Dampak perubahan iklim tak terelakkan. Para peneliti memperkirakan fenomena El Nino akan terjadi lebih sering pada 2040.
Oleh
ICHWAN SUSANTO
·2 menit baca
Fluktuasi cuaca global El Nino diperkirakan akan semakin sering terjadi pada 2040. Fenomena penghangatan permukaan air laut di perairan Samudra Pasifik sebelah timur ini berdampak pada iklim, ekosistem, dan kehidupan manusia.
Di Indonesia, kehadiran El Nino yang membawa kecenderungan cuaca lebih kering menjadikan hutan, lahan, dan gambut yang mengering menjadi rentan mengalami kebakaran. Bahkan, kebakaran hebat pada hutan dan lahan terjadi saat El Nino. Selain kebakaran, dampaknya juga pada kekeringan lahan yang menurunkan produktivitas atau bahkan menggagalkan pertanian.
Di laut, El Nino juga menghancurkan ekosistem terumbu karang akibat stres dan memutih. Di Great Barrier Reef Australia, dampak kerusakan akibat El Nino pada tahun 2015 pada terumbu karang masih bisa dijumpai hingga sekarang.
Ini membawa kita pada kesimpulan yang agak tegas bahwa perubahan ini pada dasarnya tidak dapat dihindari.
Studi terbaru mempelajari empat skenario terkait emisi karbon (emisi gas rumah kaca/GRK) dan menemukan peningkatan risiko kejadian El Nino pada keempatnya. Artinya, El Nino yang diasosiasikan dengan iklim ekstrem sekarang lebih mungkin terjadi. Ini terlepas dari tindakan mitigasi perubahan iklim yang signifikan untuk mengurangi emisi GRK.
”Kami mengetahui dari studi sebelumnya bahwa saat pengukuran El Nino perubahan, yaitu pergeseran curah hujan di khatulistiwa timur Pasifik, model memprediksi peningkatan frekuensi kejadian. Studi ini menunjukkan bahwa perubahan itu dapat terjadi pada dua dekade mendatang,” kata ketua tim peneliti Jun Ying, dari Second Institute of Oceanography Kementerian Sumber Daya Alam China yang juga dari University of Exeter Inggris, dalam siaran pers, Senin (7/3/2022).
Hasil studi ini diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change pada hari yang sama. Laporan mereka berjudul ”Emergence of Climate Change in the Tropical Pacific”.
Saat melihat perubahan pola curah hujan El Nino, perkiraan terbaik waktu munculnya perubahan adalah pada tahun 2040 di keempat skenario emisi yang dipertimbangkan. Rekan penulis, Profesor Mat Collins, dari University of Exeter dan bagian dari Global Systems Institute, menambahkan, ”Yang mengejutkan kami adalah perubahan muncul terlepas dari skenario yang kami lihat.”
”Karena curah hujan di daerah tropis dikaitkan dengan suhu permukaan laut (SST) terpanas, maka perubahan relatif SST-lah yang lebih penting daripada perubahan absolut. Ini membawa kita pada kesimpulan yang agak tegas bahwa perubahan ini pada dasarnya tidak dapat dihindari,” tuturnya.