Perguruan tinggi berkualitas dan relevan mendukung kemajuan bangsa. Pemerintah harus adil dalam kebijakannya.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Pemerintah perlu memastikan keberlanjutan perguruan tinggi swasta dalam mendukung penyediaan layanan pendidikan berkualitas. Perguruan tinggi tidak bisa hanya mengandalkan biaya kuliah dari mahasiswa. Dukungan pemerintah dan pelaku industri diperlukan untuk menghasilkan sumber daya manusia unggul dan berkarakter guna mendukung kemajuan bangsa.
”Jika pemerintah menganggap perguruan tinggi swasta bagian dari komponen bangsa, perlu dipastikan keberlangsungannya. Harus ada dukungan dari pemerintah dan dunia usaha/industri yang berkomitmen untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi,” kata Ketua Yayasan Atma Jaya Linus M Setiadi dalam acara Halalbihalal Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya dengan Media Massa di Kampus 3 BSD, Tangerang, Banten, Rabu (24/4/2024).
Menurut Linus, perguruan tinggi swasta (PTS) menyadari harus mampu mandiri dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk mewujudkannya, butuh perlakuan kebijakan yang adil dari pemerintah agar PTS mampu bertahan dan berkelanjutan sehingga dapat menjadi mitra pemerintah dalam melayani pendidikan tinggi berkualitas dan relevan bagi generasi muda bangsa.
Beberapa tahun terakhir, ujar Linus, terjadi penurunan jumlah mahasiswa ke PTS. Salah satunya akibat kebijakan soal jalur mandiri di perguruan tinggi negeri (PTN) yang hingga saat ini masih dirasakan dampaknya pada penerimaan mahasiswa baru di PTS. Selain itu, PTS tak mudah untuk menaikkan biaya kuliah karena kemampuan ekonomi masyarakat masih terbatas.
”Jadi, harus dipikirkan bagaimana PTN dan PTS maju bersama-sama untuk memperkuat bangsa. PTS tidak meminta-minta ke pemerintah untuk keuangan. Juga tidak takut bersaing dengan PTN. Harapannya agar diperlakukan sama dengan PTN, dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang dapat mendukung keberlanjutan PTS dalam mendukung pendidikan tinggi Indonesia. Kemajuan bangsa bisa diraih, salah satunya jika pendidikan kita baik,” ujar Linus.
Linus menekankan pesan salah satu pendiri Unika Atma Jaya, Frans Seda, agar jangan sampai ada anak bangsa yang ingin kuliah terhambat karena biaya. ”Hal ini sangat membekas sehingga yayasan mendukung upaya untuk mewujudkan agar mahasiswa bisa kuliah tanpa terhambat masalah biaya. Salah satunya dengan beasiswa untuk mahasiswa dari keluarga tidak mampu,” ujar Linus.
Kembangkan keunggulan
Rektor Unika Atma Jaya Yuda Turana mengatakan, komitmen menghadirkan layanan pendidikan tinggi berkualitas ditunjukkan dengan capaian akreditasi institusi unggul. Predikat unggul yang terus dikembangkan tidak saja dalam hal kualitas pendidikan berskala internasional, tetapi juga perluasan fasilitas pendidikan.
Pengembangan Unika Atma Jaya di Kampus BSD dengan lahan 20 hektar untuk mendukung pengembangan pusat keunggulan pendidikan ke depannya. Kampus BSD yang difokuskan untuk Fakultas Teknik dan Fakultas Teknobiologi memiliki 22 laboratorium yang dapat menyiapkan lulusan yang siap kerja dengan perkembangan dunia kerja dan relevan.
PTS yang sumber dana dan sumber dayanya terbatas disuruh bersaing dengan PTN lewat jalur mandiri.
Kompetensi mahasiswa disiapkan untuk mendukung pengembangan kecerdasan buatan, robotik, energi terbarukan (konversi energi), teknik kedokteran, dan teknobiologi kesehatan. Hal ini tentunya didukung dengan tenaga pendidik dan peneliti tingkat internasional dan lab mutakhir.
Selain kampus BSD, Unika Atma Jaya juga memiliki kampus Semanggi dan kampus Pluit yang menjadi pusat unggulan layanan kesehatan. ”Kami terus mengembangkan kolaborasi lintas disiplin untuk menghasilkan riset dan inovasi yang dibutuhkan bangsa,” kata Yuda.
Salah satu pusat riset yang dimiliki Unika Atma Jaya yakni Pusat Penelitian dan Pengembangan Tempe. Pusat riset ini bertujuan untuk memanfaatkan potensi hayati yang ada dan dikembangkan melalui kajian bioteknologi. Salah satu hasilnya yaitu agar menghasilkan produk olahan tempe yang tinggi akan probiotik dan dapat bermanfaat, salah satunya untuk kesehatan otak.
Kepala Kantor Beasiswa Unika Atma Jaya Fr Indah Tri Utami mengatakan, setiap tahun disediakan beasiswa untuk mahasiswa dari keluarga tidak mampu dan beasiswa prestasi. Pada 2024, disediakan beasiswa sekitar Rp 37 miliar, meningkat dari tahun lalu.
”Hampir 2.500 mahasiswa per tahun menerima beasiswa, baik yang penuh maupun sebagian. Sebanyak 750 beasiswa disediakan untuk mahasiswa baru,” kata Indah.
Dalam berbagai kesempatan, Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) M Budi Djatmiko mengatakan, sebenarnya PTS tidak perlu disubsidi jika ekosistem pendidikan tinggi adil. Pemerintah selama ini ”menganakemaskan” PTN.
”PTS yang sumber dana dan sumber dayanya terbatas disuruh bersaing dengan PTN lewat jalur mandiri. Seharusnya PTN ini jelas arahnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi Indonesia hingga berkelas dunia. Bukan berlomba-lomba menerima mahasiswa sebanyak-banyaknya yang akhirnya mengambil ceruk pasar PTS,” ujar Budi.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Abdul Haris mengatakan, peningkatan akses ke perguruan tinggi perlu terobosan, termasuk dengan mengoptimalkan peran PTN dan PTS. Dengan jumlah PTS yang banyak harus dipastikan dapat menyediakan layanan pendidikan tinggi bermutu dan relevan. Salah satu program pemerintah yakni mendukung dan memfasilitasi PTS yang mau merger atau berubah status agar semakin memiliki kinerja layanan pendidikan yang lebih baik.