Didukung Cuaca dan Arah Angin, Kualitas Udara di Jakarta Baik dan Sedang
Pemantanan KLHK kualitas udara saat ini pada kondisi baik. Arah angin serta kandungan air yang tinggi berkontribusi pada kualitas udara ini.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Sejak Januari hingga saat ini, kondisi kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya masuk kategori baik dan sedang. Kondisi ini salah satunya dipengaruhi oleh angin barat yang terjadi pada bulan Oktober sampai Maret dan pada periode tersebut mengandung banyak air sehingga membuat kualitas udara menjadi lebih bersih.
Kondisi kualitas udara di Jakarta tersebut terangkum dalam grafik indeks standar pencemaran udara (ISPU) yang diperoleh dari pemantauan stasiun di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Grafisk ISPU di Jakarta menunjukkan, pada periode 1 Januari-4 Maret 2021 kualitas udara masuk kategori baik sebanyak 24 hari dan sedang 38 hari.
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Karliansyah mengemukakan, selain parameter meterologi dan bentang alam, kualitas udara ambien ini juga dipengaruhi oleh sumber emisi yang terdapat di wilayah pemantauan.
Sejak 2016-2020, KLHK telah membangun 39 AQMS yang tersebar di sejumlah wilayah.
“Musim angin barat dan angin timur juga memengaruhi kualitas udara. Angin barat yang terjadi pada bulan Oktober sampai Maret mengandung banyak air sehingga membuat kualitas udara menjadi lebih bersih. Sedangkan angin timur pada April sampai September memiliki kondisi kering dan membawa partikel debu lebih banyak,” ujarnya dalam diskusi media secara daring, Jumat (5/3/2021).
Perhitungan ISPU mengacu pada tujuh paramater yakni debu halus PM10 dan PM2,5, karbonmonoksida, sulfurdioksida, nitrogen dioksida, ozon, dan hidrokarbon. Sementara parameter meteorologi yang dipantau antara lain kecepatan dan arah angin, radiasi sinar matahari, suhu, tekanan udara, kelembaban, serta curah hujan.
ISPU dihitung dari data hasil pemantauan kualitas udara ambien dengan stasiun pemantau yang beroperasi secara otomatis dan berkelanjutan (AQMS). Sejak 2016-2020, KLHK telah membangun 39 AQMS yang tersebar di sejumlah wilayah. Tahun ini, KLHK akan kembali membangun 14 unit AQMS.
Kualitas udara hasil pemantauan ISPU digolongkan ke dalam lima kategori yakni baik, sedang, tidak sehat, sangat tidak sehat, dan berbahaya. Kualitas udara kategori baik dan sedang tidak memberikan efek negatif atau masih dapat diterima makhluk hidup. Sedangkan kualitas udara kategori tidak sehat, sangat tidak sehat, dan berbahaya tergolong merugikan manusia dan dapat meningkatkan risiko kesehatan.
Udara akibat karhutla
Berdasarkan pemantauan dari AQMS, kualitas udara di wilayah yang saat ini tengah dilanda kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) seperti Riau dan Kalimantan Barat masih tergolong sedang. Pemantauan AQMS tersebut berada di kota Pekanbaru (Riau) dan Pontianak (Kalbar).
“Pemantauan di Riau ini juga terbantu dengan stasiun milik Chevron. Jadi apa yang ada di ISPU memang menggambarkan situasi dan kondisi di sekitar lokasi,” kata Karliansyah.
Ia menjamin alat AQMS mampu menghitung kualitas udara dengan tepat dan standar yang telah ditetapkan. Sistem tersebut juga mampu membedakan partikel yang benar-benar mencemari udara dan partikel yang bersifat air seperti kabut.
Direktur Pengendalian Pencemaran Udara KLHK Dasrul Chaniago mengatakan, KLHK telah melakukan invetarisasi kualitas udara di sejumlah kota antara lain Bandung (Jabar), Tangerang (Banten), Palembang (Sumsel), Surabaya (Jatim), Semarang (Jateng), DI Yogyakarta, dan DKI Jakarta. Hasil inventarisasi menunjukkan, sumber emisi terbesar berasal dari transportasi yakni berkisar 70-80 persen.