEJM) pada Selasa (7/4/2021). Kajian dilakukan untuk mengukur resistensi terhadap mutasi D614G serta dua varian baru, B.1.1.7 dan B.1.351, terhadap netralisasi yang ditimbulkan oleh infeksi atau vaksinasi.
Peneliti mengevaluasi resistensi terhadap netralisasi menggunakan serum penyembuhan yang diperoleh dari 34 pasien 5 bulan setelah Covid-19 dan serum dari 50 orang setelah 2 hingga 3 minggu menerima suntikan kedua dengan vaksin Sinopharm ataupun Sinovac. (AIK)