Mengusung Kampus Berkelanjutan untuk Jaga Bumi
Perguruan tinggi mempunyai kewajiban berpartisipasi mengatasi masalah global dengan menjadi kampus berkelanjutan.
Para pemenang sepuluh besar peringkat kampus berkelanjutan dalam acara Pengumuman UI GreenMetric Rankings 2022, Senin (12/12/2022), di Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.
Dunia berubah amat cepat. Kerusakan dan kemajuan di banyak sendi kehidupan dirasakan umat manusia secara bersamaan. Perubahan iklim mengancam ekosistem bumi dan kehidupan warga. Dalam situasi dunia yang kian kritis, perguruan tinggi dunia kini diajak untuk menjadi kampus berkelanjutan.
Seiring makin intensifnya krisis iklim, kebutuhan akan transformasi skala besar makin mendesak. Perguruan tinggi pun menaruh komitmen untuk berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 (Sustainable Development Goals/SDGs) untuk mempercepat perubahan ini.
Pemeringkatan universitas berkelas dunia (world class university) memasukkan pengukuran berkelanjutan sebagai salah satu peringkat bergengsi. Bahkan, Universitas Indonesia meluncurkan UI Greenmetric pada tahun 2010 sebagai pemeringkatan perguruan tinggi pertama dunia dalam pengelolaan lingkungan hidup kampus.
Baca juga: Universitas Indonesia Mengembangkan Pemeringkatan Kota Berkelanjutan
Dalam perkembangannya, pemeringkatan perguruan tinggi global oleh Times Higher Education(THE) juga mengukur keberlanjutan. Pemeringkatan THE Impact Rankings sejak 2019, mengevaluasi kontribusi universitas-universitas di dunia dengan mengacu pada 17 SDGs.
Hal ini diikuti pula dengan pemeringkatan Quacquarelli Symonds (QS) Sustainability Rankings sejak tahun 2023 yang berfokus pada kinerja keberlanjutan sosial dan lingkungan di institusi pendidikan tinggi.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nizam, di Jakarta, Sabtu (10/2/2024), menyatakan, pencapaian perguruan tinggi Indonesia dalam SDGs pada pemeringkatan dunia diapresiasi.
Dalam THE Impact Ranking, UI bisa masuk peringkat 20 dunia. ”Penting bagi perguruan tinggi untuk memberikan perubahan yang dapat dirasakan masyarakat dan diapresiasi dunia,” kata Nizam.
Masalah global
Memasuki 74 tahun UI, tema Dies Natalis yang dipilih yakni ”Sinambung Membangun Indonesia Lestari”. Tema ini untuk merepresentasikan UI sebagai institusi pendidikan yang menaruh perhatian besar pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan sesuai poin-poin penting SDGs.
”Topik Dies Natalis Ke-74 ini untuk menyampaikan pesan bahwa pembangunan merupakan bagian dari biosfer,” kata Rektor UI Ari Kuncoro dalam Sidang Terbuka Peringatan Dies Natalis Ke-74 UI di Depok, Jawa Barat, Jumat (2/2/2024).
"Karena itu, mari kita pelihara bumi, mendedikasikan ilmu untuk berlayar membawa bendera UI mengarungi samudra ilmu pengetahuan yang tanpa batas, yang sekarang kita punya kewajiban berpartisipasi. Sebab, hal ini sudah menjadi masalah global,” ujarnya.
Pada tahun 2023, UI mengukuhkan 93 guru besar untuk mendukung komitmen UI, terutama mencapai SDGs. Hampir semua hasil riset para guru besar berusaha menjawab tantangan global dan bertujuan membangun dunia berkelanjutan dari segi lingkungan, ekonomi, dan kesejahteraan pada tahun-tahun mendatang.
Ari menegaskan, UI bertekad melahirkan pemikir bangsa yang tidak hanya dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi juga turut berkontribusi dalam menangani persoalan global dan pembangunan berkelanjutan.
”Negara lain turut menikmati perubahan rantai penelitian internasional dalam transisi ekonomi hijau. Untuk bisa ikut serta dalam perubahan ini, Indonesia harus mempersiapkan diri. Model pengelolaan perguruan tinggi menjadi kolaborasi, menjalin silaturahmi akademik,” ungkapnya.
Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI Jatna Supriatna dalam orasi ilmiah Dies Natalis ke-74 UI memaparkan, universitas wajib mengkaji secara ilmiah penggunaan lahan, pemanfaatan keragaman hayati, dampak perubahan iklim, serta kebijakan pengelolaan hutan dan laut.
Karena itu, ilmuwan di universitas bertugas memberdayakan dan menyatukan berbagai aktor pembangunan, serta menghubungkan sistem pengetahuan warga di tingkat tapak dengan ilmu pengetahuan multi-inter-trans disiplin di perguruan tinggi.
Kajian keberlanjutan tidak hanya dari bidang sains, teknologi, engineering atau rekayasa, dan matematika (STEM). Kajian keberlanjutan juga dilakukan di bidang sosial humaniora.
Negara lain turut menikmati perubahan rantai penelitian internasional dalam transisi ekonomi hijau. Untuk bisa ikut serta dalam perubahan ini, Indonesia harus mempersiapkan diri.
Guru Besar Ilmu Akuntansi UI Ratna Wardhani, misalnya, meneliti terkait evaluasi kinerja keberlanjutan melalui pengembangan Sustainability Performance Measurement Framework (SPMF) dalam mendukung pencapaian SDGs.
Risetnya menyoroti banyak perusahaan di Indonesia kesulitan menetapkan strategi keberlanjutan yang tepat sasaran. Untuk itu, para akuntan didorong agar lebih memahami konsep SDGs dan mendukung pencapaian keberlanjutan secara komprehensif, mulai dari pengukuran, evaluasi, serta tata kelola kinerja.
Baca juga: Generasi Milenial dan Z Lebih Pilih Investasi Berkelanjutan
Di sisi lain, Pemilihan Umum 2024 dijadikan ruang bagi para mahasiswa UI untuk mengkritisi isu pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, serta masyarakat adat dan desa dari tiga calon presiden.
Melalui program Youth Talk seri ke-2 yang diprakarsai Departemen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI, di kampus dihadirkan tiga juru bicara muda capres 2024.
Dekan FISIP UI Semiarto Aji Purwanto mengatakan, mahasiswa adalah generasi yang akan langsung menyaksikan dan merasakan konsekuensi dari kerusakan lingkungan, pemanasan global, dan penggunaan lahan yang tidak bertanggung jawab.
”Pilihan yang dibuat pemimpin kita hari ini akan berdampak pada hidup kita dan generasi akan datang, Sebagai warga negara Indonesia, menjadi kewajiban moral kita untuk menyuarakan keprihatinan dan menuntut kebijakan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan,” ujarnya.
Dengan memanfaatkan unit kegiatan mahasiswa (UKM), mahasiswa UI mengajak publik peduli isu keberlanjutan. Melalui UKM Klub Mode, mahasiswa menggelar UI Fashion Week (UIFW) ke-12 guna membangun kesadaran anak muda pada industri mode yang inklusif dan berkelanjutan dari segi lingkungan, sosial, dan ekonomi.
”Kami berkomitmen menyebarkan pemahaman tentang isu penting yang kerap terabaikan yakni kewajiban moral industri fashion. Kami percaya keberlanjutan bukan pilihan, tetapi wajib dipenuhi tiap individu,” ujar Ajeng Regita Putri, Vice Project Officer of Show UIFW 2024 yang juga mahasiswa Program Studi Kriminologi.
Internalisasi Tridarma
Menjadi kampus berkelanjutan juga jadi fokus IPB University. Pada akhir tahun 2023, Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) IPB University bersama Badan Pengembangan Kampus Berkelanjutan (BPKB) IPB University mengadakan diskusi mengenai perumusan program pencapaian Sustainability University.
Menurut Kepala PPLH IPB University Yudi Setiawan, PPLH IPB University sebagai lembaga pendidikan dan riset lingkungan hidup tertua di Indonesia mengembangkan sistem pengawasan mutu lingkungan seperti udara, air, dan tutupan lahan. Spesifikasi alat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.
”Kami dapat membuat sistem monitoring yang dibangun dan ditempatkan sesuai dengan peruntukan pemantauan lingkungan di internal IPB. Tentu hal ini untuk mendukung pencapaian Sustainability University,” kata Yudi.
Baca juga: Punya Ribuan Kampus, Hanya Ada 43 Pusat Kajian Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia
Sementara itu, Universitas Hasanuddin (Uhnas), melalui SDGs Center Unhas yang dibangun sejak tahun 2019, menginternalisasi target-target SDGs ke dalam Tridarma Perguruan Tinggi, yaitu penelitian, pengajaran dan pengabdian masyarakat.
Rektor Unhas Jamaluddin Jompa memaparkan, universitas harus berperan penting dengan memasukkan isu SDGs ke dalam berbagai penelitian pada pembangunan sosial, ekonomi, lingkungan, hukum, dan tata kelola.