Inovasi Perguruan Tinggi dan Vokasi Memacu Industri Dalam Negeri
Pengembangan industri dalam negeri butuh dukungan. Potensi perguruan tinggi dan pendidikan vokasi perlu dimunculkan.
JAKARTA, KOMPAS — Perguruan tinggi dan pendidikan vokasi berpotensi melahirkan inovasi yang dapat mendorong perkembangan industri dalam negeri. Selain memfasilitasi riset berkolaborasi dengan industri, perguruan tinggi dan pendidikan vokasi aktif terlibat dalam temu bisnis untuk memanfaatkan inovasi yang ada.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Kiki Yuliati mengutarakan hal itu di Jakarta, Rabu (13/3/2024).
Menurut Kiki, dunia pendidikan, terutama pendidikan vokasi, turut mendukung upaya pemerintah meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri (P3DN) agar dunia industri Indonesia bisa berkembang. Salah satu caranya dengan memastikan lulusan pendidikan vokasi memiliki relevansi tinggi sesuai kebutuhan masyarakat dan industri.
Baca juga: Potensi Pendidikan Vokasi Perlu Terus Dimunculkan
Saat permintaan produk domestik meningkat, industri-industri dalam negeri, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), perlu berinovasi meningkatkan kapasitas produksi. ”Dengan pesanan berdatangan, mereka mencari lulusan vokasi. Mereka menjadikan lulusan vokasi sebagai teaching factory dan mitra dalam menyiapkan suku cadang serta pembuat dari produksinya,” ujar Kiki.
Kiki meyakini kebijakan P3DN juga berdampak positif bagi sektor pendidikan. Saat ini para peserta didik vokasi tak hanya belajar membuat dan berpraktik, tapi juga belajar memperhatikan kepentingan pelanggan. ”Dengan kesadaran itu, dampak positif tersebut juga dirasakan perguruan tinggi. Pada level perguruan tinggi, riset yang mereka lakukan akan semakin maju dan berkualitas,” ujarnya.
Potensi pendidikan vokasi mendukung perkembangan industri dalam negeri, beberapa waktu lalu, ditampilkan dalam acara Business Matching yang ke-7 di Denpasar, Bali, dengan mengangkat tema ”Kemandirian Produk Dalam Negeri Menuju Indonesia Emas”.
Pada level perguruan tinggi, riset yang mereka lakukan akan semakin maju dan berkualitas.
Program Business Matching ini memfasilitasi dunia usaha dan berbagai pihak, termasuk Kemendikbudristek, untuk saling melakukan temu bisnis memperkuat kerja sama dalam pemenuhan kebutuhan barang dan jasa. Hal itu bertujuan agar ke depan industri dalam negeri makin kuat.
Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti menyatakan, pihaknya mendukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) sebagai upaya penting mewujudkan kemandirian bangsa.
Keberhasilan Gernas BBI berdampak terhadap perkembangan industri dalam negeri, mulai dari bertambahnya lapangan kerja baru, terserapnya banyak tenaga kerja, dan terjadi efek domino pada berbagai sektor. Hal ini akan memacu pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
”Dalam rangka menyukseskan Gernas BBI, Kemendikbudristek meningkatkan pengembangan produk dalam negeri yang dilakukan satuan pendidikan, terutama SMK (sekolah menengah kejuruan), untuk menjadi produk UMKM, dan meningkatkan pengembangan produk dalam negeri yang dilakukan perguruan tinggi sebagai produk substitusi impor,” kata Suharti.
Kolaborasi dengan industri
Kemendikbudristek menghadirkan sejumlah produk dalam negeri, salah satunya yakni We Care, produk inovasi kesehatan karya Politeknik Negeri Bali. Mahasiswa Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali, Komang Budi Trisnawan, menuturkan, We Care menjadi produk inovasi kesehatan yang memudahkan petugas medis mengukur detak jantung, oksigen, suhu tubuh, dan tekanan darah pasien.
”Alat ini juga telah kami buatkan dari empat parameter tersebut. Dalam aplikasi itu juga tersedia akun untuk dokter, perawat, dan pasien. Melalui aplikasi ini, pasien dapat memanggil perawat ke rumah dan hasil pemeriksaan tersebut langsung terkoneksi dengan dokter yang menangani,” ucap Komang.
Selain itu, inovasi lainnya pada bidang kesehatan dihadirkan SMK 1 Muhammadiyah Sukoharjo. Kepala SMK 1 Muhammadiyah Sukoharjo Bambang Sahana memaparkan, ada lima jenis produk, yaitu tempat tidur pasien, kabinet, meja makan pasien, troli, dan tiang infus.
”Kami memiliki segmen pasar tersendiri, khususnya rumah sakit dan klinik di Jawa Tengah. Saat ini produksi kami telah digunakan setidaknya oleh 25 rumah sakit di Jawa Tengah,” kata Bambang.
Inovasi bidang transportasi juga mampu dihasilkan dari kolaborasi industri dan pendidikan vokasi. Ada kursi kereta api karya SMK Negeri 2 Salatiga yang hingga tahun ini telah memproduksi sekitar 1.400 kursi yang dipakai sejumlah armada kereta api.
Dari perguruan tinggi akademik, sejumlah inovasi yang berkolaborasi dengan industri juga berhasil diwujudkan. Salah satunya Bus Listrik Merah Putih yang digagas oleh Muhammad Nur Yuniarto dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember bekerja sama dengan PT INKA dan PT International Chemical Industry (ABC).
Baca juga: Perguruan Tinggi Didukung Cari Solusi Berbasis Riset dan Inovasi
Sementara untuk mendukung transportasi ramah lingkungan, Universitas Airlangga (Unair) menghadirkan produk charging station bernama BANGGA (Barata Airlangga).
”BANGGA menawarkan charging station yang dilengkapi dengan aplikasi sehingga memudahkan para pengguna dalam melakukan transaksi energi dan mengetahui lokasi charging station terdekat. Aplikasi itu dilengkapi fasilitas transaksi sewa-menyewa charging station,” kata anggota tim penggagas BANGGA, Gilbert Samuel Frederich Hutagaol, yang juga mahasiswa Teknik Elektro Unair.
Produk BANGGA memiliki tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) lebih dari 40 persen. Ke depan sistem fast charging pada produk ini akan dikembangkan. Jadi, pembeli nantinya bisa mendapat kemudahan akses serta jaminan keamanan transaksi. Selain itu, dengan nilai TKDN lebih dari 40 persen, spare part produk ini juga tersedia di pasar Indonesia.
Produk pesawat nirawak (drone) juga menjadi salah satu inovasi Institut Teknologi Bandung (ITB) menghadirkan produk Drone ZEKE. Dosen Fakultas Teknis Mesin dan Teknik Dirgantara ITB, Yazdi Ibrahim Jenie, menjelaskan, produk ZEKE merupakan hasil karya mahasiswa Teknik Dirgantara ITB yang kini memasuki seri perkembangan ketiga.
Beberapa kelebihan produk ZEKE, antara lain, meliputi kapasitas baterai yang bisa melakukan inspeksi 20 menit sekali charge, sistem flight control computer yang telah fine-tune sesuai tempat inspeksi, roda drone dilengkapi karet untuk menambah traksi, dan ukuran mini airframe dengan energi kinetik rendah sehingga aman untuk obyek inspeksi.