Orangtua perlu memperhatikan kesehatan anak, termasuk waktu tidur dan asupan makanan, selama masa mudik Lebaran.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Mudik merupakan pengalaman yang menarik bagi banyak orang. Mudik tidak sekadar pulang ke kampung halaman, tetapi lebih sebagai ajang silaturahmi dengan keluarga besar dan handai tolan. Karena itu, banyak orang mengupayakan berbagai cara agar bisa mudik.
Namun, bagi orangtua yang memiliki bayi ataupun anak, berbagai tantangan kerap dijumpai ketika mudik. Apalagi bagi orangtua yang baru pertama kali mudik membawa anak. Berbagai perlengkapan sudah disiapkan sejak jauh hari. Hal ini untuk memastikan kesehatan anak tetap terjaga selama mudik.
Menurut ahli gizi Dr Tan & Remanlay Institute, Tan Shot Yen, banyak perubahan yang akan dialami anak selama mudik Lebaran. Ketika mudik, biasanya waktu tidur anak menjadi tidak teratur. Selain itu, anak akan lebih sering bertemu dengan banyak orang. Waktu makan pun menjadi tidak teratur.
Kondisi tersebut patut menjadi perhatian orangtua. Asupan makanan dan waktu istirahat yang tidak cukup dapat membuat sistem kekebalan tubuh anak menjadi terganggu.
Anak pun rentan terserang penyakit. Risiko itu semakin besar karena ketika mudik akan lebih banyak berinteraksi dengan orang lain. Padahal, setiap orang bisa membawa risiko penyakit pada anak.
”Kabar buruknya, sekarang ini juga bersamaan dengan masuknya musim pancaroba. Banyak penyakit menular bisa terjadi. Karena itu, orangtua harus lebih ekstra menjaga anak agar jangan sampai tertular penyakit selama mudik,” katanya di Jakarta, Sabtu (6/4/2024).
Hal utama yang harus dilakukan adalah mengupayakan agar daya tahan tubuh anak tidak menurun. Perjalanan jauh ke tempat tujuan mudik cukup melelahkan bagi anak.
Jika sampai di tempat tujuan mudik justru kurang istirahat dan makan tidak teratur, itu akan semakin menurunkan daya tahan tubuh anak.
Ketika mudik, biasanya waktu tidur anak menjadi tidak teratur. Selain itu, anak juga akan lebih sering bertemu dengan banyak orang. Waktu makan pun menjadi tidak teratur.
Orangtua sebaiknya tetap memperhatikan waktu tidur dan asupan makan anak selama mudik. Jika anak lelah, sebaiknya tidak dipaksakan untuk ikut bepergian. Anak yang kurang istirahat juga biasanya lebih mudah rewel.
Selain itu, orangtua pun perlu memberikan kesadaran dan mengingatkan orang di sekitar anak untuk tidak sering memegang atau bahkan mencium anak. Interaksi dengan orang lain rentan menjadi sumber penularan berbagai penyakit. Masker bisa digunakan jika diperlukan.
Tan mengingatkan bahwa di musim pancaroba ini penularan berbagai penyakit sedang meningkat, misalnya batuk, pilek, juga penyakit tangan, kaki, dan mulut (HFMD) atau yang dikenal dengan penyakit flu Singapura.
Pada orang dewasa, penyakit tersebut sering kali hanya bergejala ringan sehingga tidak terlalu diperhatikan. Akan tetapi, jika sampai menular ke anak, bisa menimbulkan gejala yang berat.
Makanan
Hal lain yang perlu diperhatikan ketika membawa anak mudik ialah asupan makanan yang mencukupi. Saat mudik, makanan yang diberikan ke anak biasanya menjadi ala kadarnya, tergantung yang tersedia. Orangtua pun cenderung tidak terlalu memperhatikan waktu makan anak.
Karena itu, jika ingin anak tetap sehat selama mudik sampai nanti kembali pulang, orangtua sebaiknya memperhatikan asupan makanan anak. Pastikan anak makan tepat waktu. Selain itu, asupan makanan yang diberikan seimbang dengan kandungan karbohidrat, protein, lemak, serta sayur dan buah cukup.
Batasi juga asupan makanan yang tinggi gula, garam, dan lemak. Suguhan Lebaran umumnya mengandung gula, garam, dan lemak yang tinggi sehingga orangtua perlu membatasinya.
Tan menambahkan, bekal yang dibawa selama perjalanan mudik pun tidak boleh sembarangan. Pada anak yang masih mengonsumsi makanan pendamping ASI (MPASI), bekal yang dibawa dari rumah untuk dikonsumsi di perjalanan dinilai kurang tepat.
”MPASI yang dibawah di perjalanan mudik lebih dari dua jam bukan hal yang bijak. Di suhu 5-60 derajat celsius, bakteri, jamur, dan kuman bisa tumbuh di makanan. Itu bisa menimbulkan masalah diare dan gangguan pencernaan. Sekalipun makanannya dikemas atau dibungkus daun pisang,” tuturnya.
Terkait hal itu, ia menyarankan agar orangtua memberikan makanan pada bayi berusia di bawah 8 bulan sebelum berangkat. Sementara di sepanjang jalan cukup diberikan ASI dan baru buatkan kembali MPASI saat tiba di tempat tujuan.
Pada bayi usia 8-11 tahun, makanan bisa diberikan dari makanan yang didapatkan di restoran tempat beristirahat. Minta restoran untuk mengukus makanan dan minta potong lauk jadi kecil yang ramah untuk konsumsi anak.
Pada anak usia 12-24 bulan, anak sudah bisa makan menu keluarga. Disarankan makanan yang akan dikonsumsi anak dikukus terlebih dahulu untuk mencegah risiko diare.
Ramah anak
Secara terpisah, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Ai Maryati Solihah dalam siaran pers menyampaikan, pemerintah diharapkan dapat mendukung pelaksanaan mudik Lebaran 2024 yang ramah anak.
Hal itu meliputi penyediaan transportasi umum yang layak dan ramah anak, peningkatan ketersediaan dan mutu fasilitas ramah anak di setiap stasiun, terminal, pelabuhan, dan bandara, serta peningkatan pengawasan untuk menghindari terjadinya praktik kelebihan kapasitas di transportasi umum.
Diharapkan pula pemerintah menyediakan ruang atau pos pengaduan di setiap tempat pemberhentian perjalanan serta memberi edukasi tentang keselamatan anak di masa mudik Lebaran 2024. Informasi yang dipublikasi di media juga perlu ditingkatkan mengenai mudik ramah anak.
”Anak-anak yang mudik ke kampung halaman dan kembali dari kampung halaman harus dipastikan keamanan dan keselamatannya, baik keamanan fisik, psikis, keamanan dari rasa takut, dan kekerasan lainnya. Pelaksanaan mudik harus ramah anak,” ujar Ai.
Dengan berbagai upaya tersebut, mudik Lebaran 2024 ini diharapkan bisa menyenangkan bagi masyarakat yang menjalaninya. Anak pun bisa turut terjaga, baik sebelum berangkat mudik, saat di tempat mudik, maupun setelah kembali dari mudik.