Semakin Tinggi Tingkat Pendidikan, Semakin Rendah Risiko Kematian
Data sains menunjukkan, risiko kematian turun sebesar 2 persen dengan setiap tahun tambahan pendidikan.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tingkat pendidikan terbukti terkait dengan risiko kematian. Hal ini menunjukkan, ketimpangan pendidikan juga terkait dengan kesenjangan usia harapan hidup. Mereka yang mencapai tingkat pendidikan lebih tinggi hidup lebih lama dibandingkan orang lain dengan risiko kematian turun sebesar 2 persen dengan setiap tahun tambahan pendidikan.
Hal ini berdasarkan penelitian terbaru menggunakan tinjauan sistematis dan meta-analisis skala besar yang dipublikasikan di The Lancet Public Health pada Selasa (23/1/2024). Dalam studi ini, para peneliti menilai pengaruh pendidikan terhadap semua penyebab kematian orang dewasa dengan menelusuri basis data PubMed, Web of Science, Scopus, Embase, Global Health (CAB), EconLit, dan Sociology Source Ultimate mulai dari 1 Januari 1980 hingga 31 Mei 2023.
Temuan menunjukkan, pendidikan menyelamatkan nyawa tanpa memandang usia, jenis kelamin, lokasi, serta latar belakang sosial dan demografi. ”Pendidikan memang penting, tidak hanya karena manfaatnya terhadap kesehatan, namun kini kemampuan untuk mengukur besarnya manfaat ini merupakan sebuah perkembangan yang signifikan,” kata Terje Andreas Eikemo, salah satu penulis dan Kepala Centre for Global Health Inequalities Research (CHAIN) Norwegian University of Science and Technology (NTNU), dalam keterangan tertulis.
Beberapa studi sebelumnya telah mengungkapkan, mereka yang mencapai tingkat pendidikan lebih tinggi akan hidup lebih lama dibandingkan orang lain. Namun, sejauh hal itu terjadi, belum ada data pasti. Melalui analisis ini, para peneliti menemukan bahwa risiko kematian turun 2 persen dengan setiap tahun tambahan pendidikan.
Ini berarti, mereka yang menyelesaikan enam tahun sekolah dasar memiliki risiko kematian yang lebih rendah rata-rata 13 persen. Setelah lulus sekolah menengah, risiko kematian berkurang hampir 25 persen dan pendidikan selama 18 tahun menurunkan risiko tersebut 34 persen.
Terkait gaya hidup
Para peneliti kemudian membandingkan dampak pendidikan dengan faktor risiko lain, seperti pola makan yang sehat, merokok, dan minum terlalu banyak alkohol. Mereka menemukan hasil kesehatan serupa. Manfaat pendidikan 18 tahun, misalnya, dapat dibandingkan dengan manfaat makan sayur dalam jumlah ideal dibandingkan dengan tidak makan sayur sama sekali. Tidak bersekolah sama buruknya dengan meminum lima atau lebih minuman beralkohol per hari atau merokok sepuluh batang sehari selama 10 tahun.
Meskipun manfaat pendidikan paling besar dirasakan oleh kaum muda, mereka yang berusia lebih dari 50 dan bahkan 70 tahun masih mendapatkan manfaat dari dampak perlindungan pendidikan.
Menutup kesenjangan pendidikan berarti menutup kesenjangan angka kematian.
Dibandingkan dengan pendidikan nol tahun, menyelesaikan pendidikan enam tahun atau kira-kira tingkat sekolah dasar di sebagian besar wilayah dikaitkan dengan penurunan 13,1 persen dalam semua penyebab risiko kematian dengan mengontrol usia, jenis kelamin, dan status perkawinan. Nilai ini meningkat menjadi 24,5 persen setelah 12 tahun dan 34,3 persen setelah pendidikan 18 tahun. Hal ini berarti rata-rata pengurangan pendidikan sebesar 1,9 persen per tahun selama 18 tahun.
Cenderung sama antarnegara
”Kita perlu meningkatkan investasi sosial untuk memungkinkan akses terhadap pendidikan yang lebih baik dan lebih banyak di seluruh dunia guna menghentikan kesenjangan yang terus-menerus memakan korban jiwa,” kata Mirza Balaj, salah satu penulis utama dan rekan pascadoktoral di Departemen Sosiologi dan Ilmu Politik NTNU.
Pendidikan yang lebih tinggi, menurut dia, akan menghasilkan lapangan kerja lebih baik dan pendapatan lebih tinggi, akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan, dan membantu menjaga kesehatan kita sendiri. Orang berpendidikan tinggi juga cenderung mengembangkan sumber daya sosial dan psikologis lebih besar yang berkontribusi terhadap kesehatan dan lamanya hidup mereka.
”Menutup kesenjangan pendidikan berarti menutup kesenjangan angka kematian, dan kita perlu memutus siklus kemiskinan dan kematian yang dapat dicegah dengan bantuan komitmen internasional,” kata Claire Henson, salah satu penulis utama dan peneliti di Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) Universitas Washington.
Untuk mengurangi kesenjangan angka kematian, menurut Henson, penting untuk melakukan investasi pada bidang-bidang yang meningkatkan peluang masyarakat untuk mendapatkan pendidikan. Hal ini dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan masyarakat di semua negara.
Studi ini mengidentifikasi data dari 59 negara dan mencakup lebih dari 10.000 titik data yang dikumpulkan dari lebih dari 600 artikel yang diterbitkan. Sebagian besar studi yang ditinjau untuk studi ini berasal dari negara-negara berpendapatan tinggi sehingga menyoroti perlunya lebih banyak penelitian di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, khususnya di sub-Sahara dan Afrika Utara, di mana datanya terbatas.
”Fokus kita saat ini harus berada di wilayah-wilayah di dunia yang kita tahu akses terhadap pendidikan rendah dan penelitian mengenai pendidikan sebagai faktor penentu kesehatan masih terbatas,” kata Emmanuela Gakidou, salah satu penulis dan profesor di IHME.