Kerja Sama Inklusif Atasi Persoalan Tengkes di Indonesia
Upaya penurunan tingkat tengkes (”stunting”) perlu dilakukan secara inklusif, termasuk dengan dunia usaha.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri untuk menyelesaikan masalah tengkes di Indonesia. Upaya penanggulangan tengkes membutuhkan kerja sama yang inklusif dari berbagai pihak, termasuk dengan dunia usaha. Dengan kerja sama dan sinergi yang kuat, diharapkan target penurunan tengkes bisa tercapai.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, upaya untuk mengatasi persoalan kesehatan di masyarakat tidak bisa dilakukan secara eksklusif. Peran berbagai pihak amat dibutuhkan. Hal itu termasuk pada upaya penanggulangan tengkes.
”Kenapa stunting (tengkes)? Karena (tengkes) ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga perkembangan intelektual dan kognitifnya. Ketika dewasa, kemampuan intelektual mereka tidak akan maksimal sehingga akan sulit menjadi sumber daya manusia yang produktif,” katanya dalam acara penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian Kesehatan dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, di Jakarta, Jumat (2/2/2024).
Adapun kerja sama yang disepakati antara Kementerian Kesehatan dan Kadin Indonesia yakni terkait peningkatan kesehatan masyarakat dan transformasi sistem kesehatan serta sinergisitas dan implementasi program percepatan penurunan tengkes (stunting). Hal tersebut dilakukan dalam beberapa ruang lingkup, antara lain advokasi program dalam percepatan penurunan tengkes, termasuk komunikasi, informasi, dan edukasi terkait program penurunan tengkes serta peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia untuk percepatan tengkes.
Selain itu, ruang lingkup lainnya meliputi pemberdayaan masyarakat terkait tengkes dan penggalangan gerakan anak sehat lewat program Bersama Entaskan Stunting (Beres). Kerja sama ini dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan pentaheliks yang melibatkan kolaborasi lima unsur, yaitu pemerintah, bisnis, akademisi, komunitas, dan media.
Dalam hal ini, KG Media juga turut berperan pada inisiasi program Beres. KG Media berperan memonitor jalannya implementasi program melalui publikasi kegiatan sehingga publik dapat melihat sekaligus membuka peluang mitra baru dalam penanggulangan tengkes.
Budi menyampaikan, keterlibatan banyak pihak dalam penanggulangan tengkes sangat penting karena masalah tengkes cukup kompleks. Tengkes tidak hanya terkait dengan kesehatan, tetapi juga terkait air bersih, pendidikan, kondisi ekonomi keluarga, serta dampak dari pernikahan dini.
Kenapa stunting (tengkes)? Karena (tengkes) ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga perkembangan intelektual dan kognitifnya. Ketika dewasa, kemampuan intelektual mereka tidak akan maksimal sehingga akan sulit menjadi sumber daya manusia yang produktif.
”Kita harap jika Kadin ataupun Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia) turut bergerak dalam penanggulangan stunting, dampaknya bisa semakin luas. Selain itu, semakin banyak masyarakat yang juga bisa bergerak untuk hidup lebih sehat,” katanya.
Pelaksana Tugas Harian Ketua Umum Kadin Indonesia Yukki Nugrahawan Hanafi menyampaikan, Kadin akan berupaya terus mengajak berbagai pihak untuk bergabung sebagai mitra dalam program penanggulangan tengkes. Upaya penanggulangan tengkes diharapkan pula bisa mendukung Indonesia sebagai negara maju sehingga bisa terlepas dari jebakan negara berpendapatan menengah menjadi negara maju.
”Kita tidak hanya bekerja sama dengan perusahaan, tetapi juga asosiasi. Setidaknya ada 208 asosiasi yang tergabung. Harapannya lewat kerja sama ini kita bisa sama-sama mencapai target pemerintah tentang stunting. Selain industri, kita juga akan sampaikan pemahaman ini sampai ke UMKM,” tuturnya.
Kesehatan pekerja
Dalam kesempatan yang sama, Budi juga mengajak agar pengusaha dan industri untuk turut mendukung kesehatan bagi para pekerjanya. Unit kesehatan kerja perlu dibangun di setiap perusahaan atau industri.
”Unit kesehatan kerja ini bisa bekerja sama dengan puskesmas setempat untuk melakukan pemeriksaan rutin. Setidaknya empat pemeriksaan yang dilakukan, yaitu tekanan darah, gula darah, lemak darah, dan lingkar perut. Upaya ini dilakukan untuk memastikan masyarakat bisa tetap sehat sehingga kualitas hidup bisa lebih baik,” ujarnya.