Universitas Indonesia Mengembangkan Pemeringkatan Kota Berkelanjutan
Pembangunan kota ramah lingkungan dan memperhatikan mutu hidup manusia mendukung keberlanjutan. Universitas Indonesia mengembangkan pemeringkatan agar daerah berkomitmen mengutamakan pembangunan berkelanjutan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
DEPOK, KOMPAS — Setelah mengembangkan pemeringkatan kampus berkelanjutan di dunia, Universitas Indonesia memperluas dampak kepada masyarakat dengan mengembangkan pemeringkatan kota atau kabupaten berkelanjutan. Pemeringkatan UI GreenCityMetric ini dikembangkan untuk mendorong para pemimpin daerah melaksanakan pembangunan berkelanjutan demi mewujudkan keseimbangan hidup umat manusia.
Kepala Universitas Indonesia (UI) Green Metric Riri Fitrisari dalam acara pengumuman dan pemberian anugerah UI GreenCityMetric 2023 di Depok, Jawa Barat, Selasa (1/8/2023), mengatakan, UI sudah 14 tahun mengembangkan indikator pemeringkatan kampus berkelanjutan atau kampus hijau di dunia.
Hingga saat ini sudah lebih dari 1.000 perguruan tinggi di dalam dan luar negeri yang mengikuti enam indikator sederhana untuk menunjukkan komitmen berkelanjutan. Bahkan, pengumuman UI Green Metric 2023 untuk pertama kalinya akan dilakukan di luar negeri.
Indikator dari kota atau kabupaten berkelanjutan yang dinilai adalah penataan ruang dan infrastruktur, energi dan perubahan iklim, tata kelola sampah dan limbah, tata kelola air, akses dan mobilitas, serta tata pamong/governance. Pengukuran kota berkelanjutan ini dilakukan dengan kajian akademik.
Perkembangan bidang keberlanjutan, lanjut Riri, tidak hanya penting bagi institusi pendidikan, seperti universitas, tetapi juga bagi area lebih luas, seperti kota dan kabupaten. Karena itu, UI GreenMetric sebagai pemeringkatan universitas di bidang keberlanjutan berinovasi serta penyesuaian indikator agar penilaian terkait keberlanjutan dapat dilakukan bagi kabupaten atau kota di Indonesia melalui UI GreenCityMetric.
”Inovasi dari UI ini untuk memastikan tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs tercapai. Dari testimoni, keikusertaan dalam pemeringkatan memperkuat kerja sama dan kepemimpinan yang baik sehingga data terkumpul dan dilakukan berbagai program untuk mendukung pembangunan berkelanjutan,” ungkap Riri.
Riri berharap UI GreenCityMetric dapat menjadi platform untuk melihat isu-isu keberlanjutan yang ada di kota atau kabupaten di Indonesia. Isu-isu keberlanjutan ini diharapkan dapat mulai diperhatikan oleh pemerintah daerah dan pusat.
Bertambah
Pada tahun 2023, pemeringkatan UI GreenCityMetrcic diikuti 58 kota/kabupaten dari 22 provinsi. Di tahun 2022 baru 34 kota/kabupaten. Ke depannya, pemeringkatan juga melibatkan kota-kota di dunia.
Inovasi dari UI ini untuk memastikan tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs tercapai. Dari testimoni, keikusertaan dalam pemeringkatan memperkuat kerja sama dan kepemimpinan yang baik.
Dari 58 kota/kabupaten, ditetapkan sepuluh kota paling berkelanjutan di Indonesia, berturut-turut dari peringkat teratas, yakni Kota Kediri (Jawa Timur), Kota Surabaya (Jawa Timur), Kota Madiun (Jawa Timur), Kota Blitar (Jawa Timur), Kota Pariaman (Sumatera Barat), Kota Semarang (Jawa Tengah), Kota Banjarbaru (Kalimantan Selatan), Kota Pasuruan (Jawa Timur), Kota Padang (Sumatera Barat), dan Kota Mojokerto (Jawa Timur).
Adapun tiga kabupaten paling berkelanjutan di Indonesia secara berurutan adalah Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah), Kabupaten Badung (Bali), dan Kabupaten Sragen (Jawa Tengah).
Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri Safrizal mengatakan, indikator UI GreenCityMetrcic dapat memperkuat dan bersama-sama dengan implementasi peraturan pemerintah tentang perkotaan. Pemeringkatan ini dapat menjadi salah satu referensi dalam mengelaborasi kota-kota di Indonesia terkait isu-isu lingkungan, pembangunan berkelanjutan, inovasi, dan kolaborasi.
Kepala Sekretariat Nasional SDGs, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Kementerian PPN/Bappenas Vivi Yulaswati mengatakan, dari 222 indikator untuk mengukur pencapaian SDGs, sekitar 63 persen sesuai. Sisanya stagnan atau mengalami penurunan karena data tidak tersedia.
Dalam kemajuan pencapaian target SDGs pun Indonesia terus membaik. Pada tahun 2019 di peringkat ke-102 dari 162 negara, untuk tahun 2023 di peringkat ke-75 dari 166 negara.
Vivi menilai upaya yang dilakukan UI ini akan menambah kekayaan Indonesia dalam hal data SDGs, khususnya pada aspek-aspek output. Level indikator dari SDGs ada yang di tataran outcome dan output.
”Saya berharap melalui UI GreenCityMetric 2023, seluruh kota/kabupaten di Indonesia nantinya terinspirasi dan termotivasi untuk membangun wilayahnya lebih hijau, bisa menjaga keseimbangan antara daya dukung sumber daya alam dan daya tampung lingkungan hidupnya, serta terus meningkatkan kualitas hidup dari masyarakatnya,” ujar Vivi.
Menurut Vivi, dunia bukan hanya bersiap mengukur pencapaian SDGs tahun 2030, melainkan juga bersiap menyusun agenda pasca-2030 untuk keseimbangan daya dukung alam dan lingkungan serta kualitas hidup masyarakat.
Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Laksmi Dhewanthi mengatakan, Indonesia dan dunia menghadapi krisis perubahan iklim, terancamnya keragaman hayati, dan pencemaran lingkungan. ”UI GreenCityMetric hadir tepat waktu untuk mengupayakan pembangunan berkelanjutan di kabupaten atau kota,” kata Laksmi.
Sementara Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UI Nurtami mengapresiasi kabupaten atau kota di Indonesia yang telah berperan aktif mewujudkan daerahnya sebagai wilayah yang lestari dan berkelanjutan sesuai kriteria dan indikator UI GreenCityMetric. Perguruan tinggi berperan strategis mendukung kabupaten atau kota mencapai keberlanjutan.
Selain itu, perguruan tinggi dapat berkolaborasi dengan pemerintah daerah merancang dan mengimplementasikan program pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang isu-isu SDGs.
”Perguruan tinggi dapat berperan untuk mengembangkan kapasitas sumber daya manusia di kabupaten atau kota dengan menyediakan pelatihan dan pendidikan yang relevan menghadapi perubahan sosial dan ekonomi berkelanjutan. Keterkaitan perguruan tinggi dan kabupaten atau kota dalam bidang keberlanjutan dapat berfungsi sebagai sinergi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal,” ungkap Nurtami.