Kombinasi Pembersih Udara dan Ventilasi Mengurangi Polusi di Ruang Kelas
Penggunaan pembersih udara dan ventilasi secara terjadwal bisa mengurangi polusi udara di ruang kelas.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Buruknya kualitas udara perkotaan turut mengancam kesehatan sistem pernapasan siswa. Penelitian terbaru di University of Surrey, Inggris, menemukan penggunaan pembersih udara dan pengoptimalan ventilasi secara terjadwal efektif mengurangi polusi di ruang kelas.
Laporan hasil penelitian ini telah dipublikasikan di Journal of Building Engineering. Dalam riset tersebut, para peneliti memantau polusi udara di dua ruang kelas pada sebuah sekolah di Guildford, Inggris. Sekolah itu berjarak 10 meter dari jalan raya yang dilalui 31.000 mobil setiap hari.
Satu ruang kelas menghadap ke jalan (kelas A) yang ditempati anak-anak berusia 4-5 tahun. Sementara satu kelas lainnya (kelas B) yang ditempati anak-anak berusia 6-7 tahun terletak di sisi lain gedung.
”Pengoptimalan ventilasi terjadwal dan penggunaan alat pembersih udara menghasilkan pengurangan konsentrasi (partikel debu) PM 10 sebesar 36 persen, PM 2,5 sebesar 14 persen, dan CO2 sebesar 28 persen,” tulis laporan penelitian itu seperti dilansir pada Jumat (15/3/2024).
Persentase penurunan polusi udara bergantung pada kondisi ruang kelas. Selain itu, waktu membuka jendela kelas juga berpengaruh. Pembukaan jendela di kelas A, misalnya, akan lebih mengamplifikasi polusi di ruangan tersebut karena posisi jendelanya menghadap ke jalan raya.
Untuk meningkatkan kualitas udara di ruang kelas, sekolah harus menggunakan alat pembersih udara pada siang hari. Sementara ventilasi dioptimalkan dengan membuka jendela setelah jam sekolah.
Secara global, jutaan anak terpaksa menghirup udara berkualitas buruk saat mereka belajar.
Peningkatan ventilasi diharapkan dapat mengurangi berbagai kontaminan di ruang kelas, seperti senyawa organik yang mudah menguap (volatile organic compounds/VOCs). Namun, masih diperlukan riset untuk menguji serangkaian polutan udara yang ada di ruang kelas.
Penulis utama riset itu, yang juga peneliti di Global Centre for Clean Air Research (GCARE), University of Surrey, Nidhi Rawat, mengatakan, kombinasi pemakaian pembersih udara dengan mengatur bukaan jendela yang terjadwal menjadi cara efektif untuk mengurangi polusi di dalam kelas. ”Kami juga memahami, membiarkan jendela tetap terbuka tidak selalu nyaman atau praktis. Jadi, pendekatan yang masuk akal disesuaikan dengan kebutuhan,” ujarnya.
Kualitas udara di kedua kelas membaik setelah penggunaan pembersih udara diganti dengan pembukaan jendela. Polusi partikel kasar turun 18 persen di kelas A dan 36 persen di kelas B. Sementara konsentrasi karbon dioksida turun 28 persen di kelas A dan 11 persen di kelas B.
Direktur GCARE Prof Prashant Kumar menyebutkan, studi tersebut dapat membantu pembuat kebijakan dalam mengoptimalkan manfaat alat pembersih udara dan ventilasi di ruang kelas. Dengan demikian, potensi siswa mengalami gangguan pernapasan bisa diminimalkan.
”Secara global, jutaan anak terpaksa menghirup udara berkualitas buruk saat mereka belajar. Kami berharap penelitian ini dapat digunakan untuk merancang cara untuk membuat ruang kelas lebih aman sehingga siswa menjadi lebih sehat,” ucapnya.