Jam Kerja Tak Menentu Berpengaruh pada Kesehatan di Masa Tua
Jam kerja yang tidak menentu di masa muda membuat pekerja berisiko mengalami kesehatan yang lebih buruk di masa tua.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jam kerja di masa muda berpengaruh terhadap kesehatan di masa tua. Berdasarkan penelitian terbaru di New York University, Amerika Serikat, karyawan dengan jadwal kerja yang tidak menentu memiliki kualitas tidur lebih buruk dan gejala depresi yang lebih parah saat berusia 50 tahun.
Bekerja di luar jam standar pukul 09.00-17.00 saat muda dikaitkan dengan kesehatan lebih buruk beberapa dekade kemudian. Laporan hasil penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal PLOS ONE, Rabu (3/4/2024).
Penelitian ini menggunakan data dari The National Longitudinal Survey of Youth-1979 (NLSY79) yang mencakup data lebih dari 7.000 orang di AS selama 30 tahun. Peneliti kemudian menganalisis apakah pola pekerjaan di masa dewasa memengaruhi kualitas tidur, kesehatan fisik, dan kesehatan mental pada usia 50 tahun.
Sekitar 26 persen peserta bekerja dengan jam standar yang stabil. Sementara sekitar 17 persen peserta pada awalnya bekerja dengan jam standar, kemudian beralih ke pola kerja yang fluktuatif. Pola kerja ini mengombinasikan jam kerja pada sore, malam, dan waktu yang bervariasi.
”Dibandingkan dengan individu yang sebagian besar bekerja pada siang hari sepanjang karier mereka, pekerja dengan jadwal kerja yang lebih fluktuatif memiliki waktu tidur lebih sedikit, memiliki kualitas tidur lebih rendah, dan cenderung melaporkan gejala depresi pada usia 50 tahun,” tulis laporan penelitian itu.
Temuan studi ini menyoroti tantangan yang dihadapi pekerja dengan jadwal kerja tidak standar. Hal itu menjadi kendala mereka untuk mendapatkan tidur berkualitas serta kesehatan mental yang layak.
Jadwal kerja yang tidak teratur berhubungan dengan kelelahan fisik dan kelelahan emosional sehingga rentan menjalani kehidupan dengan tidak sehat.
Penelitian menemukan bahwa perempuan lebih mungkin melaporkan depresi ringan hingga sedang. Sementara laki-laki lebih sering melaporkan depresi berat dan pikiran untuk bunuh diri.
Riset ini menekankan peran penting pola pekerjaan terhadap kesehatan fisik dan mental pada usia paruh baya. Kelompok masyarakat dengan posisi sosial kurang beruntung, seperti berpendidikan rendah, lebih mungkin menanggung dampak buruk jadwal kerja yang tidak teratur sehingga lebih berisiko terhadap kesehatannya.
Penulis studi tersebut, Wen-Jui Han, mengatakan, jadwal kerja yang tidak teratur berhubungan dengan kelelahan fisik dan kelelahan emosional sehingga rentan menjalani kehidupan dengan tidak sehat. Dampaknya dapat terakumulasi sepanjang hidup sehingga berkontribusi terhadap kesenjangan kesehatan seseorang.
”Pekerjaan yang seharusnya menghasilkan sumber daya untuk membantu kita mempertahankan kehidupan yang layak kini telah menjadi kerentanan terhadap kehidupan yang sehat karena semakin sulitnya pengaturan jam kerja dalam masyarakat yang semakin tidak setara,” ujarnya dilansir dari Eurekalert.org, Jumat (5/4/2024).
Han juga menemukan tren terkait ras dan jender. Orang berkulit hitam Amerika, misalnya, lebih cenderung memiliki jadwal kerja tidak menentu. Hal ini menunjukkan beberapa kelompok masyarakat secara tidak proporsional menanggung dampak buruk dari pola ketenagakerjaan tersebut.