Mengunjungi Alam Lebih Bermanfaat bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Mengunjungi alam dapat mengurangi stres, meningkatkan fungsi kognitif, tidur yang lebih baik, dan kepuasan hidup.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan mental dan fisik adalah melalui kontak alam. Penelitian terbaru oleh University of Vienna, Austria, menyebutkan, menghabiskan waktu secara teratur di alam lebih bermanfaat bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Laporan hasil studi ini telah dipublikasikan di jurnal Health & Place, Januari 2024. Penelitian itu menemukan bahwa berkunjung ke alam secara konsisten lebih bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah dibandingkan dengan masyarakat berpenghasilan tinggi.
Akan tetapi, pola ini hanya ditemukan ketika masyarakat aktif mengunjungi alam terbuka, bukan hanya tinggal di kawasan perumahan yang hijau. Oleh sebab itu, rekreasi alam sangat dianjurkan, termasuk memastikan kawasan tersebut dapat diakses dan digunakan oleh masyarakat miskin.
Penulis utama studi tersebut, Leonie Fian dari University of Vienna, menyebutkan, masyarakat berpenghasilan rendah mempunyai risiko tinggi menderita masalah kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan. Waktu yang dihabiskan di alam dikaitkan dengan penurunan tingkat stres, peningkatan fungsi kognitif, tidur yang lebih baik, dan kepuasan hidup yang lebih besar.
Penelitian itu dilakukan dengan menyurvei 2.300 orang di Austria. Mereka terdiri atas berbagai kelompok umur yang tersebar di sejumlah wilayah, baik di perkotaan maupun perdesaan.
Riset ini melaporkan masyarakat miskin yang berkunjung ke alam beberapa kali dalam seminggu memiliki tingkat kesejahteraan yang hampir sama tingginya dengan kelompok responden terkaya.
Masyarakat berpenghasilan rendah mempunyai risiko tinggi menderita masalah kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan.
”Hasilnya menunjukkan bahwa manfaat kesejahteraan dari mengunjungi alam setidaknya sekali seminggu sepanjang tahun serupa dengan peningkatan pendapatan 1.000 euro per tahun,” ujarnya dilansir dari Sciencedaily.com, Senin (12/2/2024).
Akan tetapi, asosiasi tersebut tidak ditemukan pada aktivitas di lingkungan tempat tinggal yang dilakukan penghijauan. Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan yang dilakukan lebih penting ketimbang menata kawasan perumahan.
Dalam riset ini, para peneliti mengeksplorasi hubungan antara penghijauan permukiman dan kunjungan alam. Selain itu, mereka juga melihat hubungan afektif dan evaluatif dalam kesejahteraan subyektif.
”Informasi tentang tempat rekreasi alam yang menarik di sekitar dan aksesibilitasnya dengan transportasi umum memainkan peran penting. Oleh karena itu, mereka juga harus mudah diakses dengan transportasi umum pada akhir pekan,” ujar peneliti dari University of Natural Resources and Life Sciences Vienna, Arne Arnberger.
Sekadar menjadikan lingkungan sekitar lebih hijau belum tentu membantu mengurangi kesenjangan dalam kesejahteraan subyektif. Jadi, diperlukan upaya lebih besar untuk mendukung semua orang dapat dengan mudah mengakses lingkungan alami.