TANGERANG, KOMPAS – Badan Tenaga Nuklir Nasional berencana membangun reaktor daya nuklir berkapasitas 10 megawatt, yaitu Reaktor Daya Eksperimental. Reaktor Daya Eksperimental ini diharapkan menjadi media bagi penelitian dan pengembangan teknologi nuklir. Namun, dalam perencanaannya, sosialisasi terhadap masyarakat sekitar penting untuk dilakukan.
Reaktor Daya Eksperimental atau RDE adalah reaktor daya yang dapat digunakan sebagai pembangkit listrik dan pembangkit panas. Reaktor ini juga dapat memproduksi hidrogen dan diprediksi dapat digunakan untuk mencairkan batu bara.
Tujuan pembangunan RDE adalah untuk menjadi model percobaan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) kecil yang dapat beroperasi dengan aman. RDE juga menjadi sarana penelitian dan pengembangan energi baru dan terbarukan.
“RDE adalah amanat dari RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) Tahun 2015-2019. Bila sudah ada dana yang turun dari pemerintah, kami bisa memulai tahap konstruksi,” kata Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir Batan Suryantoro pada acara sosialisasi bertema Mendekatkan Teknologi Nuklir kepada Masyarakat di Kota Tangerang Selatan, Banten, Selasa (25/9/2018).
Pembangunan RDE telah memperoleh izin tapak dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) pada Januari 2017. Batan sedang mengupayakan izin lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Suryantoro mengatakan, pengembangan teknologi nuklir di Indonesia tidak bertujuan untuk mengembangkan senjata. Orientasi pengembangan teknologi nuklir antara lain adalah untuk sektor energi, pertanian, lingkungan, dan kesehatan.
Suryantoro mengatakan, RDE diproyeksikan sebagai reaktor merah putih, yaitu reaktor yang perencanaan, pembangunan, dan pengoperasiannya dilakukan oleh anak bangsa. Kini, rencana pembangunan RDE sudah sampai pada proses pembuatan Detail Engineering Design (DED). Desain itu dikembangkan oleh Batan.
Menurut Suryantoro, sumber daya manusia untuk mengembangkan teknologi tersebut sudah memadai di Indonesia. “Kita sudah punya fasilitas dan pengalaman dalam teknologi nuklir. Pada 1979 pun kita sudah bisa membuat reaktor nuklir di Yogyakarta,” tambahnya.
Dijamin aman
Pembangunan RDE juga harus disertai dengan sertifikasi analisis mengenai dampak lingkungan (amdal). Salah satu syarat untuk memperoleh amdal adalah adanya persetujuan dari masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, sosialisasi kepada masyarakat tentang rencana pengembangan teknologi nuklir, yaitu RDE, menjadi penting.
Selama ini, stigma masyarakat terhadap dampak negatif nuklir masih ada, seperti ketakutan masyarakat akan radiasi nuklir. Kepala Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir Batan Suparman mengatakan, RDE dapat dipastikan aman dan tidak memberi dampak buruk ke lingkungan. Itu karena pengawasan terhadap Batan dilakukan secara ketat oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Desain fasilitas-fasilitas teknologi nuklir, operasi, dan tindakan dalam kondisi darurat pun dilaksanakan dengan mengacu pada standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku. Menurut Kepala Pusat Pendayagunaan Informatika dan Kawasan Strategis Nuklir Batan Yusi Eko Yulianto, pelaksanaan SOP diawasi secara berkala oleh Bapeten dan International Atomic Energy Agency (IAEA).
“Kami juga menjalin kerja sama dengan sejumlah instansi, seperti TNI dan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) untuk latihan evakuasi saat terjadi kondisi darurat,” kata Yusi.
Untuk mengakomodasi aspek keselamatan, Rencana Tata Ruang Wilayah Nomor 15 Tahun 2011 telah mengatur tentang jalur evakuasi apabila terjadi kondisi darurat nuklir. Ada sebanyak 17 jalur evakuasi yang tercantum, misalnya Jalan Alam Sutera Boulevard, Tangerang Selatan. Menurut Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan Lisherni, sosialisasi mengenai hal ini masih harus dilakukan.
Masyarakat antusias
Puluhan masyarakat dari Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat mengikuti sosialisasi ini kemarin. Masyarakat juga turut diajak berkeliling ke dalam Pusat Reaktor Serba Guna yang ada di Kawasan Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek).
Masyarakat juga diajak untuk melihat langsung reaktor nuklir yang berdiameter lima meter dengan kedalaman 13 meter. Di sana, masyarakat diberi penjelasan lengkap mengenai nuklir, bahan bakarnya, hingga mekanisme kerja reaktor nuklir. Warga juga antusias dan kritis untuk menanyakan sejumlah pertanyaan seputar nuklir. (SEKAR GANDHAWANGI)