Indonesia merupakan surga kuliner yang membentang dari Sumatera hingga Papua. Itu tak bisa dilepaskan dari seni memasak yang terkait erat berbagai pangan lokal yang khas.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
Keragaman budaya dan bahan pangan membuat Indonesia memiliki potensi destinasi wisata gastronomi atau seni budaya terkait kuliner yang sangat sangat besar. Dari Sumatera hingga Papua memiliki keunikan masing-masing yang patut dilestarikan dan dimanfaatkan bagi pengembangan ekonomi lokal.
Sebagai tambahan bonus yang tak kalah penting, destinasi gastronomi juga dapat berkontribusi terhadap pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Ini bila pengembangannya tetap mengedepankan aspek ramah lingkungan.
Hal itu mengemuka dalam diskusi daring bertajuk ”Rantai Gastronomi Nusantara Semasa Pemulihan Bumi” yang diselenggarakan Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Rabu (22/7/2020).
Sebuah papan keterangan jenis padi yang ditanam di persawahan padi organik di Kampung Ciharashas, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Rabu (22/7/2020).
Inisiator Jaringan Gastronomi Indonesia (IGN), Vita Datau, menyampaikan, gastronomi tidak lepas kaitannya dengan konteks produksi makanan dari hulu ke hilir. Sebab, gastronomi juga memaparkan tentang darimana asal makanan hingga bagaimana makanan tersebut diproduksi.
Menurut Vita, gastronomi Indonesia memiliki fondasi yang kuat di aspek sejarah dan kebudayaan. Kedua aspek tersebut dapat merangkai cerita yang kuat. ”Artinya, Indonesia memiliki banyak destinasi yang berpotensi memberikan pengalaman holistik,” ujarnya.
Selain itu, destinasi gastronomi di Indonesia juga dapat dibangun dengan mendepankan aspek ramah lingkungan dan reservasi energi. Pada akhirnya pariwisata gastronomi berkelanjutan dapat menguatkan ketahanan pangan dan berkontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG).
Ke depan, gastronomi berkelanjutan dapat disebut ecogastroventure.
”Ke depan, gastronomi berkelanjutan dapat disebut ecogastroventure. Sebuah destinasi gastronomi dengan konsep organik, udara bersih, ruang terbuka hijau, dan memberi pengalaman yang otentik. Ini yang akan menjadi masa depan Indonesia,” tuturnya.
Meski demikian, potensi gastronomi di Indonesia belum sepenuhnya diketahui oleh masyarakat secara lokal ataupun global. Guna mengenalkan dan menyebarluaskan potensi gastronomi Indonesia ini, Vita turut terlibat aktif dalam forum organisasi dunia.
Forum tersebut, antara lain, adalah Organisasi Parisiata Dunia (UNWTO), Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), EUROPALIA, dan International Gastronomi Culture Art and Tourism (IGCAT).
”Memosisikan gastronomi Indonesia ke tingkat global juga tidak mudah. Kami harus memulai dari regional, yaitu ASEAN. Kami mengejar UNWTO karena dia sudah memiliki guideline untuk menciptakan gastronomic tourism,” ujarnya.
Jenik Andreas, salah satu pegiat pasar tradisional, mengungkapkan, gastronomi juga mempromosikan beberapa hal, seperti pengembangan pertanian, ketahanan pangan, dan pemilihan nutrisi. ”Semua itu ada di dalam siklus gastronomi berkelanjutan,” katanya.
Ia menambahkan, strategi pengembangan gastronomi dapat dimulai dari bawah dengan melibatkan pemerintah daerah (pemda). Setiap pemda dapat didorong untuk memetakan sistem pangan lokal di daerahnya masing-masing.
”Yang paling tahu pangan endemik yang berpotensi menjadi komoditas andalan di setiap daerah adalah daerah itu sendiri. Misalkan di level kecamatan memiliki peta pangan endemik, ini sudah bisa mengembangkan gastronomi dan mendukung ketahanan pangan,” ucapnya.