Kolaborasi Riset dan Dunia Usaha Masih Menjadi Tantangan Utama
Persoalan klasik berupa tidak terserapnya hasil riset maupun inovasi ke dunia usaha masih menjadi persoalan yang menggelayuti dunia penelitian di Indonesia. Kolaborasi kembali ditekankan kepada para pihak.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
Kompas/AGUS SUSANTO
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro (kiri) usai menjalani tes dengan metode reaksi rantai polimerasi (polymerase chain reaction/PCR) atau tes usap mengamati pengoperasian Mobile Laboratorium Biosafety Level (Lab BSL-2) di halaman Rumah Sakit Moh Ridwan Meuraksa, Jakarta Timur, Selasa (16/6/2020).
JAKARTA, KOMPAS — Kolaborasi riset antara peneliti dan dunia usaha masih menjadi tantangan utama dalam mendorong dan meningkatkan ekosistem inovasi di Indonesia. Penguatan kolaborasi ini perlu terus ditingkatkan agar terjadi alih teknologi dan menciptakan produk-produk inovasi berkualitas.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengemukakan, kurangnya sinergi dan kolaborasi riset membuat banyak produk inovasi teknologi yang berhenti pada saat pengembangan. Hal ini pada akhirnya akan mematikan ekosistem inovasi karena ketidakmampuan dalam melaksanakan alih teknologi dan difusi ilmu pengetahuan.
”Untuk mengatasi jurang kematian inovasi ini, upaya komersialisasi dari industri dan semua elemen harus sejak awal diperhitungkan. Banyak kita jumpai banyak ide kreatif dan inovatif justru tersumbat dan tidak bisa menjadi produk kebanggaan karena tidak didukung eksosistem yang baik,” ujarnya dalam konferensi pers pembukaan rapat kerja nasional (rakernas) penguatan ekosistem inovasi teknologi BPPT 2021 di Jakarta, Senin (8/3/2021).
Kuncinya, kita harus melahirkan inovasi sehingga riset dan pengembangan dari setiap manufaktur di Indonesia bisa dikenali, diakui, dan menjadi sumber produk tidak hanya rakitan, tetapi juga buatan asli Indonesia. (Bambang PS Brodjonegoro)
Hal senada disampaikan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro. Menurut Bambang, tantangan terbesar saat ini adalah menjalankan sinergi antara tiga pihak, yakni peneliti, dunia usaha, dan pemerintah.
BPMI SEKRETARIAT PRESIDEN
Kepala BPPT Hammam Riza menyebutkan delapan bidang yang menjadi fokus BPPT dalam menguatkan ekosistem inovasi. Hal ini disampaikan dalam laporannya dalam pembukaan Rakernas Penguatan Ekosistem Inovasi dan Teknologi BPPT tahun 2021 di Istana Negara, Jakarta, Senin (8/3/2021).
”Kuncinya adalah antara dunia penelitian dan dunia usaha harus saling berkomunikasi dan tidak boleh ada hambatan di antara kedua belah pihak tersebut. Pemerintah kemudian memfasilitasi dan menyiapkan regulasi untuk memastikan hubungan antara peneliti dan dunia usaha bisa berjalan lancar,” katanya.
Bambang menyatakan, perubahan paradigma dari ekonomi berbasis sumber daya alam menjadi ekonomi berbasis inovasi penting dilakukan di tengah kondisi Indonesia yang masih memerlukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Ekosistem inovasi perlu ditingkatkan guna mendorong dan mempercepat perubahan ini.
”Ketika kita berupaya membentuk ekosistem inovasi yang berlaku saat ini adalah teknologi revolusi industri keempat yang ditandai dengan teknologi digital. Jadi, apa pun inovasi yang akan diperkuat tidak boleh jauh dari teknologi paling maju saat ini baik artificial intelligence, internet of things, cloud system, dan lainnya,” tuturnya.
Selama masa pandemi, menurut Bambang, ekosistem riset dan inovasi salah satunya masih difokuskan untuk produk-produk yang dapat mempercepat penanganan Covid-19. Sejumlah produk yang perlu terus dihasilkan dan dikembangkan oleh BPPT, antara lain, tes cepat antigen, ventilator unit perawatan intensif (ICU), dan alat pengukur kadar antibodi untuk mendukung program vaksinasi.
”Jadi dari tahapan desain dan pengembangan produk harus sudah dibuat di Indonesia. Dari situlah kita mengejar peningkatan konten lokal dari riset dan pengembangan di hampir semua produk. Kuncinya, kita harus melahirkan inovasi sehingga riset dan pengembangan dari setiap manufaktur di Indonesia bisa dikenali, diakui, dan menjadi sumber produk tidak hanya rakitan tetapi juga buatan asli Indonesia,” ucapnya.
Lembaga akuisisi
Saat memberikan sambutan dalam pembukaan rakernas penguatan ekosistem inovasi teknologi BPPT di Istana Negara, Jakarta, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa BPPT harus mencari inovasi dan teknologi untuk dikembangkan serta siap diterapkan. Presiden juga meminta BPPT untuk menjadi lembaga akuisisi teknologi maju guna mempercepat proses pemulihan dan pembangunan ekonomi nasional.
”Strategi akuisisi teknologi dari luar negeri menjadi kunci percepatan pembangunan ekonomi kita. BPPT harus menyiapkan strategi akusisi teknologi dari luar yang sangat bermanfaat dan bisa diimplementasikan secara cepat. Jangan sekadar membeli mesin jadi, tetapi kita harus membuat kerjasama produksi teknologi di Indonesia,” katanya.
BPMI SEKRETARIAT PRESIDEN
Presiden Joko Widodo membuka Rapat Kerja Nasional Penguatan Ekosistem Inovasi dan Teknologi BPPT tahun 2021 di Istana Negara, Senin (8/3/2021). Acara diselenggarakan secara daring dan luring.
Dalam melakukan akuisisi tersebut, Presiden menekankan agar tidak hanya membeli mesin jadi, tetapi juga harus membuat kerja sama produksi teknologi di Indonesia yang melibatkan para pakar. Hal ini bertujuan agar ada transfer pengetahuan dan pengalaman dalam mengembangkan produk-produk inovasi.
Terkait arah Presiden tersebut, Hammam menyatakan bahwa BPPT dan semua pihak harus berkerja sama dan bersinergi untuk mengikis egosentris dalam mengembangkan inovasi. ”Kita harus menguasai teknologi kunci bukan sekadar untuk manufaktur. Semua kegiatan harus bermuara untuk menumbuhkan ekonomi,” tuturnya.