Gempa berkekuatan M 6 mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Selasa (17/11/2020) pukul 08.44 WIB. BMKG mengonfirmasi bahwa gempa ini tidak menimbulkan tsunami.
Oleh
Ahmad Arif
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gempa berkekuatan M 6 mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, pada Selasa (17/11/2020) pukul 08.44. Sekalipun cukup kuat dan sumbernya dangkal, gempa tidak memicu tsunami.
Informasi awal dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa memiliki magnitudo M 6,3. Namun, setelah data dari jaringan seismograf stabil, kekuatan gempa dipastikan M 6. Geoscience Australia juga menyebut gempa ini berkekuatan M 6, sedangkan German Research Centre for Geosciences menyebut kekuatan gempa M 5,9.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengatakan, episenter gempa bumi terletak pada koordinat 2,90 Lintang Selatan dan 99,07 Bujur Timur atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 112 kilometer arah barat daya kota Tuapejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, pada kedalaman hiposenter 13 km.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, menurut Rahmat, gempa bumi yang terjadi termasuk dangkal akibat aktivitas penyesaran di investigator fracture zone (IFZ) atau dekat dengan batas tumbukan lempeng. ”Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan mendatar (strike slip fault),” katanya.
Guncangan gempa ini dirasakan di Kota Padang, Painan, Sipora III-IV MMI (Mercalli Modified Intensity), yang artinya gempa dirasakan oleh orang banyak di dalam rumah. Sementara di Solok, Padang Panjang, Bukittinggi, Pariaman, dan Kepahiang, guncangannya dirasakan dengan skala II-III MMI, yaitu getarannya seperti ada truk berlalu. ”Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami,” katanya.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, gempa ini berada di dekat subduksi Mentawai, tetapi memiliki sumber dan mekanisme berbeda. ”Kalau gempa dari subduksi, mekanismenya sesar turun, bukan mendatar. Gempa kali ini di landasan lempeng Samudra Hindia,” ujarnya.
Menurut Daryono, gempa dengan mekanisme sesar geser juga pernah terjadi pada 2012 lalu, yang terjadi dengan selisih hanya tiga jam, yaitu berkekuatan M 8,6 dan M8,3. ”Jadi, di wilayah Sumatera, ancaman bukan hanya dari zona subduksi, tetapi juga zona IFZ,” katanya.
Zona subduksi segmen Mentawai diketahui memiliki potensi gempa M 8,9, sebagaimana tertera dalam Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017. Pada 1797, di segmen Mentawai ini terjadi gempa besar berkekuatan M 8,8 diikuti tsunami. Namun, setelah itu, segmen ini sepi gempa (seismic gap) sehingga menyimpan potensi gempa bumi besar.