Alat GeNose kini juga mulai dimanfaatkan di sejumlah perkantoran dan industri dalam upaya penapisan kasus penularan Covid-19. Perluasan pemanfaat ini diharapkan juga kian meningkatkan kualitas data alat tersebut.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tes GeNose C19 melalui embusan napas yang dikembangkan Universitas Gadjah Mada semakin luas dimanfaatkan oleh masyarakat. Setelah digunakan sebagai salah satu opsi pemeriksaan pada syarat penumpang kereta api, tes GeNose juga telah dimanfaatkan di berbagai perkantoran dan industri dalam upaya penapisan kasus penularan Covid-19.
Kepala Produksi Konsorsium GeNose C19 Eko Fajar Prasetyo menyampaikan, sebanyak 2.000 unit GeNose sudah dipesan oleh berbagai sektor. Sementara ditargetkan 3.000 unit akan diluncurkan kembali pada Februari 2021.
”Harapannya, GeNose bisa semakin banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Alat tes ini juga sudah dimanfaatkan di beberapa stasiun kereta api sampai nanti akan diperluas untuk digunakan di lebih dari 40 stasiun,” katanya dalam kegiatan serah terima alih status penggunaan GeNose c19 dari Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Jakarta, Selasa ( 9/2/2021).
Dalam serah terima tersebut, alat deteksi GeNose C19 akan digunakan di gedung perkantoran milik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) di Jakarta. Menurut rencana, staf yang harus bekerja di kantor akan melakukan tes ini terlebih dulu untuk mencegah risiko ada penularan Covid-19.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro menuturkan, pemanfaat GeNose C19 diharapkan juga dapat memperkuat upaya pengendalian Covid-19, terutama dalam intervensi pelacakan dan pemeriksaan kasus. Penyempurnaan alat akan terus dilakukan seiring dengan semakin banyak masyarakat yang menggunakan.
”GeNose C19 ini menggunakan teknologi kecerdasan artifisial yang memiliki sifat sebagai mesin learning. Artinya, semakin banyak digunakan, semakin akurat hasil yang didapatkan. Karena itu, alat ini perlu dipergunakan dalam skala luas,” ucapnya.
Dari hasil pengujian, tingkat akurasi GeNose diklaim 93-95 persen dengan sensitivitas 89-92 persen dan spesivitas 95-96 persen. Secara teknis, alat ini dirancang mendeteksi Covid-19 melalui pola napas. Sampel yang diuji adalah hasil metabolisme virus atau VOC (volatile organic compound) yang terkandung di embusan napas.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyampaikan, penggunaan GeNose C19 didorong dapat digunakan pula di titik-titik tempat wisata. Pemeriksaan ini bisa memperkuat upaya penapisan pada wisatawan yang datang selain hanya dengan pengecekan suhu tubuh. Pemeriksaan ini juga bisa dimanfaatkan di lokasi yang ramai, seperti terminal, stasiun, pelabuhan, dan bandara.
”Komunikasi dengan industri swasta akan saya lakukan untuk menyampaikan terkait dengan adanya teknologi GeNose ini. Harapannya, pihak swasta juga bisa memanfaatkannya sebagai salah satu cara screening sehingga penanganan Covid-19 bisa lebih efektif dan kemudian dapat mendukung pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.
Secara terpisah, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, tes dengan GeNose C19 masih belum bisa digunakan sebagai pemeriksaan standar untuk deteksi Covid-19. Saat ini, pengujian lebih lanjut masih dilakukan di laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan.
”Selanjutnya kami akan serahkan pula alat uji GeNose ini ke WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) untuk bisa disertifikasi. Sampai saat ini alat deteksi medis yang direkomendasikan WHO, yaitu alat tes swab antigen. Sementara alat pemeriksaan dengan gold standard hanya dengan tes PCR,” ucapnya.