Pendidikan Seni dan Budaya agar Lebih Diprioritaskan
Pendidikan seni dan budaya mulai perlu mendapat prioritas. Banyak potensi pengembangan siswa yang didapat dari sini.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pendidikan budaya dan seni perlu diberi prioritas yang lebih besar. Berdasarkan penelitian Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), pendidikan seni dan budaya membantu siswa mengembangkan kecerdasan emosional, kreativitas, dan pemikiran kritis. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan serta hasil akademik dan nonakademik para siswa.
Oleh karena itu, negara-negara anggota UNESCO dengan suara bulat mengadopsi kerangka kerja global baru untuk pendidikan, kebudayaan, dan seni. Hal ini sebagai salah satu komitmen dari Konferensi Dunia tentang Pendidikan Kebudayaan dan Seni yang diselenggarakan oleh UNESCO dan Uni Emirat Arab di Abu Dhabi pada 13-15 Februari 2024.
Konferensi itu mempertemukan hampir 1.000 pemangku kepentingan kebudayaan dan pendidikan, termasuk 90 menteri, 125 perwakilan negara anggota UNESCO, pembuat kebijakan, para ahli dan lembaga swadaya masyarakat, serta badan-badan PBB, akademisi, dan sektor swasta.
Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay mengatakan, penelitian UNESCO tahun lalu menunjukkan pendidikan seni mendorong keterbukaan terhadap orang lain dan menghormati keberagaman dalam masyarakat secara luas. Karena itu, pendidikan seni dan budaya perlu menjadi prioritas yang lebih besar.
Pendidikan budaya dan seni juga penting dalam pelatihan guru di kelas dan lebih mengenali keterampilan seni dan budaya dalam dunia profesional. ”Kami mengapresiasi para anggota yang mendukung atas perjanjian global baru ini yang akan menjadikan budaya dan seni sebagai prioritas yang lebih besar dalam pendidikan dengan tetap mempertimbangkan penggunaan teknologi digital,” kata Audrey, seperti dikutip dari laman resmi UNESCO, Senin (19/2/2014),
Memperluas pemahaman
Kerangka kerja UNESCO yang baru menekankan perlunya pembelajaran seumur hidup dalam bidang budaya dan seni dalam semua jenis lingkungan pendidikan. Selain itu, kerangka tersebut menempatkan budaya dan seni sebagai inti kebijakan, strategi, kurikulum, dan program pendidikan serta memperluas pemahaman tentang ”kebudayaan” yang mencakup warisan budaya, warisan alam dan kehidupan, ekspresi budaya, serta industri budaya dan kreatif.
Menurut Audrey, pembelajaran melalui keragaman budaya sangat penting untuk mengatasi perpecahan dan memupuk saling pengertian. Hal ini menggarisbawahi perlunya penekanan yang lebih besar pada budaya dan warisan lokal, khususnya masyarakat adat. Hal ini juga menyerukan penguatan hubungan antara lembaga pendidikan dan kebudayaan.
Upaya tersebut akan memberikan hibah kepada mereka yang menerapkan praktik luar biasa dalam pendidikan seni di setiap wilayah. Hal ini dilakukan dengan melibatkan para guru, khususnya mereka yang berada di lebih dari 12.000 sekolah terkait UNESCO. Pendidik yang merancang dan menyampaikan pedagogi yang efektif untuk pendidikan seni akan diberikan hibah mobilitas internasional.
Dukungan UNESCO untuk pendidikan seni dan budaya juga karena bidang ini mampu membuka lapangan kerja baru. Sebanyak 50 juta lapangan kerja diciptakan oleh industri budaya dan kreatif di seluruh dunia.
Partisipasi dalam kegiatan seni juga dikaitkan dengan keterlibatan masyarakat yang lebih tinggi, toleransi sosial, dan perilaku menghormati keberagaman.
”Kini lebih banyak generasi muda yang bekerja di sektor ini dibandingkan aktivitas ekonomi lainnya. Meskipun bukan fokus utamanya, pendidikan budaya dan seni memupuk keterampilan seperti observasi, kolaborasi, dan refleksi yang kondusif bagi kreativitas dan kemampuan beradaptasi, yang semakin dihargai di pasar kerja modern,” ujar Audrey.
Pendidikan seni dan budaya juga membangun keterampilan sosio-emosional yang penting untuk berkembang di dunia masa depan. Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan semacam itu menumbuhkan rasa kasih sayang terhadap orang lain dan empati.
Hal ini memungkinkan pelajar untuk melakukan introspeksi, mengambil perspektif berbeda, dan mengembangkan cara berbeda dalam memahami dunia. Partisipasi dalam kegiatan seni juga dikaitkan dengan keterlibatan masyarakat yang lebih tinggi, toleransi sosial, dan perilaku menghormati keberagaman.
Bukan sekadar hobi
Secara terpisah, Dekan Sekolah Hukum dan Studi Internasional Universitas Prasetiya Mulya Hassan Wirajuda mengatakan, dari kajian Pusat Studi Kebangsaan Universitas Prasetiya Mulya yang berkolaborasi dengan Litbang Kompas, sekitar dua tahun lalu, kepada sekitar 1.500 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, para mahasiswa melihat pentingnya latihan dan apresiasi seni budaya Indonesia. Semangat kebangsaan anak muda masa kini dapat muncul dari seni budaya.
”Dari temuan inilah yang mendorong gairah tinggi untuk membangun seni budaya Indonesia di universitas ini. Program seni budaya seperti angklung, seni suara dan lagu-lagu kebangsaan, serta gamelan sengaja diadakan untuk mahasiswa. Namun, bukan sekadar untuk menyalurkan hobi berkesenian para mahasiswa, melainkan juga menjadi bagian untuk meningkatkan semangat kebangsaan,” kata Hassan.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid mengatakan isu kebudayaan sering kali luput dari perhatian. Padahal, kebudayaan perlu dijadikan landasan pembangunan, termasuk dalam menyongsong visi Indonesia Emas 2045.
Namun, kata Hilmar, kebudayaan tidak terbatas pada subsektor kesenian dan cagar budaya. Kebudayaan juga menjadi paradigma baru yang berkaitan dengan sektor kesehatan dan ketenagakerjaan.
”Jadi bukan semata-mata untuk pelestarian, melainkan menjadi penggerak utama dari pembangunan. Ini belum kejadian. Padahal, potensi untuk itu banyak sekali,” kata Hilmar di Kompas.id (2/2/2024).