Wahana Pendarat Bulan Swasta Odysseus Sukses Diluncurkan
Wahana pendarat Bulan buatan swasta Odysseus berhasil diluncurkan. NASA akan memakai Odysseus guna menopang Artemis.
Wahana pendarat Bulan swasta Odysseus berhasil diluncurkan. Jika tidak ada halangan, Odysseus akan mendarat di kutub selatan Bulan seminggu ke depan. Pendaratan itu akan menjadi langkah balik Amerika Serikat mendarat di Bulan sejak 1972 sekaligus wahana swasta pertama yang bisa mendarat di permukaan Bulan.
Odysseus diluncurkan menggunakan roket peluncur Falcon 9 milik SpaceX dari Bandar Antariksa Kennedy di Florida, Amerika Serikat, Kamis (15/2/2024) pukul 01.05 waktu setempat atau 13.05 WIB. Sekitar 7,5 menit setelah peluncuran, roket tingkat pertama mendarat kembali di Bumi dan Odysseus diarahkan ke orbit transfer Bulan pada 41 menit kemudian.
Wahana seberat 675 kilogram dan seukuran bilik telepon umum di London, Inggris, ini diperkirakan akan mendarat di Bulan pada 22 Februari 2024. Odysseus direncanakan mendarat di Malapert A, kawah kecil berjarak sekitar 300 kilometer dari kutub selatan Bulan. Keberhasilan ini akan membuka jalan bagi pendaratan manusia berikutnya di Bulan dalam misi Artemis di akhir dekade 2020-an.
Odysseus dibuat oleh perusahaan rintisan Intuitive Machines (IM) sehingga wahana ini disebut juga sebagai IM-1. Wahana ini dipesan oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA) melalui program Layanan Muatan Bulan Komersial (CPLS) untuk2 menyediakan robot pendarat swasta, pembawa instrumen sains, ke Bulan.
”Ini adalah momen yang sangat tidak disangka bagi kami di IM,” kata wakil presiden sistem luar angkasa IM Trent Martin seperti dikutip Space, Kamis (15/2/2024).
Melalui CPLS, NASA bisa mengirim wahana ke Bulan dengan biaya lebih hemat. Untuk pengembangan Odysseus dan pendaratannya di Bulan, IM mendapat dana dari NASA sebesar 118 juta dollar AS atau Rp 1,85 triliun. NASA masih harus mengeluarkan 11 juta dollar AS atau Rp 172 miliar untuk mengembangkan sejumlah instrumen sains yang dibawa Odyssues.
Selain IM, perusahaan lain yang berhasil meraih kontrak dari NASA adalah Astrobotic yang membuat wahana pendarat bernama Peregrine. Peregrine sudah diluncurkan pada 8 Januari 2024 menggunakan roket peluncur Vulcan Centaur milik United Launch Alliance dan berjalan dengan lancar.
Namun, setelah Peregrine dilepaskan dari roket bagian atas, wahana tersebut mengalami kebocoran bahan bakar. Akibatnya, Peregrine tidak bisa meneruskan perjalanan ke Bulan. Wahan ini akhirnya jatuh terkendali, masuk kembali ke lingkungan Bumi dan akhirnya hancur terbakar di atmosfer atas pada 18 Januari 2024.
Baca juga: Jepang Jadi Negara Kelima yang Sukses Mendarat di Bulan
Perhatian penuh
Peluncuran IM-1 pada Kamis kemarin merupakan peluncuran wahana tersebut untuk ketiga kalinya. Peluncuran pertama, seperti dikutip dari BBC, berlangsung pada Januari 2024 lalu yang kemudian ditunda akibat cuaca buruk.
Percobaan peluncuran Odysseus kedua dilakukan pada Rabu (14/2/2024) atau sehari sebelumnya. Namun, peluncuran itu ditunda akibat adanya masalah teknis selama pengisian bahan bakar. Kegagalan yang dialami Peregrine, sebagai wahana yang diluncurkan pertama dalam program CPLS, tentu tidak ingin diulang kembali.
NASA menyebut penundaan peluncuran Odysseus itu terjadi karena terdeteksinya suhu metana cair yang tidak tepat. Metana cair ini digunakan sebagai propelan atau bahan pendorong untuk bahan bakar sistem propulsi dan pendaratan wahana. Metana ini diisikan sesaat sebelum wahana diluncurkan dan selama proses inilah masalah itu terjadi.
Jendela waktu peluncuran Odysseus kali ini terentang antara 14 dan 16 Februari 2022 dengan satu waktu pendaratan di Bulan, yaitu 22 Februari 2024. Jika wahana ini tetap gagal diluncurkan pada rentang waktu tersebut, peluncuran IM-1 bisa ditunda hingga Maret 2024.
NASA akan banyak menggunakan wahana tersebut guna mendukung misi Artemis di masa datang yang bercita-cita mendaratkan kembali manusia ke Bulan dan membangun pangkalan berawak sebagian bagian dari kolonisasi manusia di Bulan.
”Kami selalu memandang pengiriman awal CLPS ini sebagai pengalaman pertama. Ini menjadi media pembelajaran sekaligus mengetahui bagaimana seharusnya bereaksi selama proses peluncuran wahana berlangsung,” tambah salah satu wakil administrator di Direktorat Misi Sains NASA, Joel Kearns.
Tak hanya itu, untuk menunjang keberhasilan misi, NASA juga mempelajari faktor-faktor apa yang dilakukan negara-negara lain hingga berhasil mendaratkan wahananya di Bulan. Bagaimanapun, mendaratkan wahana di permukaan Bulan masih menjadi tantangan besar banyak lembaga antariksa.
Sejauh ini, hanya AS, Uni Soviet, China, India, dan Jepang yang telah berhasil mendarat di Bulan. Namun, upaya Rusia sebagai penerus kejayaan misi antariksa Uni Soviet untuk mendaratkan kembali wahananya di Bulan tahun 2023 lalu berakhir gagal.
Misi ilmiah
Karena itu, NASA memberikan perhatian penuh kepada upaya pendaratan Odysseus sebagai misi kedua CPLS. Hal itu karena NASA akan banyak menggunakan wahana tersebut guna mendukung misi Artemis di masa datang yang bercita-cita mendaratkan kembali manusia ke Bulan dan membangun pangkalan berawak sebagian bagian dari kolonisasi manusia di Bulan.
”Pendaratan Odysseus ini akan menjadi kesempatan pertama bagi AS untuk mendaratkan kembali wahananya di Bulan sejak 1972,” tambah Martin. Terakhir kali AS mendarat di Bulan dalam misi Apollo 17 yang merupakan misi pendaratan manusia terakhir di Bulan. Karena itu, upaya ini akan membuka kesempatan lebih besar bagi AS untuk mengeksplorasi Bulan.
Odysseus meluncur dengan membawa enam peranti eksperimen ilmiah milik NASA. Piranti ilmiah itu, antara lain, Radio Observations of the Lunar Surface Photoelectron Sheath (Rolses) yang akan mengarakterisasi plasma elektron dan radio lingkungan di dekat lokasi pendaratan IM-1. Ada juga Lase Retro-Reflector Array (LRA) sebagai penunjuk jalan yang akan membantu pendaratan wahana secara tepat di Bulan.
Selain itu, ada pula Navigation Doppler Lidar for Precise Velocity and Range Sensing (NDL) yang akan mengumpulkan data superpresisi selama penurunan dan pendaratan wahana. Terus, ada Stereo Cameras for Lunar Plume-Surface Studies (Scalpss) untuk mempelajari interaksi antara asap mesin pendorong Odysses berinteraksi dengan tanah dan bebatuan Bulan guna perancangan mesin pendarat wahana di Bulan di masa depan.
Ada pula Lunar Node 1 Navigation Demonstrator (LN-1) yang merupakan suar navigasi radio kecil untuk membantu wahana penjelajah dan pendarat Bulan dan diharapkan menjadi semacam penunjuk posisi di Bulan di masa depan. Terakhir, ada Radio Frequency Mass Gauge Statement (RFMG), yaitu alat pengukur sisa bahan bakar di tangki Odysseus.
Selain piranti ilmiah NASA, Odysseus juga membawa enam muatan komersial dari berbagai pelanggan. Muatan komersial itu, antara lain, dari perusahaan baju olahraga Columbia Sportswear yang akan menguji bahan isolasi ”Omni-Heat Infinity” di dalam Odysseus.
Juga ada satu set patung karya Jeff Koons dan penyimpanan yang aman untuk melindungi semua pengetahuan manusia di Bulan jika sesuatu yang buruk terjadi di Bumi. Selain itu, ada EagleCam, yaitu kamera buatan mahasiswa Universitas Aeronautika Embry Riddle, Florida, AS, yang akan digunakan untuk mengambil foto permukaan Bulan selama pendaratan Odysseus.
Meski keberhasilan Odysseus mendarat di Bulan masih jauh, harapan besar digantungkan pada wahana ini. Jika sukses, dia akan menjadi wahana pendarat swasta pertama di Bulan, mematahkan dominasi lembaga negara dalam pendaratan misi di Bulan seperti yang dilakukan selama ini.
Baca juga: India Mencoba Mendarat Kembali di Bulan
Lebih jauh, keberhasilan ini akan membuat penjelajahan manusia ke luar angkasa sekaligus penaklukan Bulan memasuki babak baru. Nyatanya, swasta pun bisa mengambil peran dalam eksplorasi luar angkasa.