Gempa M 5,7 di Selatan Banten Diikuti 46 Kali Gempa Susulan
Sebanyak 46 gempa melanda selatan Banten sejak Minggu (25/2/2024) hingga Senin (26/2/2024) siang.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gempa bumi berkekuatan M 5,7 di Samudra Hindia selatan Banten pada Minggu (25/2/2024) pukul 20.07 telah disusul serangkaian gempa. Hingga Senin (26/2/2024) pukul 10.00 sudah terjadi 46 gempa susulan.
”Setelah gempa M 5,7 tadi malam, sampai siang ini terjadi 46 gempa susulan. Gempa susulan paling kuat M 5,1 pada Minggu pukul 22.04,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono, Senin (26/2/2024) pagi.
Menurut Daryono, gempa-gempa ini dipicu aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia di selatan Banten. ”Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault) yang merupakan cerminan gempa megathrust,” katanya.
Gempa pertama M 5,7 tercatat memiliki episentrum di laut pada jarak 96 km arah barat daya Bayah, Banten, pada kedalaman 43 km. Gempa berdampak dan dirasakan di Surade dengan skala intensitas IV MMI. Dengan skala ini, guncangan bisa menyebabkan gerabah pecah, jendela atau pintu berderik, dan dinding berbunyi. Di daerah Pelabuhan Ratu, Bayah, Malimping, dan Garut gempa berskala intensitas III MMI.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan, merujuk laporan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB, guncangan gempa pada Minggu malam dirasakan lemah di wilayah Jakarta dengan durasi 5 detik.
Gempa cukup kuat dirasakan sekitar 7 detik di Kabupaten Lebak. Masyarakat keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak segera menuju lokasi untuk monitoring terkait dampak yang ditimbulkan.
Kemudian, BPBD Kabupaten Sukabumi melaporkan, gempa dirasakan cukup kuat sekitar 5 detik. Masyarakat menyelamatkan diri keluar rumah dan tim BPBD memantau lokasi terdampak. Sejumlah masyarakat di Kabupaten Serang keluar rumah menyelamatkan diri dan bergerak ke tempat lebih aman pascaguncangan gempa dirasakan selama 5 detik. BPBD setempat pun melakukan pemantauan ke lokasi terdampak.
Zona subduksi di selatan Jawa bagian barat ini termasuk yang terus dipantau karena memiliki memiliki potensi gempa besar yang bisa diikuti tsunami.
”BNPB mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mematuhi informasi yang diberikan petugas dari lembaga yang berwenang di wilayahnya masing-masing,” kata Muhari.
Ancaman subduksi
Daryono mengatakan, zona subduksi di selatan Jawa bagian barat ini termasuk yang terus dipantau karena memiliki memiliki potensi gempa besar yang bisa diikuti tsunami. Zona gempa ini diketahui sangat aktif akibat pertemuan lempeng Indo-Australia dan subduksi di bawah Lempeng Sunda.
Penelitian Pepen Supendi dari BMKG dan tim di jurnal Natural Hazards pada 2022 lalu menyebutkan, zona kegempaan di selatan Jawa bagian barat hingga tenggara Sumatera menyimpan sumber potensial gempa megathrust pada masa depan dengan kekuatan hingga M 8,9. Pemodelan menunjukkan, gempa di zona bisa memicu tsunami maksimum hingga 34 meter, melebihi ketinggian tsunami Aceh 2024.
Sementara ketinggian tsunami rata-rata di sepanjang pantai Sumatera dan pantai Jawa, menurut penelitian Pepen dan tim ini, masing-masing 11,8 meter dan 10,6 meter. Hasil ini menggabungkan efek dari sesar belakang.
Berdasarkan survei lapangan yang dilaporkan Jose C Borrero dalam Seismological Research Letters (2005), ketinggian tsunami yang diamati untuk gempa bumi berkekuatan M 9,1 di Aceh pada 2004 berkisar 20-30 meter. Ini berarti potensi tinggi tsunami maksimum yang disebabkan gempa di selatan Jawa bagian barat bisa lebih tinggi sekalipun kekuatan gempanya sedikit lebih kecil.
Kajian sebelumnya yang ditulis Sri Widiyantoro dan tim di jurnal Nature (2020) menyebutkan, celah seismik yang memanjang di selatan Jawa bagian barat ini bisa pecah secara terpisah atau bersamaan saat terjadi gempa. Jika segmen di selatan Jawa bagian barat saja yang lepas, gempa bumi bisa berkekuatan M 8,9 dengan periode ulang 400 tahun. Penentuan periode ulang 400 tahun ini berdasarkan penghitungan Emile A Okal di Geophysical Journal International (2012) dan kajian Ron Harris di Society of Exploration Geophysicist (2019).