Tembakau dan Polusi Udara Faktor Utama Kenaikan Kasus Kanker
Menjelang Hari Kanker Sedunia, IARC baru saja merilis laporan berisi tren perkembangan kanker.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah kasus kanker terus meningkat, mencapai 20 juta kasus baru dan 9,7 juta kematian. Tren peningkatan kanker ini terutama dipicu oleh konsumsi tembakau dan polusi udara, menjadikan kanker paru-paru sebagai kanker dengan kasus dan kematian paling tinggi. Faktor lain yang memicu kenaikan kasus kanker secara global adalah konsumsi alkohol dan obesitas.
Tren perkembangan beban kanker global ini dilaporkan Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) di bawah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (1/2/2024), menjelang Hari Kanker Sedunia yang akan diperingati pada 4 Februari 2024.
Menurut laporan ini, pada tahun 2022, ada 20 juta kasus kanker baru dan 9,7 juta kematian. Sekitar 1 dari 5 orang menderita kanker dalam hidupnya, sekitar 1 dari 9 pria dan 1 dari 12 wanita meninggal karena penyakit ini.
Tiga jenis kanker utama pada 2022 adalah kanker paru-paru, payudara, dan kolorektal. Perkiraan baru di Global Cancer Observatory IARC menunjukkan, ada 10 jenis kanker yang secara kolektif menyumbang sekitar dua pertiga kasus baru dan kematian secara global pada 2022. Data mencakup 185 negara dan 36 jenis kanker.
Laporan ini juga menunjukkan adanya kesenjangan dalam penanganan kanker di dunia. ”Survei global terbaru WHO menyoroti kesenjangan besar dan kurangnya perlindungan finansial terhadap penyakit kanker dunia, dengan populasi, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah, tidak mampu mengakses dasar-dasar peduli kanker,” kata Bente Mikkelsen, Direktur Departemen Penyakit Tidak Menular WHO.
Isabelle Soerjomataram, Wakil Kepala Cabang Surveilans Kanker IARC, menyampaikan, perempuan di negara dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) rendah memiliki kemungkinan 50 persen lebih kecil untuk terdiagnosis kanker payudara dibandingkan perempuan di negara dengan IPM tinggi. ”Namun, mereka memiliki risiko kematian yang jauh lebih tinggi akibat penyakit ini karena diagnosis yang terlambat dan tidak memadainya akses terhadap pengobatan berkualitas,” kata Soerjomataram.
Menurut Kepala Union for International Cancer Control Cary Adams, perbedaan signifikan hasil pengobatan kanker tidak hanya terjadi antara wilayah dengan tingkat pendapatan tinggi dan rendah, tetapi juga di dalam negara. Fenomena tersebut masih terjadimeskipun kemajuan telah dicapai dalam deteksi dini kanker serta pengobatan dan perawatan pasien kanker.
Mereka yang punya sumber daya paling sedikit untuk mengelola beban kanker akan menanggung beban terbesar dari beban kanker global.
”Ada alat yang memungkinkan pemerintah memprioritaskan perawatan kanker, dan memastikan setiap orang mempunyai akses terhadap layanan yang terjangkau dan berkualitas. Ini bukan hanya masalah sumber daya, tetapi masalah kemauan politik,” kata Adams.
Kanker paru
Dalam laporan ini, kanker paru-paru disebut paling umum terjadi di seluruh dunia dengan 2,5 juta kasus baru, merupakan 12,4 persen dari total kasus kanker baru. Kanker payudara wanita menduduki peringkat kedua, yaitu 2,3 juta kasus atau 11,6 persen dari total kasus kanker. Sementara kanker kolorektal mencapai 1,9 juta kasus atau 9,6 persen total kasus, kanker prostat 1,5 juta kasus atau 7,3 persen total kasus, dan kanker lambung 970.000 kasus atau 4,9 persen dari total kasus.
Kanker paru-paru juga menjadi penyebab utama kematian akibat kanker, yaitu 1,8 juta kematian atau 18,7 persen dari total kematian akibat kanker. Hal ini diikuti kanker kolorektal (900.000 kematian, 9,3 persen), kanker hati (760.000 kematian, 7,8 persen), kanker payudara (670.000 kematian, 6,9 persen) dan kanker lambung (660.000 kematian, 6,8 persen).
Terdapat beberapa perbedaan berdasarkan jenis kelamin dalam hal kejadian dan kematian dari total global untuk kedua jenis kelamin. Untuk wanita, kanker yang paling sering didiagnosis dan penyebab utama kematian akibat kanker adalah kanker payudara, sedangkan untuk pria kanker paru-paru. Kanker payudara juga menjadi kanker paling umum pada wanita di dunia.
Bagi pria, kanker prostat dan kolorektal merupakan kanker kedua dan ketiga yang paling sering terjadi. Kanker hati dan kolorektal adalah penyebab kematian akibat kanker kedua dan ketiga yang paling umum. Untuk wanita, kanker paru-paru dan kolorektal menempati urutan kedua dan ketiga dalam hal jumlah kasus baru dan kematian.
Proyeksi 2050
Menurut IARC-WHO, diperkirakan terdapat lebih dari 35 juta kasus kanker baru pada 2050 atau mengalami peningkatan 77 persen dibandingkan 2022. Beban kanker global yang meningkat pesat juga mencerminkan penuaan dan pertumbuhan populasi serta perubahan paparan masyarakat terhadap faktor risiko, beberapa di antaranya terkait dengan perkembangan sosial ekonomi.
Tembakau, alkohol, dan obesitas merupakan faktor kunci di balik meningkatnya kejadian kanker. Selain itu, polusi udara juga masih menjadi pendorong utama faktor risiko lingkungan. Dalam hal beban absolut, negara-negara dengan IPM tinggi diperkirakan akan mengalami peningkatan absolut terbesar dalam hal kejadian, dengan tambahan 4,8 juta kasus baru diperkirakan pada tahun 2050 dibandingkan perkiraan pada 2022.
”Dampak peningkatan ini tidak akan dirasakan secara merata di negara-negara dengan tingkat IPM yang berbeda-beda. Mereka yang punya sumber daya yang paling sedikit untuk mengelola beban kanker akan menanggung beban terbesar dari beban kanker global,” kata Freddie Bray, Kepala Cabang Pengawasan Kanker IARC.