Indonesia mendapatkan dana hibah dari Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia untuk pembiayaan Coral Reef Rehabilitation and Management Program-Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI) selama tiga tahun
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
KOMPAS/YOLA SASTRA
Ketua Kelompok Sadar Wisata Andespin David Hidayat mengambil sampah plastik yang menutupi terumbu karang yang mengalami proses pemutihan di Pantai Manjuto, Nagari Sungai Pinang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Sabtu (19/10/2019). Terumbu karang di obyek wisata tersebut mengalami proses pemutihan atau coral bleaching.
JAKARTA, KOMPAS — Terumbu karang di Indonesia mengalami ancaman penurunan kualitas akibat sejumlah faktor, seperti aktivitas ekonomi, wisata, polusi, dan penangkapan ikan secara ilegal. Pelestarian terumbu karang pun diperkuat melalui perolehan dana hibah dari Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia.
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Bappenas Arifin Rudiyanto mengatakan, luas terumbu karang di Indonesia mencapai 25.000 kilometer persegi atau sepertiga dari seluruh terumbu karang yang ada di dunia. Namun, sekitar 30 persen terumbu karang di Indonesia dalam kondisi rusak.
Terumbu karang di Indonesia memiliki nilai ekonomi yang sangat besar, yakni sekitar 2,6 miliar dolar AS atau Rp 39 triliun per tahun. Menurut Arifin, valuasi tersebut didapat dari pemanfaatan ekosistem terumbu karang untuk berbagai bidang ekonomi, seperti sektor pariwisata, tangkap, dan pengembangan kawasan pesisir.
Guna melestarikan terumbu karang, Bappenas telah membuat program pengelolaan kawasan konservasi perairan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Program pengelolaan tersebut menyelaraskan pertumbuhan ekonomi dan kelestarian ekosistem terumbu karang.
KOMPAS/ICHWAN SUSANTO
Penyelam mengidentifikasi kondisi beserta kelimpahan karang dan ikan pada sekitar Pulau Hatta di Banda Naira, Maluku Tengah, Selasa (5/11/2019). Kondisi karang di Pulau Hatta sebagai kontrol atau pembanding dari kondisi pada perairan di Taman Wisata Perairan Laut Banda Naira serta Kawasan Konservasi Perairan Ay dan Rhun. Kegiatan dari Coral Triangle Center ini juga menyurvei kondisi sosial-ekonomi masyarakat setempat.
”Dari sisi ekonomi kami berharap bisa terjadi penguatan ketahanan ekonomi yang berkelanjutan. Sedangkan untuk lingkungan hidup, bertujuan agar tercipta ekosistem terumbu karang dan ekosistem yang mampu meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim,” ujarnya di Jakarta, Kamis (30/7/2020).
Dari sisi ekonomi kami berharap bisa terjadi penguatan ketahanan ekonomi yang berkelanjutan. Sedangkan untuk lingkungan hidup, bertujuan agar tercipta ekosistem terumbu karang dan ekosistem yang mampu meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim.
Selain itu, Indonesia juga memperoleh dana hibah sebesar 6,2 juta dolar AS (Rp 89 miliar) dari Bank Dunia dan 5,2 juta dollar AS (Rp 75 miliar) dari Bank Pembangunan Asia (ADB). Dana hibah dari Bank Dunia diberikan sejak 2019, sedangkan ADB sejak 2020. Masing-masing digunakan untuk pembiayaan Coral Reef Rehabilitation and Management Program - Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI) selama tiga tahun.
Dana hibah dari Bank Dunia digunakan untuk program peningkatan efektivitas pengelolaan ekosistem pesisir prioritas di Taman Nasional Perairan Laut Sawu, Suaka Alam Perairan (SAP) Waigeo Sebelah Barat, SAP Raja Ampat dan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Raja Ampat. Sementara program dari dana ADB dilaksanakan di Gili Matra dan Gili Balu, Nusa Tenggara Barat, serta Nusa Penida di Bali.
Menurut Arifin, selama satu tahun lebih, program dari Bank Dunia telah mencapai efektivitas sebesar 75 persen. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain restorasi ekosistem pesisir, perlindungan jenis ikan dan mamalia laut, pembangunan infrastruktur ekowisata, dan pengawasan ekosistem laut.
KOMPAS/ICHWAN SUSANTO
Penyelam, Rabu (25/9/2019) menempelkan karang pada instalasi logam Daun Khatulistiwa atau Domus Frosiquilo yang hari itu ditenggelamkan di dasar perairan Pantai Jikomalamo, Ternate, Maluku Utara. Instalasi ini diharapkan ditumbuhi dan dipadati karang sehingga menjadi terumbu karang atau rumah baru bagi ikan-ikan setempat.
Kegiatan serupa juga akan dilakukan dari dana hibah ADB. Namun terdapat fokus penambahan kegiatan pada sektor pengembangan usaha ekonomi, pengelolaan kawasan, dan upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Target konservasi
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo yang turut hadir dalam acara tersebut menyatakan, program coremap CTI sangat penting untuk melestarikan rantai biota laut. Sebab, biota laut Indonesia khususnya terumbu karang memiliki nilai ekonomi yang besar jika dikelola dan dilestarikan secara baik dan tepat.
Edhy juga menargetkan menetapkan luas wilayah konservasi laut sebesar 32,5 juta hektar atau 10 persen dari total kawasan perairan hingga 2030. Adapun luas kawasan laut yang telah dikonservasi sampai saat ini baru mencapai 23,34 juta hektar atau 7,83 persen.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Wisatawan menikmati terumbu karang di Sombu, Wango-Wangi, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Selasa (21/6). Selain menyelam, keindahan bawah laut Wakatobi juga bisa dinikmati dengan snorkeling.
Selain itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama dengan lembaga terkait lainnya telah membuat dokumen marine protected area (MPA) vision 2030. Dokumen tersebut digunakan sebagai acuan pengelolaan kawasan konservasi selama 10 tahun.