Pijat Bayi Banyak Manfaat, tetapi Jangan Asal Pijat
Pijat pada bayi punya banyak manfaat untuk menstimulasi anak. Namun, pemijatan harus dilakukan dengan benar dan aman.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Unggahan seorang ibu baru-baru ini yang bercerita mengenai bayinya yang meninggal setelah dipijat oleh neneknya ramai diperbincangkan oleh warganet. Lewat akun media sosialnya, ibu tersebut menceritakan bayinya yang masih berusia dua hari mengalami pembengkakan saluran pencernaan setelah dipijat oleh neneknya. Setelah sempat dirawat di rumah sakit, bayi tersebut tidak tertolong dan akhirnya meninggal.
Dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang-pediatri sosial RSUP Dr Kariadi Semarang yang juga fasilitator nasional untuk pelatihan stimulasi pijat anak bawah dua tahun (baduta), Fitri Hartanto, mengatakan, pada dasarnya pijat pada bayi memiliki banyak manfaat. Pijat bayi pun sudah bisa diberikan sejak bayi baru lahir. Namun, hal ini harus dilakukan sesuai panduan yang benar.
”Pijat pada bayi dilakukan untuk menstimulasi bayi. Pijat sebagai stimulasi merupakan kelanjutan dari inisiasi menyusui dini sehingga bisa dilakukan sejak lahir. Tapi, itu harus dilakukan secara hati-hati. Pastikan orangtua dan bayi siap,” katanya, Minggu (21/4/2024).
Pijat pada bayi memiliki segudang manfaat, baik bagi bayi maupun orangtua. Pada bayi, stimulasi pijat dapat meningkatkan fungsi sensor pada tubuh, mulai dari sensor raba, tekan, pendengaran, dan penglihatan. Selain itu, pijat juga dapat membantu bayi mendapatkan relaksasi, tidur menjadi lebih lelap, menurunkan hormon stres, membantu pengaturan sistem pencernaan yang berpengaruh pada peningkatan berat badan serta meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
Pijat pada bayi pun bisa memberikan manfaat bagi orangtua, seperti mempererat ikatan (bonding) dengan bayi, membantu orangtua untuk mengetahui isyarat nonverbal bayi, meningkatkan rasa percaya diri dalam pengasuhan, serta meredakan stres pada orangtua. Dengan memijat bayi, produksi ASI pun dapat meningkat dengan semakin seringnya frekuensi anak menyusui.
Karena itu, menurut Hartanto, pijat pada bayi lebih baik dilakukan oleh orangtua dari bayi tersebut. Sebelum mulai memijat, pendampingan dari bidan atau tenaga kesehatan yang terlatih bisa didapatkan untuk mengarahkan dan membimbing orangtua mengenai cara memijat bayi yang tepat dan aman.
Pijat pada bayi dilakukan untuk menstimulasi bayi. Pijat sebagai stimulasi merupakan kelanjutan dari inisiasi menyusui dini sehingga bisa dilakukan sejak lahir.
Kementerian Kesehatan sebelumnya telah meluncurkan buku Pedoman Stimulasi Pijat Anak Bawah Dua Tahun. Buku tersebut dapat menjadi pedoman bagi orangtua, tenaga kesehatan, dan masyarakat mengenai tata laksana stimulasi pijat pada anak bawah dua tahun. Pijat pada bayi tidak hanya untuk mempererat ikatan antara bayi dan orangtua, tetapi juga meningkatkan perkembangan tumbuh kembang bayi secara fisik ataupun psikologis.
Teknik pijat
Dalam buku tersebut dituliskan, stimulasi pijat dapat dilakukan secara tidak berurutan, tergantung pada kenyamanan bayi. Disarankan agar pemijatan dimulai dari daerah wajah terlebih dahulu. Pijatan dapat dilakukan sekitar 15 menit secara rutin setiap 3-5 kali dalam seminggu. Sangat disarankan agar orangtua menjadikan stimulasi pijat sebagai suatu rutinitas.
Untuk pijatan pada area wajah, misalnya, teknik yang dilakukan bisa dengan mengusap wajah dari garis tengah ke arah telinga. Kemudian, pemijatan bisa dilakukan pada bagian atas alis dari tengah ke samping dengan menggunakan kedua ibu jari. Setelah itu, pemijatan bisa dilanjutkan pada area atas mulut anak, atas dagu, sudut mata hingga pangkal hidung, dan pijatan pada area rahang.
Hal yang perlu diingat yaitu pemijatan perlu dimulai dengan sentuhan yang ringan dan perlahan. Tekanan dalam pemijatan bisa ditingkatkan sesuai dengan kenyamanan anak. Jika anak menangis saat dipijat, harus segera hentikan dan mencari penyebab anak menangis.
”Stimulasi pijat memberikan banyak manfaat bagi anak. Stimulasi pijat sangat disarankan pada bayi yang berisiko, seperti bayi yang lahir kuning atau bayi yang tidak langsung menangis ketika lahir. Namun, pijat ini harus dilakukan dengan benar yang sebelumnya sudah dilatih dan didampingi oleh tenaga kesehatan yang terlatih,” ujar Hartanto.
Peringatan
Ada beberapa hal yang menjadi peringatan dalam memijat bayi. Area kepala dan perut merupakan area yang cukup vital pada bayi. Pastikan untuk hindari memijat di daerah kepala. Selain itu, hindari pula untuk memijat anak setelah makan atau disusui.
Memijat bayi harus dilakukan secara perlahan sehingga jangan memijat bayi dengan paksa. Hindari pula memaksakan posisi stimulasi pijatan tertentu yang tidak nyaman bagi bayi. Pastikan tidak membangunkan anak yang sedang tertidur hanya untuk dipijat. Hindari juga pemakaian minyak di sekitar mata dan selaput lendir. Pemijatan disarankan untuk tidak dilakukan ketika anak sedang sakit.
Hartanto menyampaikan, pemijatan yang dilakukan secara asal dan tidak aman bisa berisiko fatal pada bayi. Pemijatan pada kepala bayi sangat berisiko menyebabkan perdarahan intrakranial atau perdarahan di dalam tulang tengkorak. Karena itu, pemijatan pada area kepala harus dihindari.
Selain itu, pemijatan yang dipaksakan juga bisa berbahaya. Bayi berisiko mengalami patah tulang apabila pemijatan dilakukan secara kencang ketika bayi tidak nyaman dan memberontak. Perdarahan pada saluran cerna juga bisa terjadi apabila pemijatan pada area perut dilakukan dengan tidak benar.
Sebelumnya, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso dalam seminar media yang diselenggarakan pada Selasa (5/3/2024) menyampaikan, pijat pada bayi sebenarnya sangat disarankan untuk dilakukan oleh orangtua pada anaknya asal itu dilakukan dengan benar dan aman. ”Pijat pada bayi itu sebetulnya ada beberapa keuntungan, yakni bonding, stimulasi sensori, sekaligus menjadi release (pelepasan) stres pada anak. Namun, harus aman,” katanya.