Kasus Kanker Baru di Kalangan Dewasa Muda Meningkat Drastis
Angka kasus kanker baru pada usia di bawah 50 tahun di dunia meningkat 79 persen selama tiga dekade terakhir. Pola makan tinggi daging merah dan garam, konsumsi alkohol, dan tembakau menjadi faktor risiko utama.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meskipun kanker cenderung lebih umum terjadi pada orang lanjut usia, bukti menunjukkan kasus kanker pada kelompok usia di bawah 50 tahun meningkat drastis. Analisis terbaru menemukan, kasus kanker baru pada usia di bawah 50 tahun di dunia meningkat 79 persen tiga dekade terakhir.
Temuan penelitian ini diterbitkan dalam jurnal akses terbuka BMJ Oncology, yang dirilis pada Selasa (5/9/2023). Jianhui Zhao dari Department of Big Data in Health Science, School of Public Health and The Second Affiliated Hospital, Zhejiang University School of Medicine, China, menjadi penulis pertama kajian tersebut.
Para peneliti mengambil data dari Studi Beban Penyakit Global 2019 (Global Burden of Disease 2019 Study) untuk 29 jenis kanker di 204 negara dan wilayah.
Mereka mengamati kejadian (kasus baru), kematian, konsekuensi kesehatan (tahun hidup yang disesuaikan dengan disabilitas atau DALYs), dan faktor risiko yang berkontribusi pada semua orang berusia 14 hingga 49 tahun untuk memperkirakan persentase perubahan tahunan antara tahun 1990 dan 2019.
Pada 2019, diagnosis kanker baru di kalangan usia di bawah 50 tahun berjumlah 1,82 juta orang, meningkat 79 persen dibandingkan angka tahun 1990. Kanker payudara menyumbang jumlah terbesar kasus dan kematian terkait, masing-masing 13,7 dan 3,5 per 100.000 orang pada populasi global.
Namun, kasus baru kanker tenggorokan dan kanker prostat yang menyerang sejak dini meningkat paling cepat antara tahun 1990 dan 2019, dengan perkiraan perubahan persentase tahunan masing-masing sebesar 2,28 persen dan 2,23 persen. Di sisi lain, kanker hati dini turun sekitar 2,88 persen setiap tahunnya.
Lebih sejuta korban
Penelitian juga menemukan, sebanyak 1,06 juta orang berusia di bawah 50 tahun meninggal karena kanker pada tahun 2019, meningkat 28 persen dibandingkan angka pada tahun 1990.
Setelah kanker payudara, kanker yang menyebabkan angka kematian tertinggi diikuti dengan buruknya kesehatan adalah kanker tenggorokan, paru-paru, lambung, dan usus, dengan peningkatan kematian paling tajam di antara penderita kanker ginjal atau ovarium.
Jika dilihat dari wilayahnya, tingkat kanker dini tertinggi pada tahun 2019 terjadi di Amerika Utara, Australia, dan Eropa Barat. Namun, negara-negara berpendapatan rendah hingga menengah juga terkena dampaknya, dengan tingkat kematian tertinggi pada kelompok usia di bawah 50 tahun berada di Oseania, Eropa Timur, dan Asia Tengah.
Di negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah, kanker yang menyerang sejak dini mempunyai dampak yang jauh lebih besar terhadap perempuan dibandingkan laki-laki, baik dalam hal kematian dan kesehatan buruk yang diakibatkannya.
Berdasarkan tren yang diamati selama tiga dekade terakhir, para peneliti memperkirakan jumlah global kasus kanker dini dan kematian terkait akan meningkat masing-masing sebesar 31 persen dan 21 persen pada 2030, dengan jumlah terbanyak yang berisiko pada usia 40-an.
Faktor pola hidup
Para peneliti menemukan, faktor genetik kemungkinan besar mempunyai peran dalam pengembangan kanker.
Namun, pola makan tinggi daging merah dan garam, rendah buah dan susu; konsumsi alkohol; dan penggunaan tembakau jadi faktor risiko utama kanker paling umum terjadi pada kelompok usia di bawah 50 tahun. Faktor risiko lain yakni kurang aktivitas fisik, kelebihan berat badan, dan gula darah tinggi.
Para peneliti mengakui keterbatasan temuan mereka. Variabel mutu data registrasi kanker di berbagai negara mungkin menyebabkan rendahnya pelaporan dan diagnosis. Selain itu belum jelas sejauh mana penapisan dan paparan faktor lingkungan pada usia dini memengaruhi tren yang diamati.
Namun, seperti disampaikan Zhao, ”Temuan ini menantang persepsi tentang jenis kanker yang didiagnosis pada kelompok usia yang lebih muda.”
Mereka menekankan, pemahaman penuh pemicu tren yang diamati sulit dipahami. Namun, faktor gaya hidup kemungkinan besar berkontribusi dan bidang riset baru seperti penggunaan antibiotik, mikrobioma usus, polusi udara luar ruangan, dan paparan awal kehidupan dieksplorasi.
Para peneliti menyimpulkan, ”Langkah pencegahan dan deteksi dini diperlukan, bersamaan dengan identifikasi strategi pengobatan optimal kanker sejak dini, mencakup pendekatan holistik untuk mengatasi kebutuhan perawatan suportif yang unik pada pasien lebih muda.”
Kanker gastrointestinal
Riset terpisah yang diterbitkan di JAMA Network Open pada Agustus 2023 juga menunjukkan, angka kejadian kanker pada usia lebih dini meningkat dari tahun 2010 hingga 2019. Kanker gastrointestinal memiliki angka kejadian yang tumbuh paling cepat.
Kajian yang dipimpin Benjamin Koh, dari National University of Singapore, dan rekannya ini mengarakterisasi pola kejadian kanker dini (di bawah 50 tahun) di Amerika Serikat dari tahun 2010 hingga 2019.
Langkah pencegahan dan deteksi dini diperlukan, bersamaan dengan identifikasi strategi pengobatan optimal kanker sejak dini.
Karakterisasi pola kejadian kanker dini itu dalam studi kohor berbasis populasi termasuk data dari 17 National Cancer Institute Pendaftaran Pengawasan, Epidemiologi, dan Hasil Akhir. Data dimasukkan untuk 562.145 pasien dengan kanker dini; tingkat kejadian berdasarkan usia diekstraksi per 100.000 orang.
Di antara semua kelompok kanker yang menyerang dini, kanker gastrointestinal memiliki tingkat kejadian tumbuh paling cepat dari tahun 2010 hingga 2019. Usus buntu, saluran empedu intrahepatik, dan pankreas memiliki tingkat kejadian tumbuh paling cepat di antara kanker gastrointestinal.
”Meski kanker payudara memiliki jumlah kasus tertinggi, kanker gastrointestinal memiliki tingkat pertumbuhan tercepat di antara semua kanker yang menyerang dini,” tulis para penulis. Data ini kemungkinan berimplikasi pada pengembangan strategi pengawasan dan prioritas pendanaan.