Pada masa pandemi, masyarakat diharapkan dapat melakukan perawatan terhadap luka yang dapat terjadi saat menjalani kegiatan sehari-hari di rumah.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perawatan luka sehari-hari secara benar penting untuk membuat luka segera pulih. Sebab, luka yang lama sembuh akan lebih mudah menimbulkan bekas luka yang menggangu penampilan.
”Namun, dalam perawatan luka karena kegiatan sehari-hari, ternyata banyak yang masih percaya mitos,” ujar dokter luka, Adisaputra Ramadhinara, di acara daring Pertolongan Pertama dan Perawatan Luka Akut Kecil dan Besar dari Hansaplast, Senin (12/10/2020).
Adi mengatakan, berbagai mitos merawat luka beredar dan dilakukan masyarakat, seperti memakai pasta gigi, menghisap luka, hingga memakai cabai yang ditumbuk. Ada juga kebingungan soal luka perlu ditutup atau tidak. Banyak orang yang takut menutup luka karena bakal lebih parah.
”Masyarakat memang perlu terus diedukasi untuk bisa merawat luka sendiri dengan benar. Secara medis, kan, sudah ada standar aturannya. Jangan sampai dari luka kecil yang salah dirawat nanti malah jadi luka besar yang membahayakan,” tutur Adi.
Untuk luka kecil dalam kehidupan sehari-hari; pertama, luka dibersihkan dan pastikan lembab. Kalau kurang lembab, yang terlihat ada bagian lebih gelap atau hitam di luka bisa diberi salep luka. Lalu, luka ditutup dengan plester sesuai ukuran luka.
Untuk luka berukuran besar, penanganannya sama. Jika luka terlalu besar karena kecelakaan dan ada potensi pendarahan, sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit.
Untuk luka bakar, seperti terkena minyak goreng atau knalpot motor panas, ujar Adi, pertama harus dibersihkan di bawah air mengalir minimal 15 menit untuk menghilangkan rasa panas. Cara ini membuat luka jaringan diminimalkan. Lalu, luka diberi antiseptik supaya bakteri hilang. Jika di bagian luka ada warna gelap atau hitam, luka perlu dilembabkan dengan bantuan salep luka. Lalu, luka ditutup dengan plester yang sesuai.
”Bukan luka ditutup dengan kasa, apalagi kapas, baru diplester. Itu malah nanti yang membuat luka lengket dan luka tambah besar,” ujar Adi.
Bekas luka
Menurut Adi, pada masa pandemi Covid-19 ini, penting bagi masyarakat untuk bisa menangani luka karena kejadian sehari-hari secara mandiri. Jika luka sudah dibersihkan serta bagian atas ditekan beberapa detik, tetapi darah tetap tidak berhenti, bisa jadi ada masalah serius.
”Jika darah karena luka tidak berhenti juga bisa ada pembuluh darah dan cedera. Demikian juga jika luka kena daerah vital di kepala, wajah, mata. Tentu perlu pemeriksaan lebih lanjut. Sebaiknya segera ke dokter,” tutur Adi.
Adi mengingatkan, agar penutup luka rutin diganti. Selain untuk memastikan kebersihan, juga untuk mengecek kelembaban luka. Sebab, kelembaban ini penting untuk mempercepat penyembuhan.
Jika darah karena luka tidak berhenti juga bisa ada pembuluh darah dan cedera. Demikian juga jika luka kena daerah vital di kepala, wajah, mata. Tentu perlu pemeriksaan lebih lanjut. Sebaiknya segera ke dokter.
”Idealnya setelah mandi,” kata Adi.
Bekas luka bisa dihindari dengan merawat luka secara benar. Potensi bekas luka, seperti keloid tetap ada, terutama yang secara genetik memiliki masalah keloid. Luka di bagian tertentu, seperti siku dan lutut, juga lebih gampang meninggalkan bekas luka.
”Bekas luka bisa dihindari dengan merawat luka secara benar supaya penyembuhan luka enggak panjang. Luka yang terjaga kelembabannya karena dirawat secara baik akan dua kali lebih cepat sembuh.
Sementara itu, Direktur Markering Hansaplast Christopher Vierhaus mengatakan, inovasi untuk memberikan pertolongan pertama kepada masyarakat terus dilakukan. Inovasi terbaru adalah membuat ukuran plester luka akut ukuran besar.
”Kami menawarkan berbagai pertolongan pertama untuk perawatan luka keluarga. Kini, tersedia untuk semua ukuran luka dari yang kecil hingga besar, termasuk untuk bekas operasi,” tutur Christopher.
Aktris yang juga mom influencer, Putri Titian, mengatakan, pengetahuan yang benar untuk merawat luka ternyata penting. Sebab, banyak mitos merawat luka yang tidak terstandar, yang ternyata selama ini keliru.
”Seperti menutup luka yang terbuka, kan, dibilang jangan ditutup. Ternyata, menutup luka itu penting. Kini juga bermunculan inovasi penyembuhan luka yang semakin baik sehingga kita bisa merawat luka dengan rasa aman,” kata Putri.