Langkah Baru ABB Memenangkan Pasar Perangkat Teknologi Industrial
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
ABB Pte. Ltd., perusahaan penyedia perangkat teknologi kebutuhan industrial, mencatatkan kenaikan pesanan perangkat sebesar tiga persen pada triwulan keempat tahun 2016. Kenaikan pesanan ini berasal dari kontrak penjualan besar yang berhasil ditandatangani. Dalam laman resmi ABB mengatakan bahwa pesanan yang diterima rata-rata adalah perangkat Power Grids dan Discrete Automation and Motion. Discrete Automation and Motion merupakan solusi perangkat lunak yang mampu bekerja secara otomatis sehingga meningkatkan produktivitas suatu pabrik.
Catatan kinerja triwulan keempat 2016 juga menyebutkan mengenai peran penting ABB Ability terhadap pertumbuhan perusahaan. ABB Ability adalah divisi baru yang dibangun perusahaan untuk menyokong penemuan ataupun inovasi perangkat teknologi digital yang dibutuhkan pabrik pelanggan ABB.
Negara kawasan Asia, Timur Tengah, dan Afrika dipandang sebagai pasar penting bagi ABB. Pada triwulan keempat tahun 2016, India terus berinvestasi pada solusi transmisi tenaga listrik yang canggih dan mampu bekerja lebih efisien. Sementara, China tengah mendongkrak investasi dalam bentuk perangkat industrial yang bisa bekerja secara otomatis.
Kompas berkesempatan berbincang dengan Managing Director ABB untuk kawasan Singapura dan Asia Tenggara, Johan de Villiers, beberapa waktu lalu di Jakarta. Kedatangan Johan ini bersamaan dengan kunjungan kenegaraan pemerintah Swedia ke Indonesia. Berikut petikan perbincangannya:
Kompas (K) : Mengapa ABB memutuskan mendirikan ABB Ability ?
Johan (J) : ABB Ability berperan penting dalam inovasi perangkat industrial berbasis teknologi digital. Hasil inovasi biasanya berangkat dari kebutuhan klien ABB yang rata-rata berasal dari sektor industri energi listrik dan sumber daya alam. Dia bukan anak perusahaan terpisah. Perangkat teknologi yang kami biasa produksi, kini, mendapat sentuhan inovasi digital. Itulah yang kami tawarkan pada pelanggan.
(K) : Apakah otomatisasi kinerja sudah berlangsung di dalam internal ABB ?
(J) : Kami mencoba ke arah sana. Untuk wilayah Indonesia, ABB sudah mempunyai dua pabrik. Pabrik pertama terletak di Cibitung, Jawa Barat. Pabrik yang diresmikan Oktober tahun 2014 ini memproduksi perangkat elektro-mekanik yang melindungi sirkuit listrik dari kelebihan muatan atau miniatur circuit breaker (MCB ). Pabrik kedua berlokasi di Tangerang dan diresmikan tahun 2015. Pabrik ini memproduksi insulated switchgear (AIS) tegangan menengah. Operasional pabrik Cibitung di sana telah mulai dilakukan dengan otomatisasi.
(K) : Menurut Anda, apa tantangan tersulit yang harus dilalui oleh perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, di era revolusi industri digital seperti saat ini?
(J) : Sumber daya manusia, sistem keamanan siber, dan manajemen. Era industri digital menuntut keterampilan dan keahlian tenaga kerja. Saya rasa hal tersebut sudah seharusnya menjadi perhatian pemerintah dan institusi pendidikan di Asia Tenggara. Dengan ketrampilan atau keahlian yang dimiliki, tenaga kerja lebih mampu bersaing.
Sistem keamanan siber tidak boleh dilupakan. Perangkat-perangkat teknologi yang hadir sekarang mudah dipakai oleh manusia, baik untuk aktivitas sehari-hari maupun produksi. Tentunya, segala kemudahan itu tetap harus diikuti keamanan.
Isu terakhir terletak pada manajemen. Tidak semua manajemen perusahaan peduli terhadap kecepatan perubahan teknologi digital. Ketika ingin membuat keputusan baru yang berkaitan dengan inovasi, mereka berhadapan dengan regulasi dan pola kebiasaan lama.
(K) : Pemain lain, seperti General Electric, juga terjun ke inovasi teknologi industrial berbasis digital. Langkah yang sama dilakukan oleh perusahaan Anda. "Kolaborasi" adalah satu kata yang sering diungkapkan oleh pengusaha yang terjun ke bisnis digital. Apakah ABB akan melakukan upaya serupa?
(J) : Kami mempunyai institusi modal ventura bernama ABB Venture Capital yang rutin mendanai proyek inovasi, seperti perangkat digital yang mendukung pengolahan sumber energi terbarukan. Tahun ini ABB Venture Capital akan fokus mendanai usaha rintisan di bidang perangkat teknologi industrial.
(K) : Selain dengan pelaku usaha rintisan, adakah bentuk lain kolaborasi ?
(J) : Kami yakin tidak ada single company sukses di era industri digital. Kolaborasi menjadi satu-satunya cara memenangkan pasar. Kami telah berkolaborasi dengan Microsoft untuk penyediaan layanan penyimpanan data berbasis komputasi awan atau cloud. Pada April 2017, kami memulai babak baru kerja sama dengan IBM untuk pengembangan teknologi kecerdasan buatan yang dibutuhkan sektor industri transportasi dan infrastruktur. Teknologi kecerdasan buatan dipandang memudahkan kontrol kualitas, mengurangi downtime, dan meningkatkan proses industri.