Jelang Sidang Isbat, Hilal Awal Ramadhan 1445 H Sulit Diamati di Indonesia
Hilal Ramadhan akan sulit diamati di Indonesia pada Minggu (10/3/2024). Namun pengamatan tetap dilakukan sebagai ibadah.
Pengamatan hilal awal Ramadhan 1445 H/2024 akan dilakukan Minggu (10/3/2024) petang. Dari perhitungan, hilal diperkirakan sulit diamati di seluruh Indonesia. Dengan demikian, bulan Syakban kemungkinan akan digenapkan umurnya menjadi 30 hari sehingga 1 Ramadhan baru akan jatuh pada Selasa (12/3/2024).
Konjungsi atau kesegarisan Matahari, Bulan, dan Bumi yang menandai fase Bulan (moon) baru akan terjadi pada 29 Syakban 1445 H atau Minggu (10/3/2024) pukul 16.00 WIB atau 18.00 WIT.
Namun, fase Bulan baru itu tidak otomatis langsung menjadi awal bulan (month) dalam kalender Islam. Awal bulan akan ditentukan berdasarkan kriteria yang digunakan.
Di bagian timur Indonesia, konjungsi terjadi bersamaan dengan terbenamnya Matahari. Bahkan, di sebagian daerah di Papua, saat Matahari terbenam, konjungsi belum terjadi alias masih dalam fase Bulan tua. Alhasil, hilal belum terjadi.
Baca juga : Ramadhan 2024: Awal Berbeda, Akhir Bersama
Di barat Indonesia, saat Matahari terbenam pada Minggu petang, hilal terbentuk dan berada di atas ufuk 3-5 menit. Meski sudah terbentuk, hilal belum tentu bisa dilihat karena posisinya masih amat rendah. Hilal adalah bulan sabit supertipis yang terlihat setelah Matahari terbenam sesudah terjadi konjungsi.
Dalam kriteria wujudul hilal (WH) atau terbentuknya hilal, syarat awal bulan baru cukup terjadinya konjungsi sebelum maghrib dan Matahari terbenam lebih dulu dibandingkan Bulan. Kriteria ini tak mensyaratkan pengamatan hilal.
Dengan kriteria WH ini dan prinsip kesatuan wilayah hukum, maka 1 Ramadhan 1445 akan jatuh pada Senin (11/3/2024).
Namun, bagi yang memakai kriteria imkannur rukyat (IR) atau kemungkinan terlihatnya hilal, awal Ramadhan kemungkinan akan jatuh pada hari berbeda.
Kriteria IR ini mensyaratkan awal bulan hijriah harus ditandai dengan terlihatnya hilal untuk ketiga bulan yang terkait ibadah wajib, yaitu Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah, dan hilal yang berdasarkan perhitungan memungkinkan diamati untuk sembilan bulan yang lain.
Kriteria IR yang digunakan saat ini adalah kriteria baru MABIMS (Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura). Dalam kriteria yang digunakan di empat negara tersebut, hilal akan teramati jika elongasi atau jarak sudut Matahari-Bulan minimal 6,4 derajat dan tinggi hilal minimal 3 derajat.
Jarak elongasi itu akan menentukan tebal tipisnya hilal. Hilal umumnya tampak seperti benang cahaya supertipis sehingga butuh kejelian untuk mengamatinya. Makin kecil elongasi, makin tipis cahaya hilal.
Sementara tinggi rendahnya hilal akan menentukan apakah cahaya hilal bisa mengalahkan cahaya senja sehingga bisa dilihat oleh manusia, baik dengan mata telanjang maupun teleskop.
Dari data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), saat Matahari terbenam pada Minggu petang, elongasi Bulan-Matahari di seluruh wilayah Indonesia berkisar 1,64 derajat di Denpasar, Bali, hingga 2,08 derajat di Jayapura, Papua.
Pada saat yang sama, tinggi hilal baru minus 0,33 derajat (Bulan di bawah ufuk) di Jayapura sampai 0,87 derajat di Tua Pejat, Sumatera Barat. Adapun umur Bulan minus 0,15 jam (konjungsi terjadi sebelum maghrib) di Waris, Papua, sampai 2,84 jam di Banda Aceh, Aceh. Makin besar umur Bulan, kian tinggi pula posisi Bulan.
Dengan posisi hilal tersebut pada Minggu (10/3/2024) petang, maka berdasarkan kriteria baru MABIMS, hilal kemungkinan besar tak akan bisa diamati di seluruh Indonesia.
Kalaupun terdapat kesaksian melihat hilal, kesaksian tersebut kemungkinan besar akan ditolak karena dianggap posisi hilalnya tak memenuhi batas minimal untuk bisa dilihat.
Baca juga : Saling Hormati Perbedaan Awal Ramadhan
Bisa jadi apa yang dikesani pengamat sebagai hilal itu sejatinya adalah planet, bayangan Matahari di awan, obyek langit lain, atau cacat sensor jika hilal itu direkam memakai peranti khusus. Karena itu, proses verifikasi laporan penampakan hilal itu dalam sidang isbat menjadi penting.
Jika hilal tidak bisa diamati, umur bulan Syakban kemungkinan akan digenapkan menjadi 30 hari atau diistikmalkan. Dengan demikian, dengan kriteria IR, awal Ramadhan kemungkinan akan jatuh pada Selasa (12/3/2024).
Tempat lain
Meski di Indonesia hilal kemungkinan besar tidak teramati, hilal berpotensi terlihat di belahan Bumi yang lebih berat. Waktu terjadinya konjungsi itu sama untuk seluruh dunia, tetapi waktu terbenamnya Matahari akan bergantung pada posisi wilayah masing-masing.
Jika mengacu pada waktu lokal Mekkah, Arab Saudi, konjungsi akan berlangsung pukul 12.00 waktu setempat (LT). Waktu di Mekkah lebih mundur 4 jam dibandingkan waktu di Jakarta. Sementara waktu Matahari terbenam di Mekkah pada Minggu petang sesuai data Time and Date akan terjadi pukul 18.28 LT.
Jika hilal tidak bisa diamati, umur bulan Syakban kemungkinan akan digenapkan menjadi 30 hari atau diistikmalkan. Dengan kriteria IR, awal Ramadhan kemungkinan akan jatuh pada Selasa (12/3/2024).
Dengan demikian, umur Bulan saat Matahari terbenam di Mekkah sekitar 6,27 jam. Artinya, posisi hilal di Mekkah akan lebih tinggi dibandingkan di bagian barat Indonesia meski belum tentu juga bisa diamati.
Namun, kalaupun ada kesaksian melihat hilal yang diterima, itu akan sangat bergantung pada batasan kriteria awal bulan hijriah yang digunakan dan kondisi alam di lokasi pengamatan.
Jadi, ada kemungkinan awal Ramadhan yang akan ditetapkan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama dalam sidang isbat Minggu petang berbeda dengan keputusan Pemerintah Arab Saudi.
Perbedaan ini terjadi bukan karena ahli hisab dan rukyat, astronom, atau Pemerintah Indonesia salah atau tidak mampu dalam melihat hilal, melainkan karena posisi hilal dan kondisi geografisnya memang berbeda.
Tak hanya itu, sebagai wilayah kepulauan yang dikelilingi laut, penguapan di Indonesia sangat tinggi. Banyaknya uap air di udara dan tingginya polusi udara di kota-kota besar akan turut memengaruhi keberhasilan melihat hilal. Semakin kotor atmosfer bagian bawah, makin sulit hilal diamati.
Di sisi lain, otoritas keagamaan dengan astronom masih membahas penentuan kriteria awal bulan hijriah di negara-negara Timur Tengah. Banyak kesaksian melihat hilal di wilayah itu diterima otoritas meski sulit diverifikasi dengan kriteria astronomi modern yang dikembangkan astronom Arab.
Jika mengacu pada kriteria Odeh yang disusun astronom Mohammad Odeh (2004) dan menjadi rujukan astronom Islam, hilal baru akan bisa diamati dengan mata atau teleskop jika memiliki elongasi minimal 6,4 derajat.
Dengan kriteria ini, seperti dikutip dari Pusat Astronomi Internasional (IAC) yang berpusat di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, hilal Ramadhan 2024 baru akan teramati Minggu petang waktu setempat di Benua Amerika dan belum bisa diamati di barat Asia Tenggara, Timur Tengah, hingga Eropa.
Perintah agama
Untuk memastikan terlihat atau tidaknya hilal, sejumlah lembaga telah menyiapkan pengamatan hilal. Kementerian Agama akan melakukan pengamatan hilal di 134 lokasi dari Aceh hingga Papua, termasuk di sejumlah perguruan tinggi Islam.
Sementara Nahdlatul Ulama menyiapkan pengamatan hilal di 50-60 lokasi dan BMKG di 29 lokasi. Berbagai lembaga tersebut terkadang juga mengamat di lokasi yang sama.
Sejumlah kampus juga akan melihat hilal, termasuk Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung dan Institut Teknologi Sumatera di Lampung.
Bahkan, beberapa tahun terakhir, Universitas Muhammadiyah juga bergabung mengamati hilal meski pengamatan tersebut tidak terkait langsung dengan proses penentuan awal bulan hijriah di Muhammadiyah.
Meski secara teoretis atau data hisab menunjukkan hilal tidak memungkinkan untuk diamati, proses pengamatan hilal itu tetap berlangsung sebagai pelaksanaan perintah agama. Sebagian umat Islam meyakini bahwa pengamatan hilal itu hukumnya wajib.
Pengamatan hilal selalu dilakukan setiap tanggal 29 karena umur bulan dalam kalender hijriah hanya 29 hari atau 30 hari. Jika pengamatan pada tanggal 29 tidak membuahkan hasil, panjang bulan berjalan digenapkan menjadi 30 hari.
Baca juga : Bagaimana Cara Menentukan Kalender Islam di Indonesia?
Kalaupun dalam pengamatan hilal nantinya hilal bisa diamati dan bisa dibuktikan secara ilmiah melalui proses verifikasi yang panjang, bisa saja kesaksian melihat hilal itu diperoleh. Namun, astronom internasional belum pernah menyaksikan hilal dengan posisi yang sangat rendah.
Jika ada pengamat hilal yang berhasil melihat hilal di Indonesia pada Minggu petang, itu akan memecahkan rekor pengamatan hilal global. Hasil itu sekaligus menjadi koreksi kriteria awal bulan hijriah yang saat ini digunakan.
Jadi, pengamatan hilal merupakan upaya pembuktian atas hasil perhitungan atau hisab yang telah dilakukan. Upaya ini sekaligus menjadi pembuktian kemampuan manusia dalam mengatasi tantangan alam dalam mengamati hilal.