BRIN menargetkan penemuan 50 taksa baru pada 2024 untuk mengungkapkan megabiodiversitas di Indonesia.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Badan Riset dan Inovasi Nasional menargetkan penemuan 50 taksa baru pada 2024. Penemuan taksa atau kelompok dari jenis organisme tertentu amat penting untuk mengungkapkan megabiodiversitas sekaligus mempelajari dan mengetahui potensi dari spesies-spesies yang ada di Indonesia.
Kepala Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bayu Adjie dalam acara Media Lounge Discussion yang diselenggarakan di Jakarta, Rabu (28/2/2024), mengatakan, BRIN menargetkan penemuan 50 taksa pada 2024. Penemuan itu meliputi hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme.
”Indonesia ini dikenal sebagai negara dengan megabiodiversitas. Namun, berapa banyak kekayaan tersebut? Berapa banyak pula yang sudah berhasil dikenali? Jawaban yang ada selalu jumlahnya kira-kira. Karena itu, penemuan taksa baru ini diperlukan untuk memastikan kekayaan tersebut,” tuturnya.
Selain untuk mengungkapkan keanekaragaman hayati, temuan taksa baru juga diperlukan untuk mengapresiasi kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia. Temuan tersebut juga membantu memperkuat upaya konservasi dan perlindungan pada biodiversitas yang dimiliki oleh Indonesia.
Dalam jangka panjang, identifikasi dari taksa yang ada juga dapat meningkatkan nilai ekonomi dari taksa tersebut melalui bioprospeksi. Upaya bioprospeksi dapat didefinisikan sebagai kegiatan eksplorasi, ekstraksi, dan penapisan sumber daya alam hayati untuk pemanfaatan secara komersial.
”Jangan sampai sumber daya alam tersebut belum ditemukan, tetapi sudah telanjur hilang atau punah. Apalagi dengan adanya dampak dari perubahan iklim. Hal itu juga akan menjadi batasan kita untuk melakukan pembelajaran selanjutnya serta mengetahui potensi dari biodiversitas tersebut,” kata Bayu.
Indonesia ini dikenal sebagai negara dengan megabiodiversitas. Namun, berapa banyak kekayaan tersebut? Berapa banyak pula yang sudah berhasil dikenali?
Ia mengatakan, Indonesia memiliki luas terestrial dan akuatik yang luas. Karena itu, Indonesia memiliki banyak tipe ekosistem dan pulau yang menarik untuk diteliti. Dibandingkan dengan negara maju, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang jauh lebih besar.
Sekitar 96 persen dari spesies baru yang ditemukan saat ini berasal dari Indonesia. Meskipun kekayaan yang dimiliki sudah dieksplorasi sejak ratusan tahun yang lalu, banyak spesies yang belum terungkap.
Taksa baru
Bayu mengungkapkan, dari 50 taksa baru yang ditargetkan bisa ditemukan pada 2024, sebanyak empat taksa sudah berhasil teridentifikasi hingga Februari 2024 ini. Keempat taksa tersebut meliputi tiga jenis baru ngengat, yakni Cryptophasawarouwi, Glyphodesnurfitriae, dan Glyphodesahsanae, serta ular air jenis baru, yaitu Hypsiscopusindonesiensis.
Menurut dia, dukungan berbagai pihak diperlukan untuk meningkatkan eksplorasi pada keanekaragaman hayati di Indonesia. Dukungan pemerintah melalui pendanaan pun telah diberikan. Untuk penemuan taksa baru pada tahun ini, setidaknya telah disiapkan sekitar Rp 10 miliar. Pada tahun sebelumnya belum ada pendanaan yang spesifik diberikan untuk proyek penemuan taksa baru.
Skema pendanaan lain yang juga diluncurkan untuk proyek tersebut antara lain Rumah Program dan Riset dan Inovasi Indonesia Maju (RIIM) Ekspedisi dan RIIM Invitasi. ”Saat ini, kami sedang mempersiapkan RIIM Invitasi Strategis Ekspedisi Biodiversitas Terestrial yang akan difokuskan di pulau Kalimantan,” kata Bayu.
Ia menyampaikan, Kalimantan merupakan pulau yang besar, tetapi penelitian terkait biodiversitas di wilayah tersebut jarang dilakukan. Hal itu berbeda dengan penelitian yang dilakukan di kawasan Wallacea, seperti Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Pada 2023, sebanyak 49 taksa baru telah berhasil ditemukan oleh peneliti BRIN. Dari jumlah itu sebagian besar ditemukan di kawasan Wallacea. Terdapat 18 taksa yang ditemukan di Sulawesi, 7 taksa di Papua, dan 6 taksa di Kepulauan Maluku. Sementara di Kalimantan hanya ada 2 taksa baru yang ditemukan.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Amir Hamidy menyampaikan, dalam penemuan taksa baru, terdapat beberapa proses yang harus diperhatikan. Kriteria utama yang perlu diperhatikan, antara lain, karakter morfologi, molekuler, fisiologi, dan ekologi dari jenis baru yang akan diidentifikasi.
”Pengamatan yang mendalam terhadap ciri-ciri tersebut akan membantu peneliti dalam mengklasifikasi dan mengidentifikasi spesies baru secara akurat. Barulah setelah itu, hasil temuan harus dipublikasi juga secara ilmiah di jurnal internasional dengan menyertakan deskripsi dan nilai kemanfaatannya bagi masyarakat,” katanya.