Jarak Umur Terlalu Dekat Rentan Picu ”Sibling Rivalry” pada Anak
Perselisihan antarsaudara kandung lebih rentan terjadi pada anak dengan jarak lahir berdekatan kurang dari empat tahun.
Perselisihan atau pertengkaran antara kakak dan adik sebenarnya wajar terjadi. Apalagi jika itu terjadi pada masa anak-anak. Perselisihan tersebut biasanya akan semakin rentan apabila jarak usia antara kakak dan adik terlalu dekat.
Perselisihan itu umumnya terjadi karena rasa iri dan cemburu terhadap kelahiran adik. Rasa bingung serta adanya perubahan rutinitas atas kelahiran adik dapat berdampak pada hubungan dan perilaku kakak terhadap adiknya. Pembinaan emosi pun diperlukan agar perselisihan yang terjadi bisa dikelola dengan baik.
Perselisihan antarsaudara kandung (sibling rivalry) akan semakin mungkin terjadi jika jarak usia antara kakak dan adik terlalu dekat. Kakak dan adik yang terpaut usia kurang dari empat tahun semakin memungkinkan terjadinya konflik antarsaudara. Hal ini bahkan bisa berlanjut hingga dewasa. Sebaliknya, kesenjangan usia yang semakin jauh akan mengurangi konflik yang terjadi.
”Penelitian menemukan bahwa saudara kandung yang usianya terpaut empat tahun atau lebih menunjukkan kasih sayang yang lebih besar dan kekaguman yang lebih besar terhadap satu dengan yang lain,” ujar psikolog yang juga pendiri Parenting Translator, Cara Goodwin, dalam tulisannya di The Psychology Today, 23 Juli 2021.
Perselisihan yang mungkin terjadi antarsaudara tersebut erat terkait dengan fase tumbuh kembang anak. Secara psikologis, pada tiga tahun pertama kehidupan, anak akan membentuk keterikatan kasih sayang (attachment) dengan orangtua. Keterikatan ini lebih kompleks daripada sekadar bonding. Berbeda dengan bonding, hubungan attachment akan berlangsung dua arah antara anak dan orangtua, sementara bonding biasanya hanya satu arah dari orangtua ke anak. Apabila keterikatan tersebut terbentuk dengan baik, seorang anak akan memiliki perkembangan psikologis yang lebih baik di usia berikutnya.
Itu sebabnya, apabila sebelum usia tiga tahun seorang anak sudah memiliki adik, pembentukan keterikatan tersebut bisa terganggu. Pada usia empat tahun, anak pun cenderung sudah bisa lebih mandiri untuk bermain bersama teman seusianya. Meski begitu, disarankan jarak usia kakak dan adik tidak terlalu jauh.
Psikolog anak dan keluarga di Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Anna Surti Ariani, di Jakarta, Kamis (15/2/2024), mengatakan, jarak usia kakak dan adik sebaiknya lebih dari empat tahun, tetapi tidak lebih dari tujuh tahun. Sebab, ketika jarak usia lebih dari tujuh tahun, koneksi kakak dengan adik biasanya tidak terlalu kuat.
”Para ahli mengatakan, kalau jarak usia anak lebih dari tujuh tahun, seakan-akan orangtua memiliki dua anak tunggal. Itu karena perkembangan yang terjadi sudah jauh berbeda di antara keduanya,” katanya.
Penelitian menemukan bahwa saudara kandung yang usianya terpaut empat tahun atau lebih menunjukkan kasih sayang lebih besar dan kekaguman lebih besar satu dengan yang lain.
Oleh sebab itu, orangtua sangat penting untuk bisa merencanakan kelahiran anak. Kelahiran yang direncanakan dengan jarak usia yang tepat akan lebih memungkinkan kebutuhan anak terpenuhi secara optimal untuk tumbuh kembangnya. Hal ini juga untuk meminimalisasi terjadinya perselisihan antarsaudara.
Kondisi sibling rivalry bisa lebih buruk apabila kondisi keluarga juga tidak baik. Sebagai contoh, kedua orangtua terlalu sibuk atau ada pertengkaran antara ibu dan ayah. Perhatian pada anak bisa semakin berkurang dengan adanya kondisi tersebut.
Perselisihan tersebut juga lebih sering ditemukan pada saudara dengan jenis kelamin yang sama. Hal itu disebabkan anak dengan jenis kelamin yang sama relatif memiliki kesamaan minat dan kesetaraan dalam level energi.
Baca juga: Bagaimana Keluarga Jawa Membesarkan Anaknya?
Anna mengatakan, bentuk pertengkaran antara kakak dan adik biasanya akan berbeda pada laki-laki dan perempuan. Biasanya, pertengkaran pada anak laki-laki lebih ke pertengkaran fisik, seperti memukul, menonjok, atau menendang.
Sementara pada sesama saudara perempuan, pertengkaran cenderung verbal, seperti adu mulut. Sekalipun bertengkar secara fisik biasanya lebih dilakukan dengan tarik menarik rambut atau mencubit.
Hal itu berbeda jika kakak dan adik memiliki jenis kelamin yang berbeda. Apabila kakak berjenis kelamin laki-laki memiliki adik perempuan, sekalipun adik suka mengganggu kakaknya biasanya kakak tidak akan memukul adiknya. Sementara jika kakak perempuan memiliki adik laki-laki, ketika adik menantang kakak maka kakak perempuan akan cenderung mengabaikan adiknya.
Pengelolaan
Adanya perselisihan pada saudara bisa diminimalisasi dengan pengelolaan emosi yang baik. Jika jarak usia yang berdekatan antara kakak dan adik tidak bisa dihindari, orangtua dan orang dewasa yang merawat anak sebaiknya memiliki sikap bijaksana dalam mendampingi tumbuh kembang setiap anak.
Menurut Anna, hal yang perlu dihindari adalah jangan menjadikan kehamilan sang adik sebagai alasan tidak memberikan perhatian kepada sang kakak. Ketika kakak ingin mengajak bermain, tetapi ibu sedang lemas atau mual karena hamil, misalnya, sebaiknya ibu tidak menjadikan kondisi kehamilannya sebagai alasan. Lebih baik sampaikan bahwa ibu sedang kurang sehat dan sakit.
Hal lain yang juga perlu dihindari adalah membandingkan kakak dan adik. Apalagi memberikan sebutan tertentu pada kakak dan adik yang bisa memperparah penyebab perselisihan, seperti panggilan si gendut atau si pendek. Orangtua lebih baik membandingkan anak dengan dirinya sendiri, seperti membandingkan ketika tadi pagi sang anak bisa menghabiskan makanannya dengan situasi siang ini saat anak sulit makan.
Selain itu, pastikan pula setiap anak memiliki kesempatan yang sama dalam menentukan keputusan dalam keluarga, misalnya menentukan menu makan malam saat keluar rumah. Orangtua bisa menetapkan secara pasti jadwal hari untuk setiap anak. Dengan tindakan tersebut, setiap anak akan mendapatkan pengakuan dan penghargaan yang sama.
Baca juga: Pengasuhan Anak yang Efektif
Anna menyampaikan, perselisihan antarsaudara kandung sebenarnya merupakan hal yang wajar. Namun, kondisi itu perlu dikelola dengan baik agar bisa diminimalisasi. Perselisihan pada kondisi tertentu bisa memberikan manfaat bagi perkembangan setiap anak.
”Sibling rivalry sebenarnya bisa memberikan manfaat agar anak bisa mengembangkan identitas dirinya. Setiap anak juga bisa belajar untuk mempertahankan haknya. Pada kondisi itu, orangtua bisa hadir secara bijak untuk membela yang benar, bukan yang lemah atau yang kecil. Jadi, anak pun bisa belajar mengenai yang benar dan salah dan berkompetisi dengan sehat,” tuturnya.
Pertumbuhan
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang pediatri sosial RS Cipto Mangunkusumo, Rini Sekartini, menuturkan, jika mempertimbangkan pemenuhan pertumbuhan anak, jarak kelahiran yang disarankan setidaknya tiga tahun. Pada usia tiga tahun tersebut, seorang anak diharapkan sudah memiliki kondisi tumbuh kembang normal sesuai dengan usianya, termasuk kondisi berat dan tinggi badannya.
Pada usia tiga tahun, anak juga biasanya sudah memiliki perkembangan motorik kasar dan halus yang baik. Anak juga sudah mampu berbicara dan berbahasa sesuai usianya serta sudah belajar melatih kemampuan untuk buang air besar dan buang air kecil secara mandiri.
”Anak yang sudah berkembang secara kognitif dapat mengerti makna dari berbagi dengan anak lain atau saudaranya. Pada usia ini pula anak biasanya sudah bersekolah di tingkat PAUD (pendidikan anak usia dini) atau playgroup sehingga bisa bersosialisasi dengan teman sebayanya,” ujarnya.
Jarak usia tiga tahun tersebut juga disarankan dengan mempertimbangkan kondisi ibu. Setelah tiga tahun melahirkan, kondisi fisik dan psikis ibu relatif sudah lebih baik dan siap untuk memiliki anak kembali.
Sebaliknya, jika jarak usia antar-anak terlalu dekat, kondisi ibu yang terlalu lelah membuat kebutuhan anak, baik sang kakak maupun adik, tidak terpenuhi secara optimal. Bahkan, dampak lain bisa membuat pertumbuhan anak terganggu akibat kekurangan gizi.
Baca juga: Pengasuhan yang Tepat Memaksimalkan Potensi Anak
”Sangat disarankan jika memiliki anak dengan jarak usia terlalu dekat, misalnya kurang dari dua tahun, perlu dibantu dengan orang lain. Tetapkan pula me time untuk masing-masing anak dan juga waktu bersama,” kata Rini.
Pada Jumat (16/2/2024) pukul 20.10, ada penambahan keterangan pada artikel ini.