Pendidikan Multibahasa Lebih Membantu Siswa dalam Belajar
Pendidikan multibahasa berbasis bahasa ibu atau daerah terus didorong. Dunia bersatu untuk menjaga bahasa ibu.
Setiap tahun pada 21 Februari, dunia merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional. Tahun ini, dunia mengingat bahasa ibu yang ada di dunia dengan semangat ”Pendidikan multibahasa merupakan pilar pembelajaran antargenerasi”.
Asisten Direktur Jenderal Pendidikan UNESCO Stefania Giannini seperti dikutip dari laman resmi UNESCO, Sabtu (2/3/2024), mengatakan, pendidikan multibahasa sebagai komponen kunci pembelajaran berkualitas. Saat ini, 250 juta anak dan remaja di dunia masih belum bersekolah dan 763 juta orang dewasa belum menguasai keterampilan literasi dasar.
”Pendidikan bahasa ibu mendukung pembelajaran, literasi, dan penguasaan bahasa tambahan,” kata Giannini.
Masyarakat multibahasa dan multikultural eksis. Melalui bahasa, mereka menyebarkan dan melestarikan pengetahuan dan budaya secara berkelanjutan. Namun, secara global, 40 persen penduduk tidak memiliki akses terhadap pendidikan dalam bahasa yang mereka gunakan atau pahami.
Meskipun demikian, kemajuan telah dicapai dalam pendidikan multibahasa dengan semakin meningkatnya pemahaman akan pentingnya pendidikan multibahasa, khususnya pada pendidikan usia dini. Selain itu, sudah mulai ada komitmen terhadap pengembangannya dalam kehidupan masyarakat.
”Studi ilmiahnya jelas, belajar dalam bahasa ibu sangat penting untuk keberhasilan di sekolah. Hal ini meningkatkan harga diri, membangkitkan rasa ingin tahu sejak usia dini, dan memfasilitasi perkembangan kognitif,” kata Giannini.
Oleh karena itu, mendukung pendidikan multibahasa di sekolah juga berarti melestarikan dan mempromosikan pluralitas linguistik, terutama yang berkaitan dengan bahasa-bahasa yang hanya memiliki sedikit penutur yang tersisa. Sebab, bahasa lebih dari sekadar alat komunikasi.
Bahasa adalah kemampuan kognitif manusia yang sangat spesifik dan landasan kemanusiaan bersama. Bahasa memungkinkan terjadinya transmisi pengalaman, tradisi, pengetahuan, dan identitas antargenerasi.
Baca juga: Bahasa Ibu Menjadi Fondasi Literasi Siswa Kelas Awal
Bahasa memainkan peran penting dalam mendorong perdamaian, mendorong dialog antarbudaya, dan mendorong pembangunan berkelanjutan. Bahasa-bahasa meresap ke dalam setiap aspek kehidupan manusia, mulai dari keluarga, pekerjaan, pendidikan, politik, media, keadilan, hingga penelitian dan teknologi. Nilai-nilai, keyakinan, pengetahuan, identitas, dan pandangan dunia juga kita dibentuk secara rumit oleh bahasa, yang mencerminkan kekayaan pengalaman manusia.
Jaga bahasa daerah
Menjaga bahasa daerah di belahan bumi mana pun, termasuk di Indonesia, diyakini penting. Namun, banyak bahasa ibu berada dalam ancaman besar.
Data UNESCO menunjukkan sekitar 600 bahasa telah hilang dalam satu abad terakhir. Jika tren yang ada saat ini terus berlanjut, maka 90 persen bahasa di dunia mungkin akan punah pada akhir abad ini.
”Hari Bahasa Ibu Internasional menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk memperjuangkan keberagaman bahasa dan pendidikan multibahasa yang berakar pada bahasa ibu,” kata Giannini.
Kini, pendidikan berbasis bahasa ibu dan multibahasa sebagai landasan untuk mencapai pembelajaran inklusif yang berkualitas terus dipromosikan. Sebab, diyakini bahwa siswa belajar paling baik dalam bahasa yang mereka pahami.
Penelitian UNESCO mendokumentasikan manfaat pengajaran dalam bahasa ibu siswa. Di negara-negara berpenghasilan menengah ke atas dan tinggi, anak-anak yang berbicara dalam bahasa yang mereka gunakan memiliki kemungkinan 14 persen lebih memahami materi pendidikan di akhir sekolah dasar dibandingkan dengan mereka yang tidak.
Selain itu, mengadopsi pendidikan multibahasa berbasis bahasa ibu akan meningkatkan akses dan inklusi dalam pendidikan, khususnya bagi kelompok masyarakat yang menggunakan bahasa nondominan, minoritas, dan bahasa asli.
Baca juga: Revitalisasi untuk Menyelamatkan Bahasa Daerah dari Kepunahan
Penelitian telah menunjukkan bahwa pendekatan tersebut dapat meningkatkan partisipasi kelas, meningkatkan tingkat retensi, dan mendorong keterlibatan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan. Mereka juga memainkan peran penting dalam memitigasi tantangan yang dihadapi oleh pelajar migran dan pengungsi, serta meningkatkan rasa aman dan ketahanan.
Penggunaan multibahasa di sekolah juga dapat berkontribusi pada perdamaian dan pembangunan berkelanjutan. Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan sangat terkait dengan keberagaman bahasa dan multibahasa.
Potensi pendidikan multibahasa sangat besar, tetapi untuk mewujudkan manfaat penuhnya memerlukan komitmen terhadap pembelajaran seumur hidup dan apresiasi yang lebih dalam terhadap nilai keberagaman bahasa.
”Untuk mendorong berkembangnya pendidikan multibahasa, kita memerlukan dukungan kebijakan, advokasi, dan inovasi yang kuat. Hal ini termasuk mengadopsi kebijakan yang mempromosikan pendidikan bahasa ibu sejak usia dini,” kata Giannini.
Rangkul generasi muda
Indonesia pun mendukung penuh untuk pendidikan multibahasa di sekolah. Kurikulum Merdeka, misalnya, memberi fleksibilitas bagi guru untuk mengembangkan metode mengajar, termasuk menggunakan bahasa daerah, jika sesuai dengan kebutuhan dan kondisi belajar siswa. Selain itu, generasi muda kembali diajak untuk mewarisi bahasa daerah lewat peluncuran Merdeka Belajar Episode 17: Revitalisasi Bahasa Daerah, pada Februari 2022.
”Bahasa daerah bukan hanya sekumpulan kata, melainkan bagian dari identitas kita sebagai kekayaan bangsa dan kebinekaan,” kata Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim.
Dalam acara webinar Silaturahmi Merdeka Belajar: Generasi Muda Bersatu Menjaga Bahasa Ibu, Kamis (29/2/2024), Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek E Aminudin Azis mengatakan, kebijakan revitalisasi bahasa daerah menjadi acuan untuk kembali memperkuat pengajaran bahasa daerah di sekolah-sekolah. Hal tersebut salah satunya dilakukan lewat Festival Tunas Bahasa Ibu yang digelar berjenjang dari tingkat sekolah, daerah, hingga nasional.
”Generasi muda merupakan pemilik masa depan. Lestari atau tidak bahasa daerah bergantung pada sikap generasi muda. Kalau mereka menggunakan bahasa daerah, ya, nanti akan diturunkan ke generasi berikutnya. Karena itu, pembelajaran bahasa daerah kini harus disesuaikan dengan karakter generasi muda, termasuk memanfaatkan media sosial,” kata Aminudin.
Baca juga: Penutur Muda Diperbanyak untuk Mencegah Kemunduran Bahasa Daerah di Papua
Tahun 2023, pelaksanaan revitalisasi bahasa daerah di 25 provinsi yang melibatkan siswa, guru, dan masyarakat diikuti sekitar 5 juta orang. Sebagian besar peserta adalah generasi muda.
Sifa Putri Yandani, siswa SMP Negeri 3 Lembang, Bandung, mengatakan, dirinya terbiasa menggunakan bahasa Sunda di dalam keluarga dan teman-teman. Kefasihannya berbahasa Sunda membawanya menjadi juara I lomba membaca sajak di Festival Tunas Bahasa Ibu Provinsi Jawa Barat 2023.
”Di Indonesia banyak bahasa daerah sebagai kekayaan bangsa. Jadi, generasi muda memang perlu ikut melestarikan budaya bangsa, salah satunya menggunakan bahasa daerah,” kata Sifa.
M Sholichin, Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Jawa Se-Kabupaten Jepara, mengatakan pendidikan bahasa daerah bahasa Jawa di Jepara wajib lewat mata pelajaran bahasa daerah dari jenjang SD hingga SMA. Pembelajaran bahasa Jawa ini juga sebagai cara untuk menanamkan nilai-nilai dan budaya.