Australia Dukung Pembelajaran Bahasa dan Budaya Indonesia
Bahasa dan budaya Indonesia diminati di Australia. Minat masyarakat didukung dan difasilitasi pemerintah kedua negara.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Australia mendukung pembelajaran bahasa dan budaya Indonesia bagi para pelajar dan guru di sekolah-sekolah Australia. Dukungan ini diperkuat tahun 2024 dengan meluncurkan kembali program rintisan Duta Belajar Bahasa Indonesia.
Lewat program Duta Belajar Bahasa Indonesia atau Indonesia Languange Learning Ambassador (ILLA), para penerima beasiswa Australia Awards dari Indonesia yang berkuliah di negeri kanguru tersebut dapat ikut serta mengajarkan bahasa dan budaya Indonesia. Program ini akan dinikmati para siswa dan guru di jenjang sekolah dasar hingga menengah.
Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams PSM mengatakan, program ILLA merupakan cara yang sangat baik untuk mempromosikan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah di Australia, dengan membangun hubungan antara mahasiswa Indonesia dan pelajar Australia.
”Hubungan pribadi seperti inilah yang mendasari hubungan yang kuat antara masyarakat Australia dan Indonesia," ujar Penny, menurut laman resmi Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, Senin (19/2/2024),
Program rintisan awal ILLA akan menempatkan sepuluh pelajar Indonesia penerima beasiswa Australia Awards di enam sekolah. Program ini telah berlangsung pada tahun 2017–2019 dan terhenti akibat pandemi Covid-19.
Program ILLA akan diperluas pada tahun 2024 untuk mempertemukan para penerima beasiswa dengan universitas-universitas di Australia guna mendukung pembelajaran bahasa dan budaya Indonesia. Program ini diumumkan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada Juli 2023.
Melalui program ILLA, siswa-siswi dari sekolah Australia memiliki kesempatan untuk belajar tentang budaya Indonesia dan meningkatkan kemampuan bahasa Indonesia mereka. Sebaliknya, pelajar Indonesia di Australia berkesempatan untuk berinteraksi dengan para pelajar dan guru sekolah Australia, mengembangkan kemampuan kepemimpinan mereka, dan membangun hubungan dengan masyarakat setempat.
Direkomendasikan
Secara terpisah, dalam acara diskusi Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra bersama guru-guru yang tergabung dalam Western Australia Indonesia Language Teacher Association (WILTA) pada tahun lalu, Pemerintah Australia gencar mempromosikan peningkatan literasi Asia bagi siswa di sekolah-sekolah Australia. Para siswa Australia diperkenalkan dengan bahasa dan budaya dari negara-negara Asia. Hal ini seiring dengan rekomendasi pemerintah federal Australia yang merekomendasikan empat bahasa utama Asia untuk dipelajari di sekolah, yaitu bahasa China, Jepang, Korea, dan Indonesia.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Mukhamad Najib menyampaikan, peluang promosi kebudayaan Indonesia harus dimanfaatkan untuk membangkitkan kembali kejayaan bahasa Indonesia di Australia. Selama ini ada kesenjangan antara penawaran dan permintaan dalam bahasa Indonesia. Untuk menjayakan kembali bahasa Indonesia di Australia, hal itu dapat dimulai dengan menyelesaikan persoalan kesenjangan penawaran dan permintaan.
Sepanjang guru-guru dari luar negeri, termasuk dari Indonesia, memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan di Australia, peluang mereka sangat terbuka untuk mengajar di sekolah-sekolah Australia.
”Untuk menciptakan permintaan, kita lakukan promosi intensif kepada siswa, kepala sekolah, dan orangtua. Kita kenalkan mereka dengan Indonesia agar mereka tertarik dan mau belajar bahasa Indonesia. Sementara untuk menjawab persoalan kurangnya penawaran, kami akan mengundang guru dari Indonesia untuk mengisi kekosongan guru bahasa di sekolah-sekolah Australia,” ujarnya.
Najib terus melakukan komunikasi dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan pimpinan perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki program studi Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) agar dapat mengirimkan guru bantu ke Australia. ”Nantinya guru bantu bisa disebar ke sekolah-sekolah di Australia yang membutuhkan,” ujarnya.
Menurut Najib, peluang untuk mengirimkan guru bantu sangat terbuka. Terlihat dari beberapa universitas di Indonesia yang menyetujui untuk mengirimkan mahasiswa yang sedang praktik mengajar untuk menjadi guru bantu di Australia.
”Badan Bahasa juga siap mendukung pengiriman guru ataupun peningkatan kapasitas guru di Australia,” ujar Najib.
Presiden WILTA Danielle Horne mengapresiasi dukungan Pemerintah Indonesia untuk menguatkan pelajaran Bahasa Indonesia di Australia, khususnya di Australia Barat.
”Promosi perlu dilakukan bersama untuk meningkatkan daya tarik siswa. Pemberian penghargaan kepada siswa yang telah mempelajari bahasa Indonesia juga dianggap penting untuk memberikan motivasi dan insentif bagi mereka yang mau belajar bahasa Indonesia,” ujar Horne.
Butuh guru
Chief Executive Officer Australia Institute for Teaching and School Leadership (AITSL) di Victoria, Australia, Mark Grant mengatakan, banyak sekolah di Australia membutuhkan guru, termasuk guru bahasa Indonesia. Namun, sekolah kesulitan memperoleh guru, khususnya guru bahasa Indonesia.
”Sepanjang guru-guru dari luar negeri, termasuk dari Indonesia memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan di Australia, peluang mereka sangat terbuka untuk mengajar di sekolah-sekolah Australia. Terlebih lagi jika mereka bersedia mengajar di sekolah yang berlokasi di daerah terpencil,” ujar Grant.
Adapun persyaratan umum bagi guru bahasa Indonesia dari luar negeri untuk bisa memperoleh izin mengajar di Australia, antara lain, memiliki latar belakang pendidikan yang relevan, dalam hal ini sarjana pendidikan dan atau lebih baik lagi jika memiliki master pendidikan. Nantinya, menurut Mark, ijazah dan bukti kompetensi sebagai guru akan dievaluasi dan memperoleh pengakuan dari lembaga yang memiliki otoritas di setiap negara bagian.
Grant menambahkan, untuk mengajar bahasa asing seperti bahasa Indonesia di sekolah Australia, tentunya penutur asli dari Indonesia tidak ada masalah dengan kompetensi kebahasaannya. Namun, ada aturan lain yang harus dipenuhi untuk bisa mengajar di sekolah, seperti kemampuan bahasa Inggris yang memadai untuk bisa mengajar anak-anak, yang dibuktikan dengan nilai International English Language Testing System (IELTS).
Selain itu, seseorang yang akan mengajar di sekolah Australia juga harus memiliki surat Working with Children atau Working with Vulnerable People yang dikeluarkan Pemerintah Australia.