Hasil riset dan inovasi kini juga diarahkan agar bisa mendukung pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Teknologi tepat guna yang implementatif diperlukan untuk meningkatkan daya saing mereka.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penerapan inovasi teknologi tepat guna saat ini ditargetkan menyentuh semua sektor, tak terkecuali usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Penerapan teknologi ini diyakini dapat mendukung produktivitas dan meningkatkan daya saing UMKM.
Guna mendukung program pembangunan UMKM, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro melakukan kunjungan kerja ke Subang, Jawa Barat, Senin (7/12/2020). Kunjungan dilakukan untuk meninjau penggunaan tekonologi tepat guna yang telah diaplikasikan di Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna (P2TTG) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
”Tujuan utama kunjungan ini pertama adalah sebagai tindak lanjut arahan Bapak Presiden di salah satu rapat tentang UMKM, di mana beliau mengatakan program pengembangan UMKM tidak boleh dilakukan kementerian secara sendiri-sendiri dan tidak terorganisasi. Namun, beliau mengatakan itu dipimpin oleh Kementerian UMKM dengan didukung oleh kementerian lain,” ujar Bambang saat konferensi pers secara daring.
Bambang menjelaskan, pengembangan teknologi tepat guna yang dilakukan di P2TTG telah berjalan selama 34 tahun dan mengikuti revolusi industri 4.0. Ia pun menegaskan bahwa teknologi tepat guna yang dikembangkan jangan hanya dimaknai sebatas teknologi sederhana atau ketinggalan zaman. Namun, teknologi ini harus dilihat manfaatnya, mudah digunakan, terjangkau, dan relevan dengan kebutuhan dari pelaku usaha.
”Harapannya, dari pengembangan teknologi sekarang, kekuatan produksi UMKM bisa berkembang. Kami juga mendukung agar UMKM tidak hanya diberi sentuhan teknologi digital, tetapi juga teknologi produksi,” ujarnya.
Dalam kunjungan tesebut, sejumlah UMKM yang mendapat alih teknologi dari P2TTG menampilkan produk-produk hasil riset dan inovasi mereka. Beberapa di antaranya yakni alat penyaring (roaster) kopi serta olahan pangan seperti mi jagung Aitamie dan Probarz. Selain itu, terdapat juga alat pembakar lemang semiotomatis yang merupakan kerja sama LIPI Subang dengan Pemerintah Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara.
Aitamie merupakan mi kering nonterigu yang terbuat dari tepung mocaf, tepung beras, tepung tempe, dan tepung jagung. Produk ini berserat tinggi, bebas pengawet, dan pewarna sintesis. Aitamie dibuat dengan teknologi ekstruksi sehingga memiliki tekstur seperti spageti.
Sementara Probarz (banana snack bar) merupakan makanan ringan yang terbuat dari bahan utama berupa tepung pisang kaya akan protein, kalium, serat pangan, dan inulin yang merupakan sumber prebiotik. Probarz dan Aitamie juga dapat menjadi produk pangan yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama pandemi Covid-19.
Bambang berharap, ke depan teknologi tepat guna dapat mengurangi ketergantungan impor karena selama ini masih banyak mesin atau peralatan yang didatangkan dari luar negeri. Melalui pengembangan ini, diharapkan juga terlahir UMKM baru yang berbasis teknologi.
Mutlak diperlukan
Dihubungi secara terpisah, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki mengatakan, penerapan teknologi digital dan teknologi produksi mutlak diperlukan untuk meningkatkan daya saing produk UMKM. Hal ini bertujuan agar ada perbaikan standar kualitas yang lebih produktif dan efisien.
Saat ini, Kementerian Koperasi dan UKM mempunyai strategi pengembangan UMKM berbasis kawasan dan penerapan sharing factory atau rumah produksi bersama dengan penerapan teknologi produksi yang lebih modern. Sharing factory ini sedang dibangun di Klaten, Jawa Tengah, sebagai proyek percontohan untuk bisnis pengolahan kayu dan ke depan akan dibangun di daerah lain.
”Intinya nanti para pengrajin furnitur bisa maklun pengolahan kayu di sana sehingga kualitas kayu mereka sudah standar dengan produk industri,” ujarnya.
Industri bahan peledak
Selain mengunjungi P2TTG LIPI, Bambang juga melakukan kunjungan kerja ke PT Dahana Persero, salah satu BUMN yang bergerak di bidang industri bahan peledak yang terpadu untuk sektor migas, pertambangan umum, kuari dan konstruksi, serta pertahanan dan keamanan. Kunjungan bertujuan untuk meninjau langsung tempat produksi, seperti pabrik Nitrogliserin (NG), pabrik bom, pabrik (detonator) nonel, dan pabrik cartridge emulsion.
PT Dahana memiliki Pusat Bahan Berenergi Tinggi (Energetic Material Center/EMC) yang merupakan pusat pengembangan dan manufaktur terbesar di ASEAN. EMC menjadi tempat untuk memproduksi inovasi produk-produk baru berdasarkan kebutuhan pengguna.
Bambang menyebut, pihaknya memberikan dukungan kepada industri untuk melakukan riset dan inovasi dalam rangka memajukan teknologi di berbagai sektor, termasuk sektor-sektor yang menjadi fokus PT Dahana.
Beberapa hasil riset dan inovasi PT Dahana yang didukung oleh Kemenristek/BRIN, antara lain, teknologi dabex for reactive ground (FRG) dan penelitian dabex for underground. FRG merupakan teknologi peledak unggulan untuk mengatasi batuan reaktif di pertambangan emas, sedangkan dabex for underground yaitu penelitian produk bahan peledak untuk tambang bawah tanah.
Selain itu, dua penelitian lainnya yang juga dilakukan dengan dukungan dari lembaga pemerintah non-kementerian di bawah koordinasi Kemenristek/BRIN yaitu teknologi propelan RHAN (Roket Pertahanan) 122b dan penelitian biogradable seismic.
Teknologi propelan RHAN merupakan roket balistik dengan radius tembak hingga 30 kilometer yang dikembangkan untuk menggantikan roket alat utama sistem persenjataan (alutsista) Grad RM 70 dari Ceko milik TNI Angkatan Laut. Pengembangan teknologi ini dilakukan bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
Sementara biogradable seismic merupakan produk bahan peledak di sektor migas atau pencarian minyak. Setelah tidak terpakai, produk ini akan terurai dengan sendirinya di dalam tanah sehingga tidak membahayakan lingkungan dan manusia. Penelitian ini dilakukan bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).