Kegemukan bisa memicu berbagai penyakit. Meski sama-sama gemuk, perempuan relatif lebih sehat daripada laki-laki. Sejumlah penelitian mencari jawaban atas fenomena itu.
Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
·4 menit baca
Kehidupan modern dengan berbagai kemudahan mobilitas dan pekerjaan membuat orang kurang gerak. Ditambah pola makan yang cenderung tinggi lemak dan karbohidrat membuat orang menjadi kegemukan.
Kegemukan berlebihan, yang ditandai dengan indeks massa tubuh (BMI) sama atau lebih dari 30, disebut obesitas. BMI adalah berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2).
Obesitas juga bisa diukur dari rasio pinggang-pinggul (WHR) atau ukuran pinggang dibagi ukuran pinggul. Disebut obesitas jika WHR sama atau lebih dari 0,85 untuk perempuan dan 0,90 untuk laki-laki.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), obesitas meningkat hampir tiga kali lipat sejak tahun 1975 di seluruh dunia. Pada 2016, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa mengalami kelebihan berat badan. Dari jumlah itu, 650 juta mengalami obesitas.
Obesitas telah berkembang menjadi epidemi, demikian WHO. Diperkirakan, lebih dari 4 juta orang meninggal setiap tahun akibat kelebihan berat badan atau obesitas pada 2017 karena berbagai penyakit yang dipicu kegemukan.
Obesitas dua kali lebih mematikan bagi laki-laki dibanding perempuan. Hal itu berdasarkan penelitian tim dari Inggris dan Amerika Serikat (AS) yang dipimpin Richard Peto dari Universitas Oxford, Inggris, yang dimuat di Lancet, 13 Juli 2016.
Tim mengumpulkan data 3,9 juta orang dewasa, berusia 20-90 tahun, dari 189 penelitian sebelumnya di Eropa, Amerika Utara, dan wilayah lain. Para peneliti memasukkan data semua orang yang hidup dan mengikuti selama lima tahun. Sepanjang waktu penelitian, hampir 400.000 peserta meninggal.
Pada mereka yang kegemukan, risiko kematian melonjak menjadi 30 persen untuk laki-laki dan 15 persen untuk perempuan.
Hasil analisis menunjukkan, risiko kematian sebelum usia 70 tahun adalah 19 persen untuk laki-laki dan 11 persen untuk perempuan dengan berat badan normal. Pada mereka yang kegemukan, risiko kematian melonjak menjadi 30 persen untuk laki-laki dan 15 persen untuk perempuan.
Pengamatan sebelumnya menunjukkan, laki-laki gemuk memiliki resistensi insulin, kadar lemak hati, dan risiko diabetes lebih besar daripada perempuan. Obesitas sangat terkait dengan penyakit jantung, stroke, diabetes, dan kanker.
Pembuluh darah
Penelitian Martina Rudnicki dan kolega dari Universitas York, Kanada, yang dilaporkan di Frontiers in Physiology-Vascular Physiology, 23 Oktober 2018, menjelaskan mengapa laki-laki gemuk lebih berisiko mengalami masalah kesehatan daripada perempuan gemuk.
Penelitian dilakukan pada tikus mencit di laboratorium. Tikus jantan dan betina dengan umur sama dibagi beberapa kelompok. Selama 16 minggu, ada kelompok yang diberi makan makanan normal dan ada yang diberi makanan tinggi lemak.
Ternyata, tikus betina yang diberi makanan tinggi lemak bertambah berat badan lebih sedikit daripada jantan. Metabolismenya tidak banyak berbeda dengan tikus yang diberi makanan normal. Sementara tikus jantan yang diberi makanan tinggi lemak mengalami gangguan metabolisme glukosa.
”Kami menemukan bahwa tikus betina memiliki pembuluh darah lebih banyak dalam jaringan lemaknya daripada tikus jantan. Ketika diberi makanan berlemak tinggi, tikus betina meningkatkan jumlah pembuluh darahnya, sedangkan tikus jantan tidak. Kami menyimpulkan, respons ini memungkinkan betina menjaga lemak yang lebih sehat dan sensitivitas insulin lebih baik,” kata Tara L Haas, Guru Besar Fakultas Kinesiologi dan Ilmu Kesehatan Universitas York, yang menjadi pengarah penelitian, dikutip Science Daily, 23 Oktober 2018.
Diketahui, pembuluh darah sangat penting untuk menjaga jaringan lemak tetap sehat dengan memastikan sel-sel lemak mendapat pasokan oksigen dan nutrisi cukup. Lemak perut terkait erat dengan peningkatan risiko diabetes dan penyakit kardiovaskular.
Hasil penelitian memberikan bukti bahwa tikus betina menunjukkan kemampuan untuk menumbuhkan pembuluh darah baru pada jaringan lemak perut lebih besar daripada tikus jantan saat mendapatkan makanan tinggi lemak. Karena itu perempuan relatif lebih sehat daripada laki-laki saat lemak tubuh atau berat badannya meningkat.
Analisis yang dilakukan David S Freedman dan kolega dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, menggunakan data yang dikumpulkan sepanjang 1985-1986 dari 415 perempuan dan 709 laki-laki dewasa yang bekerja dengan usia rata-rata 40 tahun, menunjukkan ada perbedaan kadar lipoprotein.
Dalam laporan diCirculation, Mei 1990, disebutkan, laki-laki memiliki kadar trigliserida, apolipoprotein B, lebih tinggi, sementara kadar kolesterol baik (lipoprotein densitas tinggi/HDL) dan apolipoprotein AI lebih rendah. Dibandingkan laki-laki, dengan kadar trigliserida lebih rendah dan HDL relatif lebih tinggi, perempuan lebih terlindungi dari penyakit kardiovaskular.
Meski demikian, perempuan dengan obesitas di tubuh bagian atas (perut), pola yang biasanya terlihat pada laki-laki, lebih berisiko menderita diabetes dan gangguan pembuluh darah daripada perempuan dengan obesitas tubuh bagian bawah (bokong).
Solusi untuk mencegah gangguan kesehatan adalah menurunkan berat badan. Menurut Peto, dikutip HealthDay, 13 Juli 2016, dengan menurunkan sekitar 10 persen dari berat badan, risiko kematian perempuan sebelum berusia 70 tahun akan turun 10 persen. Sementara risiko kematian pada laki-laki bisa turun sekitar 20 persen.