Kekebalan Hibrida Perlindungan Terbaik, Risiko Varian Baru Tetap Ada
Kasus Covid-19 di Indonesia dan global cenderung menurun. Namun, saat ini beredar sejumlah varian baru yang perlu diwaspadai.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemberian vaksinasi setelah infeksi Covid-19 terbukti bisa memberi perlindungan yang sangat efektif. Namun, Indonesia perlu tetap mewaspadai kemunculan sejumlah varian baru yang telah menyebar di sejumlah negara.
”Kita tentu bersyukur bahwa kasus Covid-19 melandai di negara kita dan juga di banyak negara di dunia. Di sisi lain, dalam beberapa waktu belakangan ini muncul berbagai rekombinasi subvarian dari Omicron serta gabungannya dengan varian Delta,” Direktur Pascasarjana Universitas YARSI dan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama, Jumat (8/4/2022).
Beberapa varian baru yang saat ini muncul di antaranya XD dan XF, merupakan rekombinasi dari varian Delta dan varian Omicron BA.1. ”Sampai akhir Maret 2022, ada 49 kasus XD di dunia, sebagian besar di Perancis. Sementara itu, dilaporkan sedikitnya ada 38 kasus XF di Inggris,” katanya.
Belakangan, menurut Tjandra, juga muncul varian XE, yang merupakan gabungan dari varian Omicron BA.1 dan BA.2. Di Inggris, subvarian XE ini pertama kali dideteksi pada pertengahan Januari 2022 dan sampai 22 Maret 2022 sudah dideteksi 763 sampel XE di Inggris, selain juga di China dan beberapa hari yang lalu di Thailand.
”Karena jumlah kasus masih sedikit, maka belum ada bukti ilmiah yang pasti tentang dampak dari tiga varian ’X’ ini, hanya yang XE memang diperkirakan 10 persen lebih mudah menular. Para pakar dunia masih terus meneliti tentang ada tidaknya dampak ’tiga X’ ini pada berat ringannya penyakit, atau kemungkinan dampak pada alat diagnosis, obat dan juga vaksin,” kata Tjandra.
Sementara itu, laporan Kementerian Kesehatan, jumlah kasus dan kematian karena Covid-19 di Indonesia saat ini cenderung turun. Jumlah kasus aktif pada Jumat berkurang 1.734 sehingga totalnya menjadi 76.568 kasus. Sementara penambahan kasus harian sebesar 1.755 kasus dan korban jiwa bertambah 47 orang.
Epidemiolog Indonesia di Griffith University, Dicky Budiman, Jumat (8/4/2022), mengatakan, penurunan kasus Covid-19 di Indonesia kemungkinan karena semakin banyaknya jumlah orang yang pernah terinfeksi sebelumnya, ditambah dengan vaksinasi. ”Sejumlah studi menunjukkan bahwa kekebalan yang terbentuk dari kombinasi infeksi sebelumnya dan vaksinasi sangat baik. Namun, antibodi ini tidak bertahan lama, seperti polio, tetapi lebih mirip flu,” katanya.
Menurut Dicky, hal ini membuat kita harus terus waspada, terutama terhadap varian baru yang yang memiliki kemampuan untuk menerobos antibodi dan bisa memicu keparahan. ”Omicron jelas bukan varian terakhir karena itu harus tetap hati-hati agar tidak terjadi kembali gelombang baru walaupun ini risikonya relatif kecil saat ini,” katanya.
Beberapa varian baru yang saat ini muncul di antaranya XD dan XF, merupakan rekombinasi dari varian Delta dan varian Omicron BA.1.
Studi yang dipublikasikan Peter Nordstrom, epidemiolog dari Umea University, Swedia, dan tim di jurnal The Lancet pada 31 Maret 2022 menunjukkan, orang yang memiliki kekebalan hibrida, dari infeksi sebelumnya ditambah vaksinasi akan mendapatkan perlindungan yang sangat efektif terhadap Covid-19 setidaknya enam hingga delapan bulan setelah vaksinasi.
Kajian Nordstrom menggunakan catatan yang dikumpulkan oleh Badan Kesehatan Masyarakat Swedia antara Maret 2020 dan Oktober 2021. Data menunjukkan bahwa penduduk Swedia yang telah terinfeksi SARS-CoV-2 memiliki 95 persen pengurangan risiko tertular Covid-19 dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki kekebalan. Perlindungan ini tumbuh selama tiga bulan setelah infeksi dan bertahan hingga setidaknya 20 bulan setelah infeksi.
Menurut Nordstrom, satu dosis vaksin terhadap orang yang pernah terinfeksi ini akan mengurangi risiko infeksi sekitar 50 persen tambahan dan dosis kedua menstabilkan perlindungan tambahan selama enam bulan setelah vaksinasi. Meskipun vaksinasi meningkatkan perlindungan, menurut dia, kekebalan yang diberikan oleh infeksi saja layak untuk dipertimbangkan.
”Mungkin kita harus memiliki paspor kekebalan daripada paspor vaksinasi. Jadi, Anda dianggap kebal dan lebih kecil kemungkinannya untuk menularkan penyakit ini jika Anda telah divaksinasi lengkap atau Anda telah memiliki infeksi sebelumnya yang terdokumentasi,” katanya.
Temuan ini, menurut Dan Barouch, ahli virus di Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston, sebagaimana dilaporkan Nature pada Rabu (6/4/2022), sejalan dengan penelitian sebelumnya. ”Vaksinasi setelah infeksi, atau infeksi setelah vaksinasi, menghasilkan respons antibodi yang sangat kuat,” katanya.
Namun, Barouch mengingatkan, penelitian tersebut menggunakan data yang dikumpulkan sebelum varian Omicron muncul. Ada kemungkinan, perlindungan dari infeksi sebelumnya tidak sempurna melindungi dari varian baru yang bermunculan.