Manfaat Vaksin AstraZeneca Cegah Covid-19 Lebih Besar
Penundaan vaksinasi vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca yang berlarut-larut bisa memperlambat cakupan imunisasi di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Itu juga berisiko meningkatkan keparahan, terutama pada lanjut usia.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Pengawas Obat Eropa masih mengkaji kasus penggumpalan darah yang diduga terkait vaksinasi AstraZeneca. Meskipun demikian, manfaat vaksin ini untuk mencegah risiko keparahan dan kematian karena Covid-19 dinilai lebih besar.
”Belum ada bukti bahwa vaksin Covid-19 ini bisa memicu penggumpalan darah. Sejauh ini frekuensi penggumbalan darah sama dengan yang terjadi pada masyarakat umum,” kata Ines Atmosukarto, peneliti vaksin dari Indonesia yang bekerja di John Curtin School of Medical Research, Australia National University, Rabu (17/3/2021).
Menurut Ines, penundaan penggunaan vaksin AstraZeneca ini lebih didasarkan aspek kehati-hatian dan bernuansa politis dibandingkan aspek sains. ”Penggumpalan darah bisa terjadi tanpa vaksin,” ucapnya.
Epidemiolog Indonesia di Griffith University, Dicky Budiman, juga mengatakan, manfaat vaksin ini jauh lebih besar dibandingkan risikonya. Dia berharap segera ada keputusan terkait pemakaian vaksin ini.
Menurut Dicky, penundaan yang berlarut-larut berisiko memperlambat cakupan vaksinasi di sejumlah negara, termasuk di Indonesia. Hal itu berisiko meningkatkan keparahan, khususnya di kalangan lanjut usia (lansia) yang seharusnya bisa segera mendapatkan vaksin ini.
Penundaan yang berlarut-larut berisiko memperlambat cakupan vaksinasi di sejumlah negara, termasuk di Indonesia.
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia menunda distribusi vaksin AstraZeneca. Juru Bicara Kementerian Kesehatan untuk Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi mengatakan, penundaan dilakukan sampai ada informasi yang jelas terkait keamanan vaksin ini dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta badan otoritas obat di sejumlah negara di Eropa.
Indonesia telah menerima 1.113.600 dosis vaksin AstraZeneca pada Senin (8/3/2021) melalui kerja sama multilateral Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) COVAX Facility yang diisinasi WHO. Direncanakan, Indonesia akan mendapatkan total 11.704.800 dosis vaksin AstraZeneca dan akan diterima pada Mei 2021.
Sejauh ini setidaknya 17 negara menunda penggunaan AstraZeneca karena masih menunggu hasil kajian oleh Komite Penilaian Risiko Farmakovigilans (PRAC) Badan Pengawas Obat Eropa (EMA). Berdasarkan keterangan tertulisnya, EMA menyatakan masih mengevaluasi semua kejadian tromboemboli atau pembekuan darah yang dilaporkan setelah vaksinasi di sejumlah negara. Kesimpulan akhir akan disampaikan pada pertemuan Kamis (18/3/2021).
EMA juga menyatakan, sementara penyelidikan sedang berlangsung, manfaat vaksin AstraZeneca dalam mencegah Covid-19 dengan risiko rawat inap dan kematian yang terkait lebih besar daripada risiko efek sampingnya. Sekitar 17 juta orang di Uni Eropa dan Inggris telah menerima vaksin ini dengan kurang dari 40 kasus pembekuan darah yang dilaporkan pada minggu lalu. Ini tidak lebih dari yang diharapkan dalam peristiwa normal.
Tetap dilanjutkan
Berbeda dengan negara Eropa lain, Inggris tetap menjalankan program vaksiansi menggunakan AstraZeneca. Phil Bryan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Inggris dalam pernyataan tertulis mengatakan, ”Kami sedang meninjau semua laporan dengan cermat, tetapi bukti yang ada tidak menunjukkan bahwa vaksin AstraZeneca adalah penyebab penggumpalan darah.
Menurut Bryan, penggumpalan darah bisa terjadi secara alami dengan atau tanpa vaksin dan fenomena ini biasa terjadi. ”Lebih dari 11 juta dosis vaksin AstraZeneca telah diberikan di seluruh Inggris, dan jumlah kasus pembekuan darah yang dilaporkan setelah mendapatkan vaksin tidak lebih tinggi dari jumlah kasus pembekuan darah yang dapat terjadi secara alami kepada populasi yang telah divaksinasi,” katanya.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menegaskan, tidak ada alasan yang tepat untuk menghentikan program vaksinasi yang tengah berlangsung. ”Kami tetap yakin tentang program vaksinasi ini dan senang sekali melihat program ini dijalankan dengan cepat di seluruh wilayah Inggris,” ujarnya.
Di Asia Tenggara, Thailand tetap menggunakan vaksin AstraZeneca ini pada Selasa (16/3/2021) setelah sebelumnya melakukan penundaan. Suntikan pertama diberikan kepada Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha.