Cuaca di wilayah Indonesia cenderung bergolak menyusul masuknya puncak musim hujan. Selain potensi hujan ekstrem, juga ada potensi munculnya awan kumulonimbus yang bisa mengganggu penerbangan dan pelayaran.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kondisi cuaca di wilayah Indonesia cenderung bergolak menyusul masuknya puncak musim hujan. Selain potensi hujan ekstrem, terdapat pula potensi munculnya awan kumulonimbus yang bisa mengganggu penerbangan dan ombak tinggi yang mengganggu pelayaran.
Deputi Bidang Klimatologi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Herizal, di Jakarta, Minggu (10/1/2021), mengatakan, sebagian besar wilayah Indonesia, terutama mulai dari Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, hingga Nusa Tenggara, saat ini telah memasuki puncak musim hujan yang diperkirakan berlangsung hingga Februari 2021.
”Untuk itu, BMKG terus meminta masyarakat dan seluruh pihak untuk tetap terus mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang cenderung meningkat di dalam periode puncak musim hujan ini,” ujar Herizal.
Data BMKG, sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu 93 persen dari 342 zona musim, telah memasuki musim hujan. Jika dibandingkan terhadap rata-ratanya selama 30 tahun (1981-2010), sifat hujan selama musim hujan 2020/2021 di sebagian besar daerah, yaitu 243 zona musim (71,0 persen), diprakirakan normal dan 94 zona musim (27,5 persen) diprakirakan di atas normal. Adapun bawah normal sebanyak 5 zona musim (1,5 persen).
Cuaca ekstrem
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, untuk tujuh hari ke depan potensi cuaca ekstrem yang perlu diwaspadai bisa melanda wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Bali, dan NTB.
Sementara di bagian timur Indonesia, cuaca ekstrem yang perlu diwaspadai adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Cuaca ekstrem tersebut sangat berpotensi menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor yang dapat membahayakan bagi publik, serta hujan lebat disertai kilat dan gelombang tinggi yang membahayakan pelayaran dan penerbangan.
Berdasarkan analisis terintegrasi dari data BMKG, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan Badan Informasi Geospasial (BIG), daerah yang perlu mewaspadai potensi banjir, antara lain, Aceh Barat Daya, Tapanuli-Sumut, Indragiri-Riau, Pesisir Selatan dan Solok-Sumbar, Bungo dan Kerinci-Jambi, Bangka-Belitung, Lampung Barat, Banten bagian selatan, Jawa Barat bagian barat dan timur, Jawa Tengah bagian timur wilayah pesisir utara serta bagian tengah dan barat, serta Jawa Timur bagian barat dan wilayah Tapal Kuda.
Sementara itu, daerah lain yang memiliki potensi banjir, antara lain, Kalimantan Barat bagian utara, Kalimantan Selatan bagian selatan, Sulawesi Tengah bagian tengah, Sulawesi Barat bagian tengah, Sulawesi Selatan bagian utara dan selatan, Sulawesi Tenggara bagian utara, Papua Barat wilayah sekitar Teluk Bintuni, dan Papua bagian barat dan tengah.
Adapun tinggi gelombang 2,5-4 meter berpeluang terjadi di perairan utara Pulau Sabang, perairan barat Kepulauan Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, perairan Pulau Enggano, perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Jawa, Samudra Hindia barat Sumatera hingga selatan NTB, perairan timur Kepulauan Bintan-Kepulauan Lingga, perairan Kepulauan Talaud, perairan utara Halmahera, Laut Halmahera, serta Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua.
Gelombang dengan ketinggian 4-6 meter berpeluang terjadi di perairan Kepulauan Anambas-Kepulauan Natuna, Laut Natuna, dan perairan utara Singkawang. Adapun tinggi gelombang lebih dari 6 meter atau sangat ekstrem berpeluang terjadi di Laut Natuna Utara.
Untuk cuaca penerbangan, berdasarkan analisis dan prediksi BMKG yang disampaikan pada Desember lalu dan selalu diperbarui, saat ini secara umum masih berpotensi tinggi terjadinya pembentukan awan-awan kumulonimbus yang dapat membahayakan penerbangan.
Potensi pembentukan awan kumulonimbus tersebut terutama di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Samudra Hindia Selatan Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Papua.
”Kami terus mengimbau masyarakat dan semua pihak yang terkait dengan sektor transportasi untuk selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca signifikan atau potensi cuaca ekstrem yang masih dapat terjadi di puncak musim hujan ini demi mewujudkan keselamatan dalam layanan penerbangan,” kata Guswanto.