Bagaimana Luka Bisa Sembuh dan Mengapa Keropeng Sangat Gatal?
Keropeng pada luka pasti gatal. Rasa gatal ini tidak mungkin dihindari karena merupakan bagian dari penyembuhan luka. Karena itu, mencegah munculnya keropeng bisa mengurangi gatal yang muncul pada luka.
Saat luka mengering dan muncul keropeng di atasnya, rasa gatal akan datang mendera. Hasrat hati ingin menggaruk luka itu agar gatal sedikit mereda. Namun, risikonya, luka akan makin parah dan otomatis memperlama waktu sembuh. Karena itu, tak ada pilihan lain untuk mengurangi rasa gatal itu selain mencegah munculnya keropeng dari awal atau menahan untuk menggaruknya.
Ketika kulit luka, tergores, atau tertusuk, pembuluh darah yang ada di dekat luka akan pecah. Luka pun jadi berdarah. Jika luka tidak terlalu serius, dalam hitungan detik atau menit setelah terbentuknya luka, tubuh akan melakukan proses hemostatis atau penghentian pendarahan.
Untuk menghentikan pendarahan itu, menurut Christian Moro dan Charlotte Phelps dari Universitas Bond, Queensland, Australia di The Conversation, 25 Februari 2021, pembuluh darah yang rusak akan mengerut atau menutup dengan cepat sehingga tidak banyak darah yang keluar. Selain itu, darah yang ada di atas luka akan mulai mengumpul dan menggumpal hingga menghentikan pendarahan lebih lanjut. Gumpalan darah yang mengering itu akan berubah menjadi keropeng.
Keropeng itu buruk. Dia seperti batu besar di tengah jalan yang memperlambat proses penyembuhan luka.
Keropeng terbuat dari trombosit darah yang bergabung dan membentuk sumbatan yang akan turut berperan menghentikan pendarahan. Keropeng juga mengandung protein fibrin untuk membentuk jaring sehingga bisa menahan gumpalan darah kering itu pada tempatnya di atas luka. Akibatnya, keropeng umumnya berwarna gelap, kering, dan berbatas tegas.
Setelah keropeng terbentuk, proses penyembuhan luka pun dimulai dengan fase inflamasi atau peradangan. Seusai luka ditutup oleh keropeng, pembuluh darah yang mengerut akan membuka kembali meski hanya sedikit. Konsekuensinya, nutrisi segar dan oksigen yang ada dalam darah akan masuk ke dalam luka dan membantu proses penyembuhan.
Dikutip dari situs John Hopkins Medicine, keseimbangan jumlah oksigen berperan penting dalam penyembuhan luka. Pada beberapa orang yang kandungan oskigen dalam darahnya kurang, seperti pada orangtua serta penderita diabetes, tekanan darah tinggi, obesitas, atau penyakit pembuluh darah lainnya, penyembuhan lukanya akan berlangsung lebih lama dan bisa memicu luka kronis.
”Terlalu banyak atau terlalu sedikit oksigen bisa membuat luka sulit sembuh dengan tepat.”
Pada saat bersamaan, bagian sel darah putih yang disebut makrofag akan bergerak melindungi luka. Sel darah putih yang merupakan sel kekebalan tubuh ini akan melawan infeksi, membunuh kumah, atau benda asing lainnya yang masuk dalam tubuh melalui luka. Proses inilah yang akan menimbulkan peradangan sebagai tanda perlawanan sel imunitas tubuh terhadap kuman penyakit.
Sel darah putih ini juga akan mengawasi proses perbaikan kulit. Tanda kehadiran sel-sel yang mendisinfeksi luka itu ditandai dengan munculnya cairan bening di atas luka. Makrofag juga akan memproduksi faktor pertumbuhan sebagai pembawa pesan kimiawi untuk membantuk memperbaiki luka.
Sesudah pembersihan luka selesai dilakukan, sel-sel khusus akan mengirim sinyal ke sel kekebalan tubuh untuk menghentikan peradangan. Setelah peradangan berhenti, penyembuhan luka akan masuk fase proliferasi atau perkembangbiakan. Pada tahap ini, sel-sel kulit dan pembuluh darah yang baru sudah terbentuk dan memperbaiki kembali jaringan kulit yang rusak akibat luka.
Baca juga : Penyembuh Luka dari Daun Pegagan
Pembentukan jaringan baru ini juga didukung oleh sel darah merah yang kaya oksigen. Sinyal kimia akan menginstruksikan sel untuk membuat kolagen dan menginformasikan kepada jaringan lain untuk memulai proses perbaikan kulit.
Sel-sel baru itu akan menarik tepi luka hingga menjadi satu dan akhirnya luka pun menyusut. Proses pembentukan sel-sel kulit baru itu juga akan membuat luka yang sebelumnya berwarna merah akan berubah menjadi kusam.
Fase proliferasi ini, menurut Adam Friedman, ketua bagian dermatologi di GW Medical Faculty Associastes, organisasi nirlaba yang berafiliasi dengan Universitas George Washington di Washington DC, Amerika Serikat, kepada Livescience, Sabtu (12/3/2022), berlangsung bersamaan dengan fase pembentukan ulang (remodelling) yang merupakan fase akhir penyembuhan luka. Pada tahap ini, sel-sel baru akan mengatur ulang hingga membentuk kulit baru yang diupayakan memiliki bentuk seperti kulit sebelumnya.
Seiring waktu, jaringan kulit baru ini akan semakin kuat. Namun, proses penguatan ini bisa berlangsung hingga tiga bulan sampai bekas luka hampir sama kuatnya dengan kulit sebelum mengalami luka atau terbentuk trauma.
Muncul gatal
Masa awal terbentuknya keropeng umumnya disertai dengan munculnya gatal yang sangat mengganggu. Masyarakat umumnya memahami menggaruk atau mengelupasi korepeng hanya akan memperparah luka dan memperlama waktu penyembuhan luka. Namun, menahan diri untuk tidak menggaruk keropeng hingga gatal berlalu tidaklah mudah.
”Jika keropeng dibuka saat sel-sel darah masih bekerja, luka akan terbuka kembali hingga meningkatkan risiko infeksi dan menghambat penyembuhan luka,” tulis Bond. Jika dibiarkan selama 1-2 minggu, keropeng akan terlepas sendiri dan luka di kulit pun sembuh.
Namun, mengapa keropeng terasa sangat gatal?
Gatal pada keropeng adalah sesuatu hal yang tidak bisa dihindarkan. Gatal akibat keropeng bukanlah satu-satunya kondisi kulit yang membuat hampir semua orang ingin menggaruknya. Eksim, psoriasis, dan jerawat juga menimbulkan gatal dengan penyebab yang berbeda. Gatal pada keropeng terjadi akibat proses penyembuhan luka.
Baca juga : Edukasi Perawatan Luka Sehari-hari
”Pada saat bersamaan, kulit sangat cerdas dan juga sangat bodoh,” kata Friedman.
Sel-sel inflamasi yang masuk ke luka mengeluarkan suatu zat dengan tujuan baik, membunuh kuman penyakit dan menyembuhkan luka. Namun, pada saat bersamaan, sinyal yang mereka keluarkan untuk menyembuhkan luka itu juga membuat saraf sensorik pada kulit menjadi peka. Akibatnya, saraf kulit yang ekstra sensitif itu menjadi terasa gatal. Gatal akan terus berlangsung sampai fase inflamasi berkurang.
Karena itu, ”Proses penyembuhan luka itu pasti gatal. Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk membuat luka itu tidak gatal,” tambahnya.
Bukan hanya pelepasan sel-sel peradangan yang memicu gatal, kemunculan keropeng juga pasti menimbulkan gatal. Saat keropeng bergerak atau bergeser, gerakan keropeng itu akan memberi tahu saraf sensorik untuk mengirim sinyal ke otak agar gatal.
Selain itu, keropeng adalah sumber makanan yang baik untuk bakteri. Kemunculan bakteri-bakteri itu pada akhirnya akan memicu makin banyak peradangan. Konsekuensinya, rasa gatal yang dirasakan akan makin menjadi-jadi.
Saat gatal itu muncul, kebiasaan banyak orang adalah menggaruknya. Garukan ini akan merusak keropeng atau mengelupasi keropeng hingga luka terbuka kembali atau memperparah luka. Sering kali garukan itu juga membuat luka makin luas atau bertambah banyak.
”Kebiasaan menggaruk keropeng ini makin melanggengkan tahap awal penyembuhan luka, yaitu fase inflamasi atau peradangan,” katanya. Akibatnya, luka seperti tidak sembuh-sembuh karena proses akan terus berulang dari fase inflamasi yang pasti akan menimbulkan gatal.
Mengurangi gatal
Meski gatal adalah bagian dari proses penyembuhan luka yang tidak bisa dihindarkan, terdapat sejumlah hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi potensi munculnya gatal pada luka. Hal itu, salah satunya bisa dilakukan dengan mencegah agar tidak muncul keropeng pada luka sejak awal.
”Keropeng itu buruk. Dia seperti batu besar di tengah jalan yang memperlambat proses penyembuhan luka,” ujarnya.
Baca juga : Ilmuwan Ungkap Bagaimana Rasa Gatal Muncul
Menurut Friedman, cara terbaik merawat luka adalah dengan menjaganya tetap lembab, seperti dengan mengoleskan petrolatum atau petroleum jelly, yaitu sejenis pelembab yang sering digunakan untuk mengatasi kulit kering, kasar, pecah-pecah dan gatal. Gel silikon atau cyclopentasiloxane yang biasa dipakai untuk pendingin kulit juga bisa digunakan. Setelah diberi pelembab, jangan lupa untuk menutup luka dengan perban.
Tekstur bahan-bahan pelembab itu umumnya kental dan membuat banyak orang jijik, apalagi jika dioleskan pada keropeng. Padahal, pelembab itu akan membantu penyembuhan dan mengurangi gatal.
”Bahan yang seperti gel itu membuat sel-sel baru bisa menembusnya hingga fase remodeling kulit akan bisa berlangsung,” katanya.
Proses pemberian pelembab pada luka itu tetap berlaku meski muncul keropeng pada luka. Keropeng yang lembab memang tidak menarik alias menjijikkan, tetapi kondisi ini akan mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi gatal yang muncul dibanding pada keropeng yang kering.
Jika gatal tetap muncul, cobalah kendalikan gatal yang ada melalui pikiran. Alihkan perhatian atau fokus pikiranmu dari hasrat ingin menggaruk luka atau keropeng kepada hal-hal yang menyenangkan dan menghibur, seperti menonton komedi, bermain video gim, berkumpul dengan keluarga atau teman, hingga pada makanan favoritmu.
Meski proses penyembuhan luka rumit dan panjang, tetapi tetap ingat satu hal, ”Jangan pernah menggaruk luka atau keropengmu.”