Dulu, siswa dan guru bertatap muka langsung untuk proses belajar-mengajar. Kini, setelah pandemi Covid-19 merundung Indonesia, belajar mesti dilakukan dari jarak jauh. Perubahan yang perlu adaptasi semua pihak.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pandemi Covid-19 turut mengubah dunia pendidikan, mulai dari metode pembelajaran, penganggaran, hingga sasarannya. Metamorfosis ini membutuhkan adaptasi agar kegiatan belajar-mengajar berjalan efektif.
Dalam proses belajar, misalnya, guru tidak lagi harus bertatap muka secara langsung dengan siswa karena dapat dilakukan secara daring. Pendidikan juga bukan hanya diukur saat ujian, melainkan juga menghadirkan solusi atas persoalan yang sedang terjadi.
”Covid-19 telah membawa perubahan, termasuk dunia pendidikan. Pendidikan bukan lagi urusan persiapan mencari kerja, melainkan mengestafetkan peradaban lebih baik ke generasi selanjutnya,” ujar Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Sabtu (2/5/2020).
Kamil mendorong pendidikan di Jabar tetap kompetitif dan melahirkan inovasi di tengah pandemi Covid-19. Dia mencontohkan sejumlah sekolah menengah kejuruan (SMK) di provinsi itu ikut terlibat dalam pembuatan ventilator untuk mendukung pengobatan pasien Covid-19.
”Ke depan, jangan selalu dengan efek terdesak baru kita berinovasi. Kita punya kemampuan melakukannya dari awal,” ucapnya.
Kamil juga berharap dunia pendidikan melahirkan generasi yang peduli dan berempati. Hal itu sudah terlihat saat sejumlah siswa ikut berkontribusi membantu penanganan Covid-19.
Pendidikan di Jabar diharapkan tetap kompetitif dan melahirkan inovasi di tengah pandemi Covid-19.
”Sekarang ini, pintar saja tidak cukup. Generasi ke depan harus pintar dan berkarakter. Dengan pendidikan karakter, kami ingin anak-anak menjadi generasi jujur dan peduli,” ujarnya.
Kedisiplinan siswa saat belajar diharapkan menjadi modal bagi mereka untuk disiplin menjalankan pembatasan sosial. Dengan begitu, mereka mendukung upaya pemerintah dalam memutus rantai penyebaran Covid-19.
Kamil juga menekankan perubahan pola penganggaran pendidikan. Situasi saat ini membuktikan sejumlah agenda rapat dapat dilakukan melalui konferensi video sehingga dapat menghemat anggaran.
”Dahulu butuh anggaran besar untuk perjalanan dinas. Pasca-Covid-19, kami akan membuat aturan baru. Jika masih memungkinkan digelar seperti saat ini (rapat secara daring), tidak perlu ada perjalanan fisik,” ujarnya.
Revolusi teknologi informasi memang membuat proses pembelajaran dapat dilakukan jarak jauh. Namun, kondisi ini juga memunculkan ancaman. Salah satunya hasutan lewat media internet, seperti ideologi yang tidak sesuai dengan Pancasila.
”Jangan sampai ’benteng’ sekolah-sekolah di Jabar bocor oleh ideologi yang terlalu ke kiri atau ke kanan. Jika mau selamat, Pancasila harus tetap menjadi landasan bangsa Indonesia,” kata Kamil.
Bantuan
Kepala Dinas Pendidikan Jabar Dewi Sartika mengatakan, pihaknya telah menyalurkan bantuan sekitar Rp 2 miliar untuk membantu penanganan Covid-19. Bantuan itu dikumpulkan dari berbagai pihak, di antaranya kepala sekolah, guru, komite sekolah, orangtua, dan siswa.
Dinas Pendidikan Jabar akan memperpanjang sistem pembelajaran dari rumah hingga 11 Mei mendatang. ”Selanjutnya masih mungkin berubah disesuaikan dengan situasi pandemi Covid-19,” ucapnya.
Dewi menambahkan, pihaknya juga sedang mempersiapkan penerimaan peserta didik baru (PPDB) untuk tahun ajaran 2020/2021. Dia berharap sosialisasi PPDB itu bisa dimulai pada awal Mei selama satu bulan. Sementara penyelenggaraan penerimaan akan dilaksanakan Juni. Namun, hal ini tetap menunggu kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
”Hal-hal untuk persiapan PPDB tentu kami selenggarakan seoptimal mungkin. Kami juga akan mempersiapkan pendaftaran secara daring untuk semua jalur,” ujarnya.