Berbagai terapi yang harus dijalani oleh pasien kanker berdampak pada kondisi tubuh pasien. Pemenuhan gizi seimbang pun amat dibutuhkan agar terapi bisa optimal.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Asupan nutrisi yang optimal sangat dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan terapi pasien kanker. Nutrisi berperan meminimalkan risiko infeksi pada pasien serta menjaga toleransi tubuh dalam menghadapi efek samping dari terapi radiasi.
Dokter spesialis onkologi radiasi di Rumah Sakit Pusat Kanker Dharmais, Umi Mangesti Tjiptoningsih, mengatakan, nutrisi merupakan terapi suportif yang penting dalam tata laksana kanker, seperti operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Jika asupan nutrisi pasien tidak memenuhi syarat yang diperlukan, tata laksana terapi terpaksa ditunda.
”Radiasi dapat ditunda atau bahkan dibatalkan jika pasien mengalami anemia, kaheksia (penurunan berat badan signifikan), dan tanda vital tidak stabil. Hal itu amat ditentukan oleh asupan nutrisi yang dikonsumsi,” ujarnya dalam webinar bertajuk ”Nutrisi sebagai Penunjang Keberhasilan Terapi Kanker? Apa Faktanya?” yang diikuti dari Jakarta, Kamis (8/4/2021).
Ketika menjalani radioterapi, lanjut Umi, pasien biasanya mengalami sejumlah gejala, antara lain kelelahan, sariawan, mual dan muntah, kembung, diare, kekakuan saat membuka mulut, serta tidak nafsu makan. Sejumlah kondisi tersebut dapat diatasi dengan mengelola asupan nutrisi yang mencukupi kebutuhan kalori, menambahkan asupan protein tinggi, serta tambahan suplementasi.
Asupan nutrisi juga berperan untuk menambah kekuatan dan energi pada pasien yang menjalankan radioterapi. Selain itu, nutrisi bermanfaat untuk mempertahankan berat badan agar tidak turun drastis, menjaga toleransi tubuh dalam menghadapi efek samping radiasi, meminimalkan risiko infeksi, dan membuat fase penyembuhan terjadi lebih cepat.
Radiasi dapat ditunda atau bahkan dibatalkan jika pasien mengalami anemia, kaheksia (penurunan berat badan secara drastis), dan tanda vital tidak stabil.
”Suatu riset menunjukkan, pasien kanker perempuan yang malnutrisi dan tidak mendapat tambahan nutrisi suportif selama terapi cenderung mengalami kehilangan berat badan, penurunan vitalitas, dan lebih sering mengalami anemia dibandingkan dengan yang berstatus gizi baik. Karena itu, asupan nutrisi yang baik sangat penting dalam keberhasilan terapi,” papar Umi.
Pemenuhan gizi yang baik ini perlu menjadi perhatian karena kasus baru kanker terus meningkat. Berdasarkan data Globocan 2020, kasus baru kanker di Indonesia diperkirakan bertambah sebanyak 396.914 kasus dalam setahun. Sementara estimasi angka kematian mencapai 234.511 jiwa.
Dokter spesialis gizi klinik konsultan nutrisi di RS Pondok Indah-Puri Indah, Ida Gunawan, memaparkan, data yang dihimpun di RS Kanker Dharmais dari 301 pasien di poliklinik onkologi menunjukkan 50 persen di antaranya telah mengalami malnutrisi dan berisiko malnutrisi. Dari jumlah itu, 30 persen mengalami malnutrisi berat.
”Malnutrisi pada kanker terjadi apabila tubuh tidak mendapatkan kalori dan zat gizi penting yang diperlukan untuk kesehatan. Zat gizi itu harus memenuhi syarat gizi seimbang, seperti protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat,” ucapnya.
Oleh karena itu, Ida mengatakan, ketika sudah terdiagnosa memiliki kanker, pasien perlu segera mengonsultasikan diri dengan dokter spesialis gizi. Penapisan juga perlu dilakukan untuk menentukan status gizi dari pasien, mulai dari awal diagnose, perawatan, sampai perawatan selesai dilakukan.
Dalam pemenuhan nutrisi, pasien setidaknya perlu memperhatikan jumlah, jenis, dan jadwal dari makan. Jumlah makanan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Jenis makanan pun perlu mengukuti kaidah gizi seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, mineral, serat, air, dan lemak, seperti omega 3, EPA (eiscosapentaenoic acid), dan DHA (docosahexaenoic acid).
”Jika asupan gizi tidak terpenuhi karena kondisi pasien, nutrisi tambahan bisa diberikan dengan ONS (suplementasi nutrisi oral) yang juga sudah direkomendasikan oleh Espen (European Society for Clinical Nutrition and Metabolism),” tutur Ida.