Babak Baru Bahaya Mikroplastik pada Kesehatan Jantung
Mikroplastik dan nanoplastik bisa menjadi plak di arteri manusia dan berpotensi meningkatkan risiko serangan jantung.
Mikroplastik dan nanoplastik telah mencemari lingkungan kita, mulai dari lautan hingga pegunungan, dan pada akhirnya masuk ke tubuh manusia. Kini, riset terbaru menunjukkan, mikroplastik dan nanoplastik bisa menjadi plak di arteri manusia dan berpotensi meningkatkan risiko terkena serangan jantung, stroke, dan kematian.
Serangkaian riset sebelumnya telah menunjukkan bahwa mikroplastik dan nanoplastik ditemukan di dalam tubuh manusia. Penelitian mendeteksinya di berbagai jaringan termasuk di paru-paru, darah, jantung, dan plasenta.
Para peneliti di Universitas Columbia dan Rutgers dalam laporan penelitiannya di jurnal PNAS pada 8 Januari 2024 lalu telah menemukan adanya partikel mikroplastik dan nanoplastik sebanyak 110.000 hingga 400.000 partikel per liter di lima sampel dari tiga merek air minum kemasan. Partikel plastik itu rata-rata berukuran kurang dari satu mikron atau mikrometer sepersejuta meter. Sebagai perbandingan, rambut manusia lebarnya sekitar 83 mikron.
Kekhawatiran dengan ditemukannya cemaran plastik itu meningkat mengenai potensi risikonya terhadap kesehatan kita. Meskipun semakin banyak penelitian yang berfokus pada mikroplastik dan nanoplastik, masih kurangnya bukti langsung bahwa keberadaannya di jaringan manusia berbahaya bagi kesehatan kita dan masih belum pasti apakah hal tersebut berkaitan dengan penyakit tertentu.
Studi terbaru di The New England Journal of Medicine, yang terbit pada 7 Maret 2024, mengungkap korelasi antara mikroplastik dan kesehatan jantung. Raffaele Marfella dari Departments of Advanced Medical and Surgical Sciences, University of Campania Luigi Vanvitelli, Italia, yang menjadi penulis pertama menulis bahwa orang yang memiliki mikroplastik dan nanoplastik yang terdeteksi pada plak di arteri mereka memiliki risiko lebih tinggi terkena serangan jantung, stroke, dan kematian.
Penelitian ini bisa menjadi peringatan serius mengenai bahaya dari cemaran plastik mengingat sebagian besar sampah plastik tidak pernah didaur ulang dan terurai.
Baca juga: Beragam Cara Plastik Menyusup ke Tubuh Manusia
Kesehatan jantung
Dalam studi ini, para peneliti mengamati 257 orang secara keseluruhan. Semua pasien sudah menjalani operasi pencegahan untuk menghilangkan plak dari arteri karotis, yaitu saluran arteri utama yang memasok darah ke otak. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk mengumpulkan sampel plak dan melakukan analisis kimia. Mereka kemudian ditindaklanjuti dengan peserta 34 bulan kemudian.
Dengan menggunakan dua metode, mereka menemukan bukti adanya plastik, kebanyakan nanoplastik yang tidak terlihat, di plak arteri pada 150 pasien dan tidak ada bukti adanya plastik pada 107 pasien. Cemaran itu terutama pecahan dari dua plastik yang paling umum digunakan di dunia, yaitu polietilen yang biasa digunakan dalam tas belanjaan, botol, dan kemasan makanan, serta polivinil klorida yang biasa digunakan pada lantai, pelapis, dan pipa.
Mereka mengikuti orang-orang ini selama tiga tahun. Selama jangka waktu tersebut, 30 atau 20 persen dari mereka yang memiliki plak plastik para arterinya mengalami serangan jantung, stroke, atau meninggal karena sebab apa pun, dibandingkan dengan 8 atau sekitar 8 persen dari mereka yang tidak memiliki memiliki plak plastik pada arterinya.
Selama jangka waktu tersebut, 30 atau 20 persen dari mereka yang memiliki plak plastik para arterinya mengalami serangan jantung, stroke, atau meninggal karena sebab apa pun, dibandingkan dengan 8 atau sekitar 8 persen dari mereka yang tidak memiliki memiliki plak plastik pada arterinya.
Para peneliti juga menganalisis makrofag, sejenis sel kekebalan yang membantu menghilangkan patogen dari tubuh, di arteri pasien. Mereka menemukan bahwa peserta yang memiliki mikroplastik dan nanoplastik di plaknya juga memiliki bukti adanya pecahan plastik di makrofagnya.
Mereka juga mengamati apakah gen tertentu yang terkait dengan peradangan, yang bisa menjadi tanda penyakit, diaktifkan pada partisipan. Mereka menemukan bahwa partisipan yang memiliki mikroplastik dan nanoplastik di plaknya juga memiliki tanda-tanda peradangan pada gennya.
Hasil ini menunjukkan akumulasi nanoplastik dan mikroplastik pada plak karotis sebagian dapat memicu peradangan. Peradangan ini kemudian dapat mengubah perilaku plak di dalam tubuh, menjadikannya kurang stabil dan memicu pembentukan bekuan darah—yang pada akhirnya dapat menghambat aliran darah, sehingga menyebabkan serangan jantung dan stroke.
”Saya berharap pesan mengkhawatirkan dari penelitian kami akan meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama pemerintah, untuk akhirnya menyadari pentingnya kesehatan planet kita,” kata Raffaele Marfella.
Ancaman ke depan
Dari aspek kekurangannya, para peneliti menyebutkan, jumlah sampel yang diteliti masih sangat kecil dan hanya diamati pada orang-orang dengan arteri yang menyempit, yang sudah berisiko terkena serangan jantung dan stroke. Pasien yang memiliki plak plastik dalam arterinya memiliki lebih banyak penyakit jantung, diabetes, dan kolesterol tinggi dibandingkan pasien tanpa plak plastik. Mereka lebih cenderung laki-laki dan lebih cenderung perokok.
Para peneliti mencoba menyesuaikan faktor-faktor risiko ini selama analisis statistik mereka, namun mereka mungkin melewatkan perbedaan penting antara kelompok yang dapat menjelaskan hasil tersebut. Penelitian semacam ini tidak dapat membuktikan bahwa plastiklah yang menyebabkan permasalahan tersebut.
Para peneliti juga tidak memiliki informasi tentang apa yang dikonsumsi atau dihirup orang yang mungkin menyebabkan plastik tersebut. Di sisi lain, spesimen mungkin telah terkontaminasi di laboratorium. Para peneliti mengakui hal tersebut dalam makalah mereka dan menyarankan agar penelitian di masa depan dilakukan di ruangan bersih di mana udara disaring untuk mencari polutan.
”Diperlukan lebih banyak penelitian,” kata Philip Landrigan, ahli kesehatan dari Boston College, yang menulis editorial di jurnal yang sama. Menurut Landrigan, ini adalah laporan pertama yang menunjukkan hubungan antara mikroplastik dan nanoplastik dengan penyakit pada manusia.
Baca juga: Mikroplastik Nabati Terurai 7 Bulan, Harapan Pengganti Plastik Fosil
Ilmuwan lain telah menemukan potongan plastik di paru-paru, hati, darah, plasenta, dan air susu ibu. ”Itu tidak membuktikan sebab dan akibat, tapi menunjukkan sebab dan akibat,” ujarnya. Dan, hal ini perlu segera direplikasi atau dibantah oleh penelitian lain yang dilakukan oleh peneliti lain pada populasi lain.