Vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca dinyatakan tidak terkait kejadian pembekuan darah pasca- imunisasi. Indonesia menunda pemberian vaksin itu hingga ada hasil kajian dari Badan POM.
Oleh
Tim Kompas
·4 menit baca
GENEVA, SELASA—Organisasi Kesehatan Dunia dan Badan Pengawas Obat Eropa menyatakan vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca aman digunakan. Vaksin itu juga dinilai tak terkait kejadian pembekuan darah pada orang yang sudah divaksin di beberapa negara.
”Kami tak ingin orang panik. Kami merekomendasikan negara-negara melanjutkan vaksinasi Covid-19 memakai vaksin AstraZeneca,” kata Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan di Geneva, Swiss, Senin (15/3/2021).
”Kami tak menemukan hubungan antara kejadian (pembekuan darah) ini dan vaksin,” ujarnya.
WHO dan Badan Pengawas Obat Eropa (European Medicines Agency/EMA) berharap vaksinasi Covid-19 terus berjalan. Penundaan vaksinasi dikhawatirkan melemahkan perang melawan pandemi.
Selasa (16/3), para pakar WHO menggelar pertemuan untuk membahas lebih dalam keamanan vaksin Covid-19 AstraZeneca. WHO dan EMA membahas data keamanan imunisasi dengan vaksin AstraZeneca secara terpisah. Lalu EMA menggelar rapat luar biasa untuk memutuskan langkah selanjutnya.
Secara terpisah, EMA mengatakan, tak ada indikasi kejadian pembekuan darah disebabkan vaksin Covid-19 AstraZeneca. ”Manfaat vaksin Covid-19 AstraZeneca lebih besar daripada risikonya, tetapi ini butuh evaluasi ilmiah,” kata Direktur Eksekutif EMA Emer Cooke dalam jumpa pers daring dari Amsterdam, Belanda, seusai pertemuan membahas kejadian pembekuan darah pascavaksinasi Covid-19 AstraZeneca,
Kami tak menemukan hubungan antara kejadian (pembekuan darah) ini dan vaksin.
Juru bicara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menuturkan, ”Seperti disampaikan Badan Pengawas Obat dan Layanan Kesehatan Inggris
(MHRA), pembekuan darah terjadi alamiah tetapi tak ada bukti itu mungkin terjadi setelah vaksinasi. Jadi, tak ada bukti kaitan vaksin AstraZeneca dan pembekuan darah.”
Kasus pembekuan darah pascavaksinasi Covid-19 dengan AstraZeneca membuat sejumlah negara Eropa menangguhkan pemberian vaksin itu. Dengan Swedia dan Latvia, kini lebih dari 10 negara Uni Eropa menunda pemberian vaksin.
Situasi di Indonesia
Vaksin AstraZeneca-Oxford dikembangkan AstraZeneca bersama University of Oxford di Inggris. Vaksin ini yang termurah di antara vaksin Covid-19 yang ada sehingga menjadi pilihan bagi negara-negara miskin.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan untuk Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, kemarin, menyatakan, pemerintah menunda distribusi vaksin Covid-19 AstraZeneca sampai kajian yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tuntas. Hal itu dilakukan sebagai bentuk kehati-hatian sekaligus menentukan kriteria sasaran penerima vaksin dan menjamin mutu vaksin.
Distribusi vaksin AstraZeneca di Indonesia ditunda sampai ada informasi keamanan vaksin itu dari WHO dan badan otoritas obat di sejumlah negara di Eropa untuk memastikan vaksin itu aman diberikan kepada masyarakat. ”Pihak EMA menyatakan kejadian itu tak ada kaitannya dengan vaksin AstraZeneca. Kita tetap memutuskan menunda distribusi karena lebih pada kehati-hatian,” tuturnya.
”Komunikasi dengan WHO terus dilakukan. Kita melihat nomor batch vaksin yang ditangguhkan di Eropa tak meliputi nomor batch yang masuk ke Indonesia,” ujarnya.
Nadia menuturkan, BPOM beserta para ahli menyusun kriteria penerima vaksin AstraZeneca. Kriteria ini bisa berbeda dengan kriteria yang sebelumnya diberikan untuk sasaran vaksin Sinovac. Hal itu dilakukan dengan memperhitungkan interval 9-12 minggu antara pemberian dosis pertama vaksin AstraZeneca dan dosis kedua.
Terkait masa pakai vaksin AstraZeneca yang berakhir pada Mei 2021, Nadia optimistis, produk vaksin itu bisa dimanfaatkan secara optimal. Dengan pemberian vaksinasi di Indonesia berkisar 250.000-300.000 orang per hari, sebanyak 1,1 juta dosis vaksin AstraZeneca bisa dihabiskan dalam satu minggu.
Laporan Kementerian Kesehatan per 16 Maret 2021 mencatat, sebanyak 4,4 juta penduduk Indonesia mendapat vaksin Covid-19 dosis pertama. Adapun 1,7 juta orang mendapat dosis kedua. Total sasaran vaksinasi 181,5 juta orang.
Tetap waspada
Di Gianyar, Bali, Presiden Joko Widodo meminta semua pemimpin daerah tetap waspada dan mengarahkan masyarakatnya berdisiplin menjalankan protokol kesehatan sehingga laju penyebaran Covid-19 dapat dihambat, bahkan dikurangi. Program vaksinasi Covid-19 diharapkan membentuk kekebalan kelompok.
Majelis Ulama Indonesia, dalam siaran pers, menyatakan, pemerintah bisa melaksanakan vaksinasi saat bulan Ramadhan dengan memperhatikan kondisi umat Islam yang berpuasa. ” Umat Islam wajib berpartisipasi dalam vaksinasi Covid-19 demi mewujudkan kekebalan kelompok,” kata Asrorun Niam Sholeh, Ketua Bidang Fatwa MUI.
Terkait varian baru virus, Nadia mengatakan, temuan varian B.1.1.7 di Indonesia bertambah satu kasus, yakni warga Bogor, Jawa Barat. Pasien itu memiliki riwayat perjalanan dari Ghana. Jadi, ada temuan tujuh kasus varian baru yang pertama kali diidentifikasi di Inggris ini. (REUTERS/AFP/ADH/ TAN/AIK/COK)