Olahraga Membantu Meredakan Depresi
Olahraga seperti berjalan kaki, joging, yoga, dan latihan kekuatan fisik efektif meredakan depresi.
JAKARTA, KOMPAS — Depresi merupakan gangguan mental yang bisa dialami oleh anak-anak, remaja, dewasa, orangtua, hingga lanjut usia. Penelitian terbaru menyebutkan, berolahraga, seperti berjalan kaki, joging, yoga, dan latihan kekuatan fisik, membantu meredakan depresi.
Dalam mengatasi depresi, olahraga juga dapat dilakukan bersamaan dengan perawatan yang sudah ada seperti psikoterapi dan mengonsumsi obat. Laporan hasil penelitian ini telah dipublikasikan di The British Medical Journal, Kamis (15/2/2024).
”Olahraga adalah cara yang efektif untuk meredakan depresi. Berjalan kaki atau joging, yoga, dan latihan kekuatan fisik lebih efektif dibandingkan olahraga lainnya, terutama jika dilakukan secara intens,” tulis laporan penelitian tersebut.
Cara ini sama efektifnya bagi orang dengan atau tanpa penyakit penyerta. Bentuk-bentuk olahraga tersebut juga bisa dipertimbangkan untuk dikombinasikan dengan berbagai metode pengobatan depresi.
Baca juga: Musik Membantu Menghilangkan Stres dan Memperbaiki ”Mood”
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia mengalami depresi. Olahraga sering sekali direkomendasikan untuk membantu meredakan depresi. Beberapa jenis olahraga dinilai mampu mengatasi depresi dengan baik.
Para peneliti menjaring basis data untuk mencari uji coba acak yang membandingkan olahraga sebagai pengobatan depresi dengan pengobatan yang sudah ada, seperti antidepresan dan terapi perilaku kognitif. Mereka menemukan 218 uji coba relevan yang melibatkan 14.170 penderita depresi untuk dianalisis.
Cara ini sama efektifnya bagi orang dengan atau tanpa penyakit penyerta. Bentuk-bentuk olahraga tersebut juga bisa dipertimbangkan untuk dikombinasikan dengan berbagai metode pengobatan depresi.
Hasilnya, penurunan depresi ditemukan pada partisipan yang rutin berjalan kaki atau joging, yoga, latihan kekuatan fisik, latihan aerobik campuran, dan latihan taici. Manfaatnya juga dirasakan ketika jenis olahraga itu dikombinasikan dengan psikoterapi.
Meskipun aktivitas fisik ringan, seperti jalan kaki dan yoga, masih memberikan efek berarti secara klinis, manfaatnya lebih besar untuk olahraga yang lebih berat seperti lari dan latihan interval. Efeknya juga serupa untuk latihan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok.
Penelitian ini menyarankan kombinasi olahraga dengan interaksi sosial dan beraktivitas di ruang hijau agar mendapatkan dampak positif lebih besar. ”Temuan kami mendukung dimasukkannya olahraga sebagai bagian dari pedoman praktik klinis untuk depresi, khususnya olahraga dengan intensitas kuat. Sistem kesehatan mungkin ingin memberikan perawatan ini sebagai alternatif atau tambahan terhadap intervensi lain yang sudah ada sekaligus mengurangi risiko terhadap kesehatan fisik yang terkait dengan depresi,” tulis para peneliti.
Baca juga: Olahraga Lebih Efektif untuk Mengelola Kesehatan Mental
Tingginya masalah kesehatan mental di kalangan remaja juga terjadi di Indonesia. Menurut Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey 2022, sebanyak 15,5 juta remaja (34,9 persen) mengalami masalah mental dan 2,45 juta remaja (5,5 persen) mengalami gangguan mental. Dari jumlah itu, baru 2,6 persen yang mengakses layanan konseling, baik emosi maupun perilaku.
Olahraga sering kali direkomendasikan bersamaan dengan psikoterapi dan obat-obatan, tetapi pedoman pengobatan dan tinjauan bukti sebelumnya tidak sepakat mengenai cara terbaik untuk meresepkan olahraga untuk mengatasi depresi.
Untuk mengatasi ketidakpastian ini, para peneliti menganalisis database untuk mencari uji coba acak yang membandingkan olahraga sebagai pengobatan depresi dengan pengobatan yang sudah ada, misalnya antidepresan dan terapi perilaku kognitif, serta kontrol aktif seperti perawatan biasa, tablet plasebo, atau kontrol yang tidak diobati.
Aktivitas yang efektif
Dibandingkan dengan kontrol aktif, penurunan depresi yang signifikan ditemukan pada aktivitas menari dan pengurangan sedang pada jalan kaki atau joging, yoga, latihan kekuatan, latihan aerobik campuran, serta taici atau qigong.
Efek moderat dan bermakna secara klinis juga ditemukan ketika olahraga dikombinasikan dengan pemberian terapi obat-obatan atau olahraga aerobik dikombinasikan dengan psikoterapi, menunjukkan bahwa olahraga dapat memberikan manfaat tambahan di samping pengobatan yang sudah ada.
Meskipun jalan kaki atau joging efektif untuk pria dan wanita, latihan kekuatan lebih efektif untuk wanita dan yoga atau qigong lebih efektif untuk pria. Yoga juga lebih efektif pada orang dewasa yang lebih tua, sedangkan latihan kekuatan lebih efektif pada orang yang lebih muda.
Meskipun aktivitas fisik ringan, seperti jalan kaki dan yoga, masih memberikan efek yang berarti secara klinis, manfaatnya lebih besar untuk olahraga berat, seperti lari dan latihan interval. Olahraga tampaknya sama efektifnya bagi orang-orang dengan atau tanpa kondisi kesehatan lain dan dengan tingkat depresi awal yang berbeda. Efeknya juga serupa untuk latihan individu dan kelompok.
Para penulis mengakui bahwa kualitas buktinya rendah dan sangat sedikit uji coba yang memantau partisipan selama satu tahun atau lebih. Banyak pasien mungkin juga memiliki hambatan fisik, psikologis, atau sosial dalam berpartisipasi. Namun, mereka menyarankan kombinasi interaksi sosial, perhatian penuh, dan berada di ruang hijau dapat membantu menjelaskan dampak positifnya.
”Temuan kami mendukung dimasukkannya olahraga sebagai bagian dari pedoman praktik klinis untuk depresi, khususnya olahraga dengan intensitas kuat,” kata Noetel dan tim. ”Sistem kesehatan mungkin ingin memberikan perawatan ini sebagai alternatif atau tambahan terhadap intervensi lain yang sudah ada sekaligus mengurangi risiko terhadap kesehatan fisik yang terkait dengan depresi.”
Rekomendasi dokter
Peneliti dari Universitas Malaga, Spanyol, Juan Ángel Bellón, mengatakan, berolahraga secara teratur menjadi tantangan bagi penderita depresi untuk mengatasi gangguan mental tersebut. Sebab, sering sekali hal ini sulit dilakukan karena berbagai kendala, mulai dari kurangnya motivasi diri sendiri hingga keterbatasan fasilitas.
”Dokter di layanan primer kini dapat merekomendasikan olahraga, psikoterapi, atau antidepresan sebagai alternatif mandiri untuk orang dewasa dengan depresi ringan atau sedang,” jelasnya.
Dia menunjukkan bahwa berolahraga secara teratur dapat menjadi tantangan bagi penderita depresi dan mengatakan penelitian yang menggunakan data dunia nyata diperlukan untuk mengevaluasi program aktivitas fisik bagi penderita depresi.
Ia mencatat bahwa Uni Eropa baru-baru ini berkomitmen untuk mempromosikan olahraga di seluruh negara anggota dan mendesak layanan kesehatan serta pemerintah lokal dan nasional untuk menyediakan sumber daya yang cukup untuk membuat program olahraga individual dan diawasi dapat diakses oleh seluruh masyarakat.