Anak yang Lahir Prematur Butuh Lebih Banyak Stimulasi
Bayi lahir prematur membutuhkan stimulasi yang lebih baik dibandingkan dengan bayi yang lahir normal. Hal itu untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan bayi tidak terganggu.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bayi yang lahir secara prematur atau lahir belum waktunya berisiko mengalami gangguan dalam perkembangan. Stimulasi positif pun amat diperlukan untuk menghasilkan perubahan fisiologis pada proses perkembangan bayi hingga usia selanjutnya sehingga gangguan pun bisa dicegah.
Dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang RS Umum Pusat Dr Kariadi, Fitri Hartanto, dalam webinar bertajuk ”Pengasuhan Bayi Prematur dan Panjang Bayi Lahir Rendah” yang diikuti dari Jakarta, Selasa (21/2/2023), mengatakan, bayi yang lahir prematur berisiko mengalami gangguan perkembangan, baik gangguan akibat sistem sensorik maupun motorik. Namun, risiko tersebut sering kali justru membuat orangtua terlalu protektif terhadap anaknya.
”Bayi dengan kelahiran prematur ataupun dengan berat lahir rendah biasanya membuat orangtua memiliki rasa takut yang luar biasa. Itu harus dihindari karena justru berisiko membuat anak mengalami gangguan tumbuh kembang,” katanya.
Bayi dengan kelahiran prematur ataupun dengan berat lahir rendah biasanya membuat orangtua memiliki rasa takut yang luar biasa. Hal itu harus dihindari karena justru berisiko membuat anak mengalami gangguan tumbuh kembang.
Menurut Fitri, anak yang tumbuh di rumah dan lingkungan yang terlalu melindungi dapat menyebabkan anak tersebut menjadi takut pada dunia luar. Anak pun cenderung tidak dapat menemukan kepercayaan diri mereka dan menjadi sangat bergantung pada orangtua.
Kondisi tersebut dapat berdampak pada perkembangan kemampuan belajar yang terhambat, gangguan tidur, serta rentan menderita berbagai jenis penyakit. Orangtua yang terlalu protektif dapat terlihat dari perilaku yang diterapkan pada anaknya, seperti selalu mengkhawatirkan kesehatan anak dan meyakini hal buruk akan terjadi pada anak. Orangtua yang terlalu protektif juga menghindari membawa anaknya berada di sekitar orang lain karena takut anaknya tertular penyakit.
Stimulasi positif
Fitri menuturkan, sikap yang terlalu protektif pada anak, termasuk pada anak yang lahir secara prematur, merupakan bentuk stimulasi yang negatif bagi perkembangannya. Itu akan membuat anak memiliki kepekaan yang buruk pada lingkungan.
Anak yang lahir secara prematur seharusnya lebih banyak mendapatkan stimulasi positif. Dengan stimulasi positif, anak akan lebih peka untuk belajar dan memperkaya pengalaman baik. Capaian perkembangan anak pun dapat optimal.
Stimulasi positif tersebut dapat diberikan melalui pemenuhan kebutuhan dasar anak, yakni pada pola asuh, asih, dan asah. Hal tersebut meliputi gizi seimbang, lingkungan yang sehat, rekreasi, stabilitas keluarga, kasih sayang yang positif, serta stimulasi yang tepat.
”Stimulasi pada anak yang lahir prematur harus dimulai sejak dini, bahkan saat bayi masih dirawat di rumah sakit. Orangtua secara bertahap dapat dilatih untuk mengasuh bayinya sejak di NICU (neonatal intensive care unit), baik saat di ruang rawat bayi maupun rawat gabung,” ucap Fitri.
Pada praktiknya, ia menambahkan, stimulasi bisa diberikan dengan sering menatap mata bayi, mengajak bayi tersenyum, berbicara lembut dengan memberikan sentuhan, serta mengelus dan memijat bayi secara lembut. Dalam memberikan stimulasi tersebut, dukungan ayah sangat diperlukan. Itu sebabnya ayah pun harus terlibat aktif selama perawatan bayi.
Stimulasi pada bayi yang lahir prematur bisa pula diberikan dengan cara memegang tanpa mengusap, stimulasi dengan metode kanguru dengan sentuhan kulit ke kulit, serta stimulasi pijat bayi prematur. Stimulasi pijat dapat dimulai setelah kondisi bayi stabil dalam 5-15 menit setiap dua sampai tiga kali sehari. Pijat pada bayi baru bisa dilakukan orangtua yang sudah mendapatkan pelatihan.
Stimulasi tersebut perlu dilanjutkan setelah pulang ke rumah. Stimulasi pun lebih berkembang dibandingkan ketika masih dirawat di rumah sakit yang terdiri dari stimulasi penglihatan, pendengaran, taktil, pengecapan, dan pembauan,” kata Fitri.
Secara terpisah, dokter spesialis anak konsultan neonatologi RS Ibu dan Anak Bunda Jakarta, Adhi Teguh Perma Iskandar, dalam acara podcast Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang ditayangkan pada akun Youtube IDAI menuturkan, stimulasi dengan metode kanguru juga baik untuk diberikan pada bayi yang lahir prematur. Cara ini dapat dilakukan untuk memberikan kehangatan pada bayi.
Metode kanguru dilakukan dengan menempelkan bayi dengan posisi menghadap ke ibu atau ayah dengan kulit yang saling bersentuhan.
”Dengan metode ini bayi cenderung hangat dan tidak kedinginan. Selain itu, bayi pun bisa tumbuh lebih baik, berat badan bisa naik lebih pesat, serta risiko infeksi menurun drastis,” kata Adhi.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), satu dari sepuluh bayi di seluruh dunia lahir secara prematur. Kondisi ini menyebabkan lebih dari 1 juta bayi meninggal karena preterm atau persalinan kurang dari 37 minggu. Di Indonesia, 84 persen kematian pada anak yang baru lahir disebabkan kelahiran prematur (Kompas.id, 15/11/2022).