WHO melaporkan adanya ”monkeypox” pada seseorang yang melakukan perjalanan dari Inggris ke Nigeria dan kemudian kembali ke Inggris. ”Monkeypox” dapat ditularkan melalui kontak dan paparan droplet.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus cacar monyet (monkeypox)ditemukan pada seseorang yang menempuh perjalanan dari Inggris ke Nigeria dan kemudian kembali ke Inggris. Cacar monyet, zoonosis sylvatic dengan infeksi manusia insidental yang biasanya terjadi secara sporadis di bagian hutan Afrika Tengah dan Barat, ini dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (16/5/2022).
Dalalam keterangan tertulis, WHO menyebutkan, kasus cacar monyet ini berawal dari seseorang yang bepergian dari Inggris ke Nigeria, dari akhir April hingga awal Mei 2022, serta tinggal di Lagos dan Delta States di Nigeria. Pelaku perjalanan ini mengalami ruam pada 29 April kemudian meninggalkan Nigeria pada 3 Mei dan tiba di Inggris pada 4 Mei 2022.
Pada hari yang sama (4 Mei 2022) kasus tersebut dibawa ke rumah sakit. Cacar monyet ini dicurigai sebagai penyebabnya dan kasusnya segera diisolasi.
National International Health Regulation (IHR) Focal Point untuk Inggris telah melaporkan kasus ini untuk pertama kali ke WHO pada 7 Mei 2022. Monkeypox (clade Afrika Barat) dikonfirmasi di laboratorium dengan reaksi berantai transkriptase polimerase terbalik (RT-PCR) pada swab vesikular pada 6 Mei oleh Laboratorium Patogen Langka dan Impor Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA).
Pada 11 Mei, pelacakan kontak ekstensif telah dilakukan untuk mengidentifikasi kontak yang terpapar di fasilitas perawatan kesehatan, komunitas, dan penerbangan internasional. Orang-orang ini sedang ditindaklanjuti selama 21 hari dari tanggal paparan terakhir dengan kasus ini.
Sementara itu, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), seperti ditulis BBC pada Selasa (17/5/2022), menyebutkan, risiko bagi publik di Inggris tetap sangat rendah meskipun telah ditemukan penularan tiga kasus baru di London dan satu kasus di timur laut Inggris. Meski demikian, empat kasus baru ini dinilai tidak memiliki hubungan dengan kasus lain yang dikonfirmasi pada 14 Mei atau kasus lain diumumkan pada 7 Mei.
UKHSA mengatakan, penyelidikan sedang dilakukan untuk membangun hubungan antara empat kasus terbaru, yang semuanya tampaknya telah terinfeksi di London. Saat ini, kontak umum telah diidentifikasi untuk dua dari empat kasus terbaru. Keempatnya mengidentifikasi diri sebagai gay, biseksual atau laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama lelaki.
Kepala penasihat medis UKHSA Susan Hopkins menyebutkan, ”(Kasus) ini jarang dan tidak biasa. UKHSA dengan cepat menyelidiki sumber infeksi ini karena bukti menunjukkan bahwa mungkin ada penularan virus cacar monyet di masyarakat, menyebar melalui kontak dekat. Kami khususnya meminta agar pria gay dan biseksual waspada terhadap ruam atau lesi yang tidak biasa dan segera menghubungi layanan kesehatan seksual.”
Penyakit zoononis
Dalam laporannya, WHO menyebutkan, monkeypox meruakan zoonosis sylvatic dengan infeksi manusia insidental yang biasanya terjadi secara sporadis di bagian hutan Afrika Tengah dan Barat. Penyakit ini disebabkan oleh virus monkeypox yang termasuk dalam famili orthopoxvirus.
(Kasus) ini jarang dan tidak biasa. UKHSA dengan cepat menyelidiki sumber infeksi ini karena bukti menunjukkan bahwa mungkin ada penularan virus cacar monyet di masyarakat, menyebar melalui kontak dekat.
Monkeypox dapat ditularkan melalui kontak dan paparan droplet melalui droplet besar yang diembuskan. Masa inkubasi cacar monyet biasanya dari 6 hingga 13 hari, tetapi dapat berkisar dari 5 hingga 21 hari.
Penyakit ini sering sembuh sendiri dengan gejala yang biasanya sembuh secara spontan dalam 14 hingga 21 hari. Gejalanya bisa ringan atau parah, dan lesi bisa sangat gatal atau nyeri. Reservoir hewan tetap tidak diketahui meskipun kemungkinan berada di antara hewan pengerat. Kontak dengan hewan hidup dan mati melalui perburuan dan konsumsi hewan liar dikenal sebagai faktor risiko.
Ada dua clades virus monkeypox, clade Afrika Barat dan clade Congo Basin (Afrika Tengah). Meskipun infeksi virus cacar monyet di Afrika Barat kadang-kadang menyebabkan penyakit parah pada beberapa individu, penyakit ini biasanya sembuh sendiri.
Rasio kasus fatalitas untuk clade Afrika Barat telah didokumentasikan menjadi sekitar 1 persen, sedangkan untuk clade Congo Basin mungkin setinggi 10 persen. Anak-anak juga berisiko lebih tinggi, dan cacar monyet selama kehamilan dapat menyebabkan komplikasi, cacar monyet bawaan, atau lahir mati.
Kasus cacar monyet yang lebih ringan mungkin tidak terdeteksi dan menunjukkan risiko penularan dari orang ke orang. Kekebalan terhadap infeksi kemungkinan kecil pada mereka yang bepergian dan terpapar karena penyakit endemik secara geografis terbatas pada bagian Afrika Barat dan Tengah.
Sementara vaksin telah disetujui untuk pencegahan cacar monyet, dan vaksin cacar tradisional juga memberikan perlindungan. Vaksin ini tidak tersedia secara luas dan populasi di seluruh dunia di bawah usia 40 atau 50 tahun tidak lagi mendapat manfaat dari perlindungan yang diberikan oleh program vaksinasi cacar sebelumnya.