Musim Hujan Tiba, Jangan Lengah dengan Si Nyamuk Belang
Musim hujan identik dengan ”musim demam berdarah dengue”. Itu sebabnya, masyarakat harus lebih waspada.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
Ketika musim hujan, kita harus sadar bahwa nyamuk penyebab demam berdarah dengue (DBD) akan berisiko lebih banyak ditemukan di lingkungan sekitar tempat tinggal. Telur nyamuk yang selama musim panas bertahan di tempat yang kering akhirnya menetas ketika tergenang air. Dalam sekali bertelur, nyamuk Aedes aegypti, yang menjadi penyebab demam dengue, bisa mengeluarkan 100 telur.
Secara morfologi, nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam dengan garis-garis putih keperakan pada bagian badannya, terutama pada bagian kaki. Itu sebabnya, nyamuk ini juga dikenal berwarna belang hitam-putih. Nyamuk ini cenderung lebih aktif pada pagi dan sore hari, meskipun terkadang juga menggigit pada malam hari.
Nyamuk Aedes aegypti senang bersembunyi di tempat yang gelap dan lembab, baik di dalam maupun luar rumah, seperti di tumpukan gantungan baju di belakang pintu, kolong tempat tidur, ataupun di antara rumput liar yang tumbuh di halaman rumah. Karena itu, pastikan untuk rajin membersihkan rumah agar tidak menjadi sarang nyamuk.
Selain itu, pencegahan penularan demam dengue harus juga dilakukan dengan membasmi tempat nyamuk berkembang biak. Wadah-wadah yang menampung air sangat berisiko sebagai tempat nyamuk untuk bertelur.
Prinsip 3M sudah tepat dijalankan untuk mencegah demam berdarah, yakni menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang barang yang berpotensi menampung air, seperti kaleng bekas, botol, atau barang lain.
”Pada dasarnya, telur nyamuk sulit untuk dimusnahkan. Bahkan, fogging itu hanya untuk membunuh nyamuk dewasa. Jadi, (telur) harus dihilangkan dengan memastikan tidak ada tempat untuk ia bisa menetas,” tutur Guru Besar Bidang Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Erni Juwita Nelwan saat ditemui di Jakarta, Rabu (17/1/2024).
Ia mengatakan, menanggulangi demam berdarah dengue tidak bisa dilakukan hanya dengan upaya tunggal. Penanggulangan demam berdarah dengue harus dilakukan secara menyeluruh, mulai dari lingkungan, manusia, hingga vektor nyamuk. Intervensi pada nyamuk pun perlu dilakukan di seluruh siklus hidup nyamuk, mulai dari telur, larva, hingga nyamuk dewasa.
Sementara perlindungan pada masyarakat dapat dilakukan dengan mencegah penularan melalui gigitan nyamuk. Apabila ada warga yang terinfeksi, harus segera terdeteksi dan mendapatkan penanganan yang tepat agar tidak sampai pada kondisi fatal.
Beban biaya penyakit demam berdarah
Kesadaran terhadap ancaman demam berdarah dengue perlu ditingkatkan sebab kasus demam berdarah dengue di Indonesia masih tinggi. Kondisi itu setidaknya tergambar dari data Kementerian Kesehatan pada tahun 2021, 2022, dan 2023. Secara berurutan, kasus kesakitan demam berdarah dengue yang dilaporkan sebanyak 73.518 kasus, 143.176 kasus, dan 98.071 kasus. Sementara kasus kematian mencapai 705 kasus, 1.236 kasus, dan 764 kasus.
Dalam laporan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, beban biaya untuk perawatan demam berdarah dengue naik hampir dua kali lipat. Pada 2021, biaya kesehatan untuk demam berdarah dengue sebesar Rp 600 miliar, sementara pada 2022 dilaporkan mencapai Rp 1,2 triliun.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menyampaikan, kewaspadaan akan demam berdarah harus terus ditingkatkan. Menurut dia, sekalipun berbagai upaya pengendalian sudah dilakukan, angka kejadian demam dengue tetap meningkat saat fenomena El Nino terjadi. Sementara frekuensi dan tingkat keparahan kejadian El Nino bisa semakin tinggi akibat perubahan iklim.
”Setiap kali El Nino datang, situasi iklim akan berubah. Pada saat itu, kasus demam dengue juga dilaporkan naik. Itu seperti yang dilaporkan pada 2008 dan 2016,” katanya.
Pemeriksaan dini
Untuk itu, selain penguatan pada pengendalian vektor nyamuk, masyarakat juga diharapkan bisa semakin sadar untuk segera melakukan pemeriksaan ketika muncul gejala dan tanda infeksi demam dengue. Risiko demam dengue yang semakin besar harus diikuti dengan deteksi dini dan penanganan yang tepat sehingga kasus perburukan dan kematian bisa dicegah.
Gejala utama dari demam berdarah dengue adalah demam tinggi secara mendadak hingga mencapai suhu 40 derajat celsius. Gejala lain yang biasanya juga terjadi adalah nyeri kepala, menggigil, lemas, nyeri di bagian belakang mata, nyeri pada otot dan sendi, serta muncul bintik merah pada kulit.
Pada kondisi kritis, suhu tubuh pasien akan menurun. Kondisi ini harus diwaspadai karena bisa menandakan tubuh mengalami sindrom syok dengue yang mengancam jiwa. Sering kali, kondisi ini terlambat disadari sehingga pasien tiba di rumah sakit sudah dalam kondisi parah.
Dalam menanggulangi demam berdarah dengue, peran masyarakat sangat besar. Masyarakat berperan mulai dari upaya menjaga kebersihan lingkungan dengan pemberantasan sarang nyamuk, membunuh larva nyamuk menggunakan larvasida, serta cepat mengenali gejala infeksi dengue agar segera diobati.
Dukungan masyarakat terhadap teknologi dan inovasi terbaru juga penting, seperti pemanfaatan nyamuk ber-Wolbachia serta penggunaan vaksin dengue sebagai bagian dari upaya mengatasi demam berdarah dengue di Indonesia.