BANDUNG, KOMPAS — Jawa Barat sebagai lumbung padi nasional kini terancam alih fungsi lahan. Perlu terobosan peningkatan hasil panen dan promosi beragam bahan pangan selain nasi untuk mencegah dampak buruknya.
Data Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jabar tahun 2015-2016 menyebutkan, alih fungsi terjadi begitu masif, dari lahan sawah seluas 929.000 hektar menjadi sekitar 926.000 hektar. Padahal, rata-rata panen per hektar tak beranjak dari 6,1 ton gabah kering giling (GKG).
Alih fungsi lahan di Jawa Barat terjadi begitu masif, dari lahan sawah seluas 929.000 hektar menjadi sekitar 926.000 hektar.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jabar Hendy Jatnika mengatakan, lahan pertanian beralih fungsi seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan.
Selain menjadi perumahan, sawah berubah menjadi jalan tol hingga proyek strategis nasional seperti proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dan Bandar Udara Internasional Jawa Barat di Kabupaten Majalengka.
Sejauh ini, lanjut Hendy, Jabar masih surplus beras. Berdasarkan data Angka Ramalan (Aram) II Tahun 2017 Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi Jabar mencapai 12.517.736 ton GKG. Namun, Hendy berharap alih fungsi ini tidak meluas. Apabila hanya menyisakan lahan di bawah 800.000 hektar, dia khawatir target tahunan panen 12 juta ton GKG tidak tercapai.
”Sejauh ini, Jabar masih memiliki kelimpahan sumber air, infrastruktur irigasi teknis yang memadai, juga kondisi tanah yang subur,” ujarnya akhir pekan lalu di Bandung.
”Dalam setahun dapat dilakukan rata-rata dua kali tanam. Bahkan, untuk Kabupaten Garut, penanaman padi hingga tiga kali setahun. Lebih baik ketimbang Jateng yang punya luas lahan lebih besar, sekitar 1,1 juta hektar,” lanjutnya.
Lahan pertanian berkelanjutan
Akan tetapi, Hendy menyebutkan, pihaknya tidak ingin sekadar bergantung pada keunggulan itu. Saat ini, bersama pemerintah daerah, pihaknya sedang menyusun Peraturan Daerah tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Peraturan itu mengacu pada Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
”Harapannya, sawah di daerah irigasi teknis bisa dijaga. Selain itu, industri yang mengokupasi persawahan harus memberikan sawah baru di lahan pengganti,” katanya.
Kepala Bidang Produksi di Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jabar Uneef Primadi mengatakan, pemerintah saat ini tetap fokus pada pengembangan padi, jagung, dan kedelai untuk dapat swasembada.
”Namun, tetap didorong tanaman pangan lainnya atau nonberas, seperti kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar,” ujar Uneef.
Luas panen ubi kayu di Jabar tahun 2016 mencapai 72.890 hektar dengan produksi mencapai 1.792.716 ton. Adapun ubi jalar mempunyai luas panen 23.157 hektar dengan produksi mencapai 523.201 ton. Sementara berdasarkan data Aram II Tahun 2017 BPS, luas panen kacang hijau 8.543 hektar dan produksinya mencapai 10.716 ton.
”Kami memberikan bantuan berupa sarana peningkatan produksi, antara lain benih dan pupuk, termasuk juga desa mandiri benih untuk budidaya kedelai. Bantuan itu diberikan untuk lahan kedelai seluas 150.000 hektar, kacang hijau 1.000 hektar, ubi kayu 450 hektar, dan ubi jalar 250 hektar,” tuturnya.
”Pemberian bantuan ini juga dilakukan bersamaan dengan upaya mengubah paradigma, dari hanya makan nasi menjadi mengonsumsi bahan pangan lainnya,” lanjut Uneef.