Tingkat kemarahan seseorang yang membuang kertasnya ke tempat sampah atau merobeknya dapat kembali ke keadaan semula.
Oleh
ICHWAN SUSANTO
·3 menit baca
Amarah Anda sulit dibendung? Tradisi Hakidashisara yang sudah lama ada di Jepang ini mungkin bisa membantu Anda untuk mengatasinya. Meluapkan emosi dengan menuliskan hal negatif tersebut pada sebuah benda dan menghancurkannya terbukti bisa efektif mengendalikan emosi kita.
Dalam mengkaji metode ini, tim peneliti dari Nagoya University melakukan eksperimen pada sejumlah peserta. Peneliti meminta para peserta untuk menulis opini singkat tentang masalah sosial yang penting, seperti soal larangan merokok di tempat umum.
Peneliti tersebut kemudian memberi tahu peserta riset bahwa tulisan mereka akan dievaluasi mahasiswa doktoral di Nagoya University. Namun, evaluator tersebut bukanlah mahasiswa doktoral sesungguhnya.
Terlepas dari apa yang ditulis para peserta, para evaluator memberi nilai rendah pada para peserta dalam hal kecerdasan, minat, keramahan, logika, dan rasionalitas. Untuk benar-benar memahami maksudnya, mahasiswa doktoral juga menulis komentar berisi hinaan yang sama: ”Saya tidak percaya orang yang berpendidikan akan berpikir seperti ini. Saya berharap orang ini belajar sesuatu selama di universitas.”
Setelah membagikan komentar negatif tersebut, para peneliti meminta para peserta untuk memberikan umpan balik (feedback). Peserta diminta menuliskan pemikiran mereka dengan fokus pada apa yang memicu emosi mereka.
Kemudian, satu kelompok peserta diminta untuk membuang kertas yang mereka tulis ke tempat sampah atau menyimpannya di meja mereka. Kelompok kedua disuruh menghancurkan dokumen tersebut dengan mesin penghancur atau memasukkannya ke kotak plastik.
Para peserta kemudian diminta menilai kemarahan mereka setelah dihina dan setelah membuang atau menyimpan kertas tersebut. Seperti yang diharapkan, semua peserta melaporkan tingkat kemarahan yang lebih tinggi setelah menerima komentar yang menghina.
Mengendalikan amarah di rumah dan di tempat kerja dapat mengurangi konsekuensi negatif dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi kita.
Namun, tingkat kemarahan individu yang membuang kertasnya ke tempat sampah atau merobeknya dapat kembali ke keadaan semula. Sementara itu, peserta yang menyimpan salinan hinaan tersebut hanya mengalami sedikit penurunan kemarahan mereka secara keseluruhan.
Dapat diterapkan
”Kami berharap metode kami akan menekan kemarahan sampai batas tertentu,” kata pemimpin peneliti, Nobuyuki Kawai, dari Departemen Ilmu Fisiologi dan Kognitif Nagoya University, Jepang. Hasil riset Kawai dan tim ini telah diterbitkan dalam Scientific Reports pada 9 April 2024.
Ia mengatakan, dengan cara tersebut, kemarahan seseorang hampir hilang semuanya. Penelitian Kawai ini penting karena mengendalikan amarah di rumah dan di tempat kerja dapat mengurangi konsekuensi negatif dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi kita.
Kawai membayangkan menggunakan penelitiannya untuk membantu para pebisnis yang berada dalam situasi stres. ”Teknik ini bisa diterapkan dengan menuliskan sumber kemarahan, seperti mengambil memo lalu membuangnya ketika sedang marah dalam situasi bisnis,” ucapnya dalam informasi riset di situs internet Nagoya University.
Selain manfaat praktisnya, penemuan ini mungkin juga bisa menjelaskan asal usul tradisi budaya Jepang yang dikenal sebagai Hakidashisara di kuil Hiyoshi di Kiyosu, Prefektur Aichi, di luar Nagoya. Hakidashisara adalah festival tahunan saat warga menuliskan rasa negatif pada piring kecil dan memecahkannya. Temuan mereka mungkin menjelaskan perasaan lega yang dirasakan peserta setelah meninggalkan festival.